G30S-Siapa Dalang Sebenarnya? Mengungkap Peran Soeharto, Soekarno, PKI, dan CIA
Di era Orde Baru (1966-1998), masyarakat Indonesia disodori, lebih tepatnya, didoktrin bahwa dalang dari G30S adalah Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kelompok kedua, “faksi kanan” bersikap menentang kebijakan Ahmad Yani yang bernafaskan Sukarnoisme.
Dalam faksi ini ada Jenderal TNI AH Nasution dan Mayjen TNI Soeharto.
NIA Ramadhani Blak-blakan soal Ranjangnya, Bongkar Kebiasaan Ardi Bakrie Punya Ranjang 4 Meter
Awalnya Bripda Mira Tak Boleh Pulang Dulu, Anak Buah Kapolsek Tertipu Penampilan Komandan
17 Kali Naik Pangkat hingga Perwira Kopassus, Kisah Preman Terminal Insaf Daftar Pakai Kaus Singlet
Peristiwa G30S yang berdalih menyelamatkan Soekarno dari kudeta Dewan Jenderal, sebenarnya ditujukan bagi perwira-perwira utama “faksi tengah” untuk melapangkan jalan bagi perebutan kekuasaan oleh kekuatan sayap kanan Angkatan Darat.
Selain mendukung versi itu, WF Wertheim menambahkan, Sjam Kamaruzaman yang dalam Buku Putih terbitkan Sekretariat Negara disebut sebagai Kepala Biro Chusus Central PKI adalah “agen rangkap” yang bekerja untuk DN Aidit dan Angkatan Darat.
VERSI 3: Presiden Soekarno

Setidaknya ada tiga buku yang menuding Presiden Sukarno terlibat dalam peristiwa G30S: Victor M. Fic, Anatomy of the Jakarta Coup, October 1, 1965 (2004); Antonie C.A. Dake, The Sukarno File, 1965-67: Chronology of a Defeat (2006) yang sebelumnya terbit berjudul The Devious Dalang: Sukarno and So Called Untung Putsch: Eyewitness Report by Bambang S. Widjanarko (1974); dan Lambert Giebels, Pembantaian yang Ditutup-tutupi, Peristiwa Fatal di Sekitar Kejatuhan Bung Karno.
Menurut Asvi ketiga buku tersebut “mengarah kepada de-Sukarnoisasi yaitu menjadikan presiden RI pertama itu sebagai dalang peristiwa Gerakan 30 September dan bertanggung jawab atas segala dampak kudeta berdarah itu.”
NIA Ramadhani Blak-blakan soal Ranjangnya, Bongkar Kebiasaan Ardi Bakrie Punya Ranjang 4 Meter
Awalnya Bripda Mira Tak Boleh Pulang Dulu, Anak Buah Kapolsek Tertipu Penampilan Komandan
17 Kali Naik Pangkat hingga Perwira Kopassus, Kisah Preman Terminal Insaf Daftar Pakai Kaus Singlet
Ketika buku Dake terbit di Indonesia dengan judul Sukarno File (2005), keluarga Soekarno protes keras dan menyebutnya sebagai pembunuhan karakter terhadap Sukarno. Untuk menyanggah buku-buku tersebut, Yayasan Bung Karno menerbitkan buku Bung Karno Difitnah pada 2006.
Cetakan kedua memuat bantahan dari Kolonel CPM Maulwi Saelan, wakil komandan Resimen Tjakrabirawa.
VERSI 4: Letjen Soeharto

Komandan Brigade Infanteri I Jaya Sakti Komando Daerah Militer V, Kolonel Abdul Latief dalam Pledoi Kolonel A. Latief: Soeharto Terlibat G30S (1999) mengungkapkan bahwa dia melaporkan akan adanya G30S kepada Soeharto di kediamannya di Jalan Haji Agus Salim Jakarta pada 28 September 1965, dua hari sebelum operasi dijalankan.
Bahkan, empat jam sebelum G30S dilaksanakan, pada malam hari 30 September 1965, Latief kembali melaporkan kepada Soeharto bahwa operasi menggagalkan rencana kudeta Dewan Jenderal akan dilakukan pada dini hari 1 Oktober 1965.
Menurut Latief, Soeharto tidak melarang atau mencegah operasi tersebut.
Menurut Asvi, fakta bahwa Soeharto bertemu dengan Latief dan mengetahui rencana G30S namun tidak melaporkannya kepada Ahmad Yani atau AH Nasution, menjadi titik masuk bagi analisis “kudeta merangkak” yang dilakukan oleh Soeharto.
NIA Ramadhani Blak-blakan soal Ranjangnya, Bongkar Kebiasaan Ardi Bakrie Punya Ranjang 4 Meter
Awalnya Bripda Mira Tak Boleh Pulang Dulu, Anak Buah Kapolsek Tertipu Penampilan Komandan
17 Kali Naik Pangkat hingga Perwira Kopassus, Kisah Preman Terminal Insaf Daftar Pakai Kaus Singlet
Ada beberapa varian kudeta merangkak, antara lain disampaikan oleh Saskia Wierenga, Peter Dale Scott, dan paling akhir Soebandrio, mantan kepala Badan Pusat Intelijen (BPI) dan menteri luar negeri.
Dalam Kesaksianku tentang G30S (2000) Soebandrio mengungkapkan rangkaian peristiwa dari 1 Oktober 1965 sampai 11 Maret 1966 sebagai kudeta merangkak yang dilakukan melalui empat tahap:
1. menyingkirkan para jenderal pesaing Soeharto melalui pembunuhan pada 1 Oktober 1965;
2. membubarkan PKI, partai yang memiliki anggota jutaan dan pendukung Soekarno;
3. menangkap 15 menteri yang loyal kepada Presiden Soekarno;
4. mengambilalih kekuasaan dari Soekarno.
VERSI 5: Central Intelligence Agency (CIA)
