TAK Ingin Alami Menopause Dini? Ini Saran Seksolog Dokter Boyke, Wanita Karir Mesti Baca Ya!

Kehidupan keluarga antara suami dan istri lekat dengan kebutuhan hubungan suami istri, yang bertujuan untuk menjaga tali cinta antar kedua belah pihak

Editor: rida
kolase
Ilustrasi menopause 

Banyak perubahan yang akan dialami oleh wanita dalam fase ini, karena menopause sangat berkaitan dengan hormon estrogen pada wanita.

Post Menopause Syndrome sangat dipengaruhi oleh gaya hidup, bahkan pada saat masih muda. Wanita dengan kebiasaan merokok, cenderung lebih cepat mengalami menopause.

Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga menjelaskan, fase setelah menopause ini menyebabkan penurunan jumlah hormon estrogen secara berkala.

Penting diketahui bahwa estrogen adalah hormon anabolik, yang berpengaruh pada metabolisme tubuh.

“Pada masa menopause ini ada banyak yang terjadi.  Telur itu berhenti produksinya, hormon estrogen tidak lagi diproduksi, sehingga kadarnya menetap cenderung menurun. Kemudian menstruasi juga pasti berhenti. Nah, usia berapa? Biasanya usia 50 ke atas,” jelas dr. Binsar.

Selain perubahan secara hormon, dan kondisi seksual, Binsar juga menjelaskan fase ini akan mengakibatkan perubahan psikologis.

Hal ini perlu diperhatikan, karena wanita dalam fase ini sangat rentan menderita depresi, perasaan menjadi lebih sensitif, dan adanya kecemasan.

Setelah tanda awal ini dialami, perubahan yang biasanya terjadi adalah perubahan secara fisik. Misalnya perubahan pada kulit, dan yang menjadi masalah adalah gangguan metabolism.

“Kolesterol akan cenderung naik, kadar gulanya juga, lalu gangguan berkemih, lalu berakhir pada libido yang menurun,” tambah dr. Binsar.

Hal-hal tersebut akan berpengaruh pada tingkat kebugaran wanita, yang pastinya akan mengalami penurunan libido.

Post Menopause Syndrome ini nantinya akan menimbulkan keluhan lain pada kehidupan seksual wanita.

“Pertama adalah vagina yang kering. Estrogen yang menurun menyebabkan pembasahan atau lubricant pada dinding vagina, berkurang. Ada yang drop sampai kering, ada juga yang menurun. Ada juga yang mengalami rasa gatal, bahkan nyeri pada saat berhubungan seksual,” jelas dr. Binsar.

Gejala-gejala tersebut biasa disebut dengan atrofi vagina atau penciutan vagina. Kondisi akan menimbulkan masalah dalam berhubungan seksual, sehingga tidak jarang wanita pada usia 50 – 60 tahun sudah tidak mampu melakukan hubungan seksual lagi.

Semakin wanita bertambah tua, maka keluhan terkait hal ini juga akan semakin dirasakan. Satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah dengan memperbaiki gaya hidup. (*)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved