Tidur Lebih dari Sembilan Jam Sehari Bisa Sebabkan Penurunan Daya Ingat dan Kemampuan Berbahasa

Kurang tidur memang bisa menganggu kesehatan seseorang. Namun, ternyata terlalu banyak tidur juga tak kalah bahayanya.

Editor: Suci Rahayu PK
Daily Advent Nigeria
Ilustrasi tidur 

Tidur Lebih dari Sembilan Jam Sehari Bisa Sebabkan Penurunan Daya Ingat dan Kemampuan Berbahasa

TRIBUNJAMBI.COM - Tidur merupakan salah satu kebutuhan manusia.

Kurang tidur memang bisa menganggu kesehatan seseorang.

Namun, ternyata terlalu banyak tidur juga tak kalah bahayanya.

Dilansir dari Daily Mail (10/10/2019), Meski berbagai studi telah menghubungkan penyakit alzheimer dengan kurangnya tidur, namun ternyata terlalu banyak tidur juga bisa meningkatkan resiko gangguan hilangnya memori secara kejam.


(ilustrasi) Tidur terlalu banyak bisa membuat seseorang mengalami demensia
(ilustrasi) Tidur terlalu banyak bisa membuat seseorang mengalami demensia (Freepik)

Para ilmuwan menemukan orang-orang yang tidur selama sembilan jam atau lebih per malam menunjukkan penurunan signifikan dalam daya ingat dan kemampuan berbahasa, yang merupakan penanda awal demensia.

Mereka yang mendapat kurang dari enam jam juga berisiko, dan para peneliti mengklaim sweet spot tidur adalah tujuh hingga delapan jam.

Para ahli tidak yakin mengapa terlalu banyak menutup mata dapat menyebabkan demensia, tetapi mereka mengatakan orang yang berisiko mengalami gangguan tersebut memiliki gangguan pada otak mereka yang menyebabkan tidur lebih lama.

TAK Cuma Agnez Mo, Penyanyi Cantik Ini Lebih Dulu Dibuatkan Patung Lilin Oleh Museum Madame Tussauds

Atlet Muaythai Kota Jambi Raih 3 Emas dan 2 Perak, Maria Magdalena: 5 Orang Bakal Ikut PON di PAPUA

Tim akademisi dari University of Miami Miller School melihat 5.247 hispanik (orang) selama tujuh tahun.

Peserta, yang semuanya berusia antara 45 dan 75 tahun, adalah bagian dari Studi Kesehatan Masyarakat hispanik, Hispanik Nasional / Studi Latin.

Itu termasuk (orang) Latin dari berbagai latar belakang di Chicago, Miami, San Diego dan Bronx di New York City.

Peserta diberi tes neurokognitif pada awal dan akhir penelitian.

Para peneliti menilai perhatian, ingatan, bahasa, waktu reaksi, dan persepsi mereka untuk memberikan gambaran tentang kesehatan otak mereka.

Relawan juga diminta mengisi kuesioner mingguan tentang kebiasaan tidur mereka selama tujuh hari terakhir.

Mereka ditanya jam berapa mereka biasanya tidur, jam berapa mereka biasanya bangun dan apakah mereka tidur siang di suatu saat.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved