Inspirasi

Kisah Nicco SIswa Kelas 4 SD Jualan Es Kucir di Sekolah, 'Saya Tidak Malu'

Kisah anak SD kelas 4 ini bisa menginspirasi banyak orang dari berbagai strata sosial. 'Tidak malu," kata Teguh Niccolas Saputra.

Editor: Duanto AS
(KOMPAS.com/LABIB ZAMANI)
Teguh Niccolas Saputra (10), siswa kelas 4 SD Negeri 3 Banyurip, Kecamatan Jenar, Sragen, Jawa Tengah membawa termos berisi es kucir untuk dijual di sekolah. 

Kisah anak SD kelas 4 ini bisa menginspirasi banyak orang dari berbagai strata sosial. 'Tidak malu," kata Teguh Niccolas Saputra.

TRIBUNJAMBI.COM, SRAGEN - Usia masih belia tidak membuat Teguh Niccolas Saputra (10), siswa kelas 4 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Banyurip, Kecamatan Jenar, Sragen, Jawa Tengah, merasa malu untuk berjualan es di sekolah dan membantu kedua orang tuanya.

Sebelum berangkat, anak pertama dari pasangan Fery Purnomo (29) dan Giyem (33), warga Dukuh Kedu RT 007, RW 001, Kelurahan Banyurip, Kecamatan Jenar terlebih dahulu menata es kucir ke termos es berukuran 3,5 liter untuk dibawa ke sekolah.

Selesai menata es, Nico bersiap berangkat ke sekolah dengan diantar oleh ibunya menaiki sepeda motor.

Maklum jarak rumah dengan sekolah sekitar 1 kilometer.

"Sampai di sekolah es-nya saya bawa masuk kelas. Jam istirahat teman-teman pada beli. Satu bijinya saya jual Rp 500. Ada rasa apel, jambu, mangga, melon dan lain-lain," katanya kepada Kompas.com di Sragen, Jawa Tengah, Kamis (10/10/2019).

Baca Juga

Ajakan Menikah Faisal Nasimuddin dan Penolakan Luna Maya, Netizen Anggap Itu Kode

Sosok Syahrial Alamsyah Alias Abu Rara Ternyata Terpelajar, Punya Titel Sarjana Hukum, Ini Kata USU

VIDEO: Geluti Dunia Kecantikan, Murid SLB Sri Soedewi Jambi Raih Juara

"Tidak malu. Uang hasil jual es saya tabung sama buat uang saku," terang kata Nico, panggilan bocah asal Sragen tersebut.

Setiap hari Nico berjualan es kucir di sekolah.

Selain untuk menambah uang saku, dirinya juga ingin membantu meringankan beban orangtua.

"Sampai di sekolah es-nya saya bawa masuk kelas. Jam istirahat teman-teman pada beli. Satu bijinya saya jual Rp 500. Ada rasa apel, jambu, mangga, melon dan lain-lain," katanya kepada Kompas.com di Sragen, Jawa Tengah, Kamis (10/10/2019).

Nico mengatakan satu termos berisi 30 biji es kucir.

Tidak setiap hari es yang dia jual habis.

Jika masih sisa, dia jajakan kepada warga pada saat pulang sekolah.
Nico mengaku tidak malu dengan teman-temannya meski di sekolah sambil berjualan es.

Justru dirinya merasa senang karena bisa ikut membantu orangtuanya mencari uang.

Saat ditemui Kompas.com, Niccolas menceritakan, sebelum jualan es kucir, dirinya terlebih dahulu jualan nasi kucing.

"Saya jualan nasi kucing kelas 3. Setelah naik kelas 4 saya tidak lagi jualan nasi kucing. Saya ganti jualan es kucir sampai sekarang," ucap bocah yang memiliki cita-cita menjadi tentara tersebut.

Sementara itu, Nico mengaku aktivitas berjualan es tidak mengganggu kegiatan belajarnya di sekolah.

Nico tetap fokus mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas dengan baik.

Jadi "tulang punggung"

Niccolas merupakan anak pertama dari pasangan Fery Purnomo (29) dan Giyem (33), warga Dukuh Kedu RT 007, RW 001, Kelurahan Banyurip, Kecamatan Jenar.

Saat ini, satu-satunya tulang punggung keluarga hingga saat ini adalah ayah Niccolas, yang merantau ke Jakarta untuk berjualan bakso keliling.

Sementara itu, ibunya tidak bekerja dan mengasuh adik Nico yang usianya masih kecil.

Ibunda Nico, Giyem mengaku sempat melarang anaknya untuk berjualan es di sekolah.

Ia meminta Nico agar fokus mencari ilmu dan belajar di sekolah.

"Ini (berjualan es) keinginan anak saya sendiri. Pernah saya larang. Tapi tetap saja anak saya pengin jualan. Alasannya bantu ibu," terang Giyem.

Giyem mengatakan es kucir tersebut merupakan hasil buatannya sendiri.

Semua bahan pembuatan es kucir dia beli di pasar dan menggunakan buah asli.

"Biasanya bikin 60 biji buat dua hari dengan macam-macam rasa. Harga satu bijinya itu Rp 500," ungkapnya.

Guru SD Negeri 3 Banyurip, Retno Wijayanti mengatakan pernah meminta Nico untuk menitipkan es kucir itu ke kantin agar tidak mengganggu proses belajar di kelas.

Namun, Nico tidak mau dan tetap membawa termos es masuk kalas.

"Biar tidak mengganggu dia saat pelajaran saya minta untuk dititipkan ke kantin. Tapi tetap tidak mau. Iya sudah mau bagaimana lagi," terangnya.

Menurut Retno, Nico sudah lama berjualan es di sekolah.

Pertama kali Nico berjualan nasi kucing. Setelah itu ganti berjualan es kucir.

"Setiap hari bawa es untuk dijual di sekolah. Es-nya yang beli teman-temannya," ungkap dia.

Sumber: Kompas.com (Labib Zamani)

Dikompilasi dari artikel Kompas.com berjudul "Nico, Siswa SD yang Jualan Es Kucir di Sekolah: Saya Tidak Malu..." dan "Kisah Niccolas Sekolah Sambil Jualan Es Kucir, Demi Uang Saku dan Bantu Orangtua"

Subscribe Youtube

JANGAN Sepelekan Batang Pisang, Sering Dibuang Ternyata Ampuh Atasi Diabetes & Cegah Batu Ginjal

Wiranto Sempat Kehilangan Anak Saat Sedang Dalami Ilmu Agama, Tidak Tahu Anak Saya Meninggal Dunia

Wiranto Ditikam, Kenapa Muncul Anggapan Rekayasa, Settinggan hingga Respon Senang?

Pelaku Penyerangan Wiranto Dikenal Pasutri, Ternyata ID Belum Menikah Tapi Tinggal Seruemah

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved