Banjir Jakarta vs Banjir Surabaya - Mana yang Banjir Kiriman dan Banjir Karena Hujan Lebat?

Terakhir, banjir besar di mana ketiga unsur tersebut tergabung menjadi satu dan biasa terjadi dalam siklus 5 tahun sekali.

Editor: Suci Rahayu PK
KOMPAS.COM/GHINAN SALMAN
Jalan Mayjen Sungkono, Surabaya, Jawa Timur, terendam banjir akibat hujan deras yang terjadi sejak sore hingga malam hari, Rabu (15/1/2020). 

Banjir Jakarta vs Banjir Surabaya - Mana yang Banjir Kiriman dan Banjir Karena Hujan Lebat?

TRIBUNJAMBI.COM - Banjir pada 1 Januari 2020 di Jakarta bukanlah banjir kiriman atau banjir besar.

Banjir itu masuk ke dalam katagori banjir hujan lebat di DKI Jakarta.

Pengamat tata kota Nirwono Joga mengatakan, ada 4 tipe banjir yang kerap melanda Ibu Kota Jakarta.

Banjir pertama ialah banjir kiriman, yang disebabkan curah hujan tinggi di wilayah Bogor.

Kedua, banjir hujan lebat, yakni karena volume dan curah hujan berlebih di Ibu kota.

Sejumlah kendaraan mencoba menerobos banjir yang menggenangi Jalan Jatinegara Barat dan sekitarnya, di Jakarta Timur, Rabu (1/1/2020). Curah hujan yang tinggi ditambah dengan luapan air Sungai Ciliwung dan tingginya muka air laut membuat beberapa kawasan di Jakarta terendam banjir.
Sejumlah kendaraan mencoba menerobos banjir yang menggenangi Jalan Jatinegara Barat dan sekitarnya, di Jakarta Timur, Rabu (1/1/2020). Curah hujan yang tinggi ditambah dengan luapan air Sungai Ciliwung dan tingginya muka air laut membuat beberapa kawasan di Jakarta terendam banjir. (Tribunnews/Alex Suban)

Ketiga, banjir rob di mana air laut naik karena beberapa penyebab faktor alam, misalnya bulan purnama.

Terakhir, banjir besar di mana ketiga unsur tersebut tergabung menjadi satu dan biasa terjadi dalam siklus 5 tahun sekali.

"Tapi kalau yang kemarin itu bukan banjir kiriman, itu banjir karena curah hujan tinggi, kenapa banjir?"

"Karena dua faktor, penyempitan sungai dan buruknya drainase," ujar Nirwono saat diskusi di Populi Center, Kemanggisan, Jakarta Barat, Rabu (15/1/2020).

Nirwono mengatakan, hal tersebut dapat dibuktikan dari Bendung Katulampa yang tidak masuk status Siaga, saat Jakarta dan wilayah sekitarnya mulai tergenang.

Mata Najwa: Menakar Nyali KPK, 2 Hal Ini Bukti Kegagalan KPK di Hadapan PDIP, Megawati & Jokowi?

Foto Kapolri Jenderal Pol Idham Azis yang Terpampang di IG @polrestajambi Mengagetkan, Jempol!

Ia menduga satu di antara penyebab dari banjir 1 Januari lalu ialah karena normalisasi beberapa sungai di Jakarta yang belum rampung.

Misalnya saja Sungai Ciliwung, Sungai Angke, dan Sungai Pesanggrahan.

"Jadi makanya terlihat kemarin yang terendam itu 80 persen perumahan yang terletak dekat dengan bantaran kali, dan 20 persen terletak di wilayah cekungan," jelas Nirwono.

Oleh karenanya, kata Nirwono, DKI Jakarta perlu menormalisasi sungai yang mengalami penyempitan.

Menurutnya, normalisasi sungai bukan pilihan, namun keharusan.

"Ini memang bukan kebijakan populis, mungkin akan banyak pertentangan."

