Berita Jambi
Mengenal Penghuni Danau Sipin, Masyarakat Legok dan Kearifan Lokalnya
Rencana pemerintah kota Jambi untuk menjadikan kawasan Danau Sipin sebagai ekowisata masih terus berlangsun
Penulis: Dedy Nurdin | Editor: Deni Satria Budi
Mengenal Penghuni Danau Sipin, Masyarakat Legok dan Kearifan Lokalnya
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Rencana pemerintah kota Jambi untuk menjadikan kawasan Danau Sipin sebagai ekowisata masih terus berlangsung, secara bertahap sejumlah titik ditepian danau yang berada di tengah kota ini mulai disulap penampilannya.
Seperti di kawasan tepian danau sipin di belakang kantor Gubernur Jambi, ada yang telah di bangun jogging treck.
Ada pula fasilitas penyewaan perahu serta fasilitas bangunan lainnya yang membuat pengunjung betah untuk menghabiskan waktu disana.
Hal serupa pun akan diberlakukan pemerintah kota Jambi di bebrapa spot yang nantinya bisa dikunjungi warga. Bahkan pemerintah kota Jambi dalam waktu dekat juga akan menerbitkan SK kawasan wisata.

Danau Sipin memiliki panjang 4.500 meter dengan lebar sekitar 300 meter serta memiliki kedalaman dua hingga enam meter.
Di kawasan danau sipin hampir tiap hari terlihat aktifitas warga menggunakan perahu baik untuk transportasi maupun untuk aktifitas perikanan.
Sejumlah warga yang tinggal di bantaran danau sipin kebanyakan menggantungkan perekonomian dari hasil perikanan. Baik kerambah, pukat maupun tangkul.
Walikota Jambi, Syarif Fasha saat dikonfirmasi usai mengahdiri hari bakti PU di Rt 32, Kelurahan Legok, Kecamatan Danau Sipin mengatakan untuk mewujudkan kawasan eko wisata, pemerintah kota secara perlahan akan membangun cultur masyarakat.
• Tanjung Belimbing, Objek Wisata di Eks Kampung Narkoba di Tepi Danau Sipin, Kota Jambi
• Tanggapan Jokowi Soal Staf Khusus Milenialnya Bikin Gaduh di Media Sosial Karena Buat Status Ini
• Minta Ada Penghasilan Tetap, Puluhan Honorer K2 Kota Sungai Penuh Datangi DPRD
• Tidak Sesuai Perizinan, Tim Terpadu Pemkot Jambi Segel Ruko 3 Pintu, Izin Toserba tetapi Jadi Gudang
"Secara bertahap kitacakan membangun kultur masyarakat dari sebelumnya menggantungkan pencarian di danau sipin untuk kemudian menjadi sadar wisata," katanya, Jumat (29/11/2019).
Selain itu pemerintah kota juga akan membangun kawasan danau sipin secara bertahap, termasuk membangun jalan yang masih terputus di beberapa titik.
Termasuk di kawasan legok yang nantinya akan terhubung ke Buluran.
Bahkan pemerintah kota dalam waktu dekat akan membebaskan keramba-keramba dan tangkul yang masih aktif di kawasan Danau Sipin.
• Kebohongan KKB Papua Dibongkar Kapendam Cenderawasih, Ngaku Tembak Mati Dua Anggota TNI
• Penerimaan Pajak Kota Jambi Alami Peningkatan, BPPRD Terus Cari Terobosan Baru
• November 2019, Kota Jambi Alami Deflasi 0,16 Persen, Dampak Penurunan Indeks Harga
• Ini Skenario Timnas U-22 Indonesia Bisa ke Final SEA Games 2019, Indra Sjafri Sesumbar Sebut Ini
"Dalam waktu dekat ini kita akan mengganti rugi semua keramba yang ada di danau sipin. Kalau sudah bersih perlahan akan mewujudkan suatu destinasi wisata unggulan," katanya.
Namun rencana ini tak sepenuhnya mendapat dukungan dari warga yang tinggal di kawasan danau sipin. Raden Husin, ketua Rt 32 Kelurahan Legok, Kecamatan Danau Sipin menyampaikan keberatannya.
Saat dikonfirmasi, ia berharap agar keberadaan tangkul dan aktifitas mencari ikan di danau sipin tidak dihilangkan Pemerintah Kota Jambi.
Meski degan tujuan baik, hal ini dikarenakan tangkul ikan dan aktifitas mencari ikan di danau sipin sudah menjadi budaya yang secara turun temurun diwarisi oleh warga Legok.
"Dari orang tua kami dulu, tangkul, jalo dan aktifitas mencari ikan sudah menjadi kearifan lokal disini (legok.red)," kata Raden Husin.
Karena itu, ia berharap agar pemerintah Kota Jambi tidak sampai memusnahkan peralatan pecari ikan warga yang tiggal di Danau Sipin.
Apa lagi rata-rata warga yang tinggal di tepi danau sipin kebanyakan menggantugkan hidupnya sebagai nelayan. Baik dari tangkul, keramba, maupun aktifitan jala ikan.
"Perbulan rerata di Rt kami bisa menghasilkan puluhan ton ikan jenis lamba, seluang maupun bilis," katanya.
"Hasil dari pemcarian nelayan ini lah yang banyak di jual di pasar-pasar. Makanya salah satu ciri khasnya warga yang tiggal di danau sipin ini makanannya selalu menu ikan," sambungnya lagi.
Dedi, salah seorang pemuda di Rt 32 Kelurahan Legok, Kecamatan Danau Dipin juga menyampaikan hal senada. Salah satu trandisi yang masih ada di Legok adalah pukat tarik.
Yakni pukan yang di bentangkan di Danau Sipin untuk menangkap ikan yang kemudian ditarik secara bersama-sama oleh warga.
Hasilnya kemudian dibagi rata untuk semua warga yang terlibat dalam aktifitas tersebut.
"Itu sudah ada dari nenek moyang kami yang tinggal di Legok ini. Kita juga ada makanan khas dari ikan danau, seperti pindang kelapa berbahan ikan," ujarnya.
"Kami sudah dari dulu hidup dan bergantung dari penghasilan mencari ikan di Danau Sipin, kami berharap ini dapat dukungan dari pemerintah sebagai kearifan lokal," pungkasnya.
Mengenal Penghuni Danau Sipin, Masyarakat Legok dan Kearifan Lokalnya (Dedy Nurdin/Tribunjambi.com)