BJ Habibie Meninggal Dunia

6 Fakta-fakta BJ Habibie, Mulai Asal Usul Nama, Kiprah di Bawah Soekarno dan Soeharto, & Keluarga

Berkat ketegaran sang ibunda, Rudy akhirnya dapat menjelma menjadi Habibie yang dikenal seperti saat ini.

Penulis: Nani Rachmaini | Editor: Nani Rachmaini
KOMPAS.com/Ronny Buol
Mantan Presiden BJ Habibie ketika memberikan orasi di hadapan pejabat Provinsi Sulawesi Utara dan Peserta Hari Pers Nasional 2013 yang diselenggarakan di Manado. 

6 Fakta-fakta BJ Habibie, Mulai Asal Usul Nama, Kiprah di Bawah Soekarno dan Soeharto, & Keluarga

Waktu itu mimpinya sudah tinggi sekali.

Teman-teman bilang enggak usah mimpi tinggi-tinggi, susah, bahasa Inggris juga pas-pasan," ujar Ito,

TRIBUNJAMBI.COM-Asal usul nama Habibie dan sederet prestasi suami Ainun yang menjadi sumber inspirasi.

BJ Habibie dikenang sebagai salah satu tokoh nasional yang memiliki segudang prestasi yang membanggakan Indonesia.

Rupanya, ada cerita unik di balik nama Habibie yang menjadi panggilan akrab BJ Habibie, berikut cerita lengkapnya.

Presiden ketiga RI Bacharuddin Jusuf Habibie meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, karena sakit yang dideritanya, Rabu (11/9/2019).

Rencananya prosesi pemakaman Habibie akan dilakukan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Kamis (12/9/2019) sekitar pukul 14.00 WIB.

Acara pemakaman akan didahului dengan penyerahan jenazah dari keluarga kepada negara sekitar pukul 12.30 WIB.

Perwakilan pihak keluarga yang menyerahkan jenazah Habibie adalah putranya, yakni Thareq Kemal Habibie. Adapun perwakilan negara yang menerimanya, yakni Ketua MK Anwar Usman.

Selanjutnya, pemakaman akan dilakukan secara kemiliteran dengan dipimpin oleh Garnisun TNI.

Berikut fakta-fakta menarik tentang BJ Habibie

1.Asal usul Nama Habibie

Pada awalnya, BJ Habibie kerap disapa Rudy oleh keluarga dan teman-temannya. 

"Saat usia tiga tahun saya pandai membaca Quran karena sejak kecil sudah dibacakan ayat-ayat Quran oleh ayah saya," kata Habibie seperti dilansir Antara sewaktu peluncuran buku biografinya pada Oktober 2015 silam.

"Melihat saya mulai bisa baca Quran, orangtua saya memanggilkan guru mengaji untuk mengajari saya, kakak, dan adik saya, kami memanggilnya Kapten Arab," lanjutnya.

Guru ngaji berjuluk Kapten Arab itulah yang kemudian sering memanggilnya dengan sebutan Habibie.

"Saat dia panggil Habibie, semuanya nengok, tapi Kapten bilang, yang dimaksud Habibie adalah saya," lanjutnya.

Perjalanan Rudy menjadi Habibie, tertuang dalam buku biografinya yang ditulis Ginas S Noer, Rudy, Kisah Masa Muda Sang Visioner.

Termasuk juga kisah yang mengharukan dari Rudy, saat itu ia masih remaja dan baru 40 hari ditinggal ayahnya meninggal, terpaksa dikirim ibunya menyeberang ke Pulau Jawa dari Parepare demi melanjutkan studi.

Pada saat itu, Rudy yang baru berusia 13 tahun mengaku sangat memahami pilihan ibunya untuk mengirimnya berlayar tiga hari tiga malam jauh dari keluarga.

"Saat itu ibu mengatakan, saya tidak mau melepasmu sendiri tapi saya harus melaksanakan agar kamu selalu nomor satu dan selalu menjadi panutan, kamu harus laksanakan tugasmu," papar Habibie dengan mata berkaca-kaca.

Berkat ketegaran ibunya tersebut, Rudy akhirnya dapat menjelma menjadi Habibie yang dikenal seperti saat ini.

2. Prestasi

Pada semasa hidupnya, Habibie juga pernah beberapa kali menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Pembangunan saat masa pemerintahan Presiden Soeharto.

Hal tersebut tidak terlepas dari keahliannya dalam bidang teknologi dirgantara dan Habibie memiliki gelar Prof Dr Ing yang disandangkan di bagian awal namanya.

Gelar tersebut ternyata menginspirasi banyak pihak, tidak terkecuali Hutomo Suryo Wasisto, ilmuwan diaspora Indonesia yang saat ini bermukim