"Tapi suka tidak suka, Pak Gubernur harus lakukan cara tersebut kalau mau Jakarta tidak alami hal serupa di tahun depan," papar Nirwono.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut penyebab banjir di wilayahnya adalah kiriman air dari daerah lain.

Ia bahkan sempat beradu argumen dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, soal penyebab banjir di Jakarta seusai diguyur hujan deras pada malam pergantian tahun 2020.

Keduanya berbeda pendapat saat menyampaikan pernyataan pers di kawasan Monas, setelah memantau dampak banjir melalui udara.

Basuki menilai banjir terjadi akibat luapan air sungai.

Misteri Penemuan Kerangka Manusia Duduk di Sofa Kenakan Jas Hujan, Rumah Tak Dihuni Sejak 2014

Raja Keraton Agung Sejagat Wajibkan Bayar Iuran Jutaan, Angkringan hingga Terlilit Hutang di Bank

Dari 33 kilometer Kali Ciliwung, baru 16 kilometer yang dinormalisasi.

Menurutnya, luapan air tidak terjadi pada aliran sungai yang dinormalisasi.

"Mohon maaf Bapak Gubernur, selama penyusuran Kali Ciliwung, ternyata sepanjang 33 kilometer itu yang sudah ditangani, dinormalisasi 16 kilometer."

"Di 16 kilometer itu kita lihat insyaallah aman dari luapan," kata Basuki di Monas, Rabu (1/1/2020).

Menurut Basuki, harus didiskusikan sisa panjang sungai yang belum dinormalisasikan itu.

Termasuk, Kali Pesanggrahan yang menuju Banjir Kanal Timur.

Pihaknya, kata Basuki, sedang menunggu kesepakatan dengan masyarakat untuk pembebasan lahan yang akan terdampak normalisasi sungai.

"Kami menunggu sekarang kesepakatan dengan masyarakat."

"Alhamdulillah menurut beliau masyarakat sudah diskusi dan insyaallah masyarakat bisa menerima itu, mudah-mudahan bisa kita tangani," tuturnya.

Mendengar pernyataan tersebut, Anies Baswedan yang berada di sebelah Basuki lalu menyanggahnya.

Menurut Gubernur, selama tidak ada pengendalian air yang masuk ke Jakarta, maka upaya apa pun yang dilakukan tidak akan berdampak signifikan.

"Mohon maaf Pak Menteri, saya harus berpandangan karena tadi bapak menyampaikan."

"Jadi, selama air dibiarkan dari selatan masuk ke Jakarta dan tidak ada pengendalian dari selatan."

"Maka apa pun yang kita lakukan di pesisir termasuk di Jakarta, tidak akan bisa mengendalikan airnya, " paparnya.

Anies Baswedan mencontohkan wilayah Kampung Melayu yang tetap dilanda banjir pada Maret lalu, padahal sungai yang ada di sekitarnya sudah dinormalisasi.

"Artinya kuncinya itu ada pada pengendalian air sebelum masuk pada kawasan pesisir," urainya.

Anies Baswedan mengapresiasi keputusan Kementerian PUPR yang membangun dua bendungan di Bogor, Jawa Barat, untuk mengendalikan air yang masuk ke Jakarta.

Kementerian PUPR membangun Bendungan Sukamahi dan Bendungan Ciawi di Megamendung, Bogor, Jawa Barat.

Dua bendungan tersebut diprediksi akan rampung pada 2020.

"Kalau dua bendungan itu selesai, maka volume air yang masuk ke pesisir bisa dikendalikan."

"Kalau bisa dikendalikan, insyaallah bisa dikendalikan."

"Tapi selama kita membiarkan air mengalir begitu saja, selebar apa pun sungainya, maka volume air itu akan luar biasa."

"Karena makin banyak kawasan yang digunakan untuk perumahan, sehingga air pun mengalir ke sungai," paparnya.

