Inspirasi
Kisah Nicco SIswa Kelas 4 SD Jualan Es Kucir di Sekolah, 'Saya Tidak Malu'
Kisah anak SD kelas 4 ini bisa menginspirasi banyak orang dari berbagai strata sosial. 'Tidak malu," kata Teguh Niccolas Saputra.
Saat ditemui Kompas.com, Niccolas menceritakan, sebelum jualan es kucir, dirinya terlebih dahulu jualan nasi kucing.
"Saya jualan nasi kucing kelas 3. Setelah naik kelas 4 saya tidak lagi jualan nasi kucing. Saya ganti jualan es kucir sampai sekarang," ucap bocah yang memiliki cita-cita menjadi tentara tersebut.
Sementara itu, Nico mengaku aktivitas berjualan es tidak mengganggu kegiatan belajarnya di sekolah.
Nico tetap fokus mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas dengan baik.
Jadi "tulang punggung"
Niccolas merupakan anak pertama dari pasangan Fery Purnomo (29) dan Giyem (33), warga Dukuh Kedu RT 007, RW 001, Kelurahan Banyurip, Kecamatan Jenar.
Saat ini, satu-satunya tulang punggung keluarga hingga saat ini adalah ayah Niccolas, yang merantau ke Jakarta untuk berjualan bakso keliling.
Sementara itu, ibunya tidak bekerja dan mengasuh adik Nico yang usianya masih kecil.
Ibunda Nico, Giyem mengaku sempat melarang anaknya untuk berjualan es di sekolah.
Ia meminta Nico agar fokus mencari ilmu dan belajar di sekolah.
"Ini (berjualan es) keinginan anak saya sendiri. Pernah saya larang. Tapi tetap saja anak saya pengin jualan. Alasannya bantu ibu," terang Giyem.
Giyem mengatakan es kucir tersebut merupakan hasil buatannya sendiri.
Semua bahan pembuatan es kucir dia beli di pasar dan menggunakan buah asli.
"Biasanya bikin 60 biji buat dua hari dengan macam-macam rasa. Harga satu bijinya itu Rp 500," ungkapnya.
Guru SD Negeri 3 Banyurip, Retno Wijayanti mengatakan pernah meminta Nico untuk menitipkan es kucir itu ke kantin agar tidak mengganggu proses belajar di kelas.