Jalan Mayjen Sungkono, Surabaya, Jawa Timur, terendam banjir akibat hujan deras yang terjadi sejak sore hingga malam hari, Rabu (15/1/2020).
Jalan Mayjen Sungkono, Surabaya, Jawa Timur, terendam banjir akibat hujan deras yang terjadi sejak sore hingga malam hari, Rabu (15/1/2020). (KOMPAS.COM/GHINAN SALMAN)

Sementara pada Rabu (15/1) Surabaya juga mengalami banjir.

Sejumlah jalan protokol di kawasan barat Surabaya, Jawa Timur, terendam banjir, Rabu (15/1/2020), setelah hujan deras turun pada sore hingga malam hari.

Pantauan Kompas.com, sejumlah jalan protokol yang terendam banjir berada di Jalan Mayjen Sungkono Jalan Adiryawarman, Jalan Hayamwuruk, dan Jalan Indragiri.

Bahkan, pada sore hari tadi, air yang menggenangi Jalan Mayjen Sungkono mencapai 1 meter.

Sejumlah mobil dan sepeda motor yang terparkir di sejumlah tempat parkir di Jalan Mayjen Sungkono terlihat terendam.

Bahkan sejumlah sepeda motor mogok karena pengendara menerobos jalan yang digenangi air.

Kepala BPB Linmas Kota Surabaya Eddy Christijanto mengatakan, intensitas hujan cukup deras sehingga menyebabkan sejumlah jalan protokol terendam banjir.

"Ini hujan jam 16.00 sampai jam 17.00 hujan terus menerus dengan curah hujan 100 ml per detik lebih, kategori deras. Pada awal-awal itu kan hujannya cuma 5 menit cuma diikuti angin kencang. Kalau ini deras selama sejam," kata Eddy dihubungi, Rabu (15/1/2020).

Menurut Eddy, beberapa genangan yang dipantau ada dua, yakni di kawasan Villa Bukit Mas Surabaya dan Jalan Mayjen Sungkono.

"Di sini genangan air sekitar 1 meter. Setelah saya cek, pengelola ruko pengelolaan sampahnya perlu dievaluasi. Di pintu air luar biasa sampahnya, sampah botol, kayu, plastik banyak sekali. Itu salah satu penyebabnya. Itu wewenang swasta bukan kita," ujar dia.

Sementara itu, berdasarkan laporan anggotanya di sejumlah jalan protokol lainnya, genangan air mencapai 20-30 sentimeter.

Namun, dia memastikan setelah hujan reda, genangan air disebut akan segera surut.

Eddy menuturkan, beberapa sepeda motor di sejumlah jalan protokol yang terendam banjir sempat mogok. Namun, tidak ada permukiman warga yang terendam.

"Kalau di Surabaya surutnya cepat, hujan selesai langsung surut. Saya tadi belum evaluasi apakah pintunya telat buka atau tidak," ujar dia.

Akibat genangan air imbas adanya hujan deras, arus lalu lintas di Bukit Mas maupun di Jalan Mayjen Sungkono terpantau padat.

Petugas Linmas Pemkot Surabaya terus melakukan pengecekan ke lokasi untuk memantau genangan air dan membantu warga yang kesulitan menerobos genangan banjir.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Surabaya Banjir, Jalan Protokol Tergenang hingga 1 Meter", https://surabaya.kompas.com/read/2020/01/15/23492371/surabaya-banjir-jalan-protokol-tergenang-hingga-1-meter?page=all.
Penulis : Kontributor Surabaya, Ghinan Salman
Editor : Caroline Damanik

Dan Wartakotalive dengan judul Pengamat Bilang Banjir Jakarta 1 Januari 2020 Bukan Kiriman, Ini Buktinya, https://wartakota.tribunnews.com/2020/01/16/pengamat-bilang-banjir-jakarta-1-januari-2020-bukan-kiriman-ini-buktinya?page=all.
Penulis: Desy Selviany
Editor: Yaspen Martinus

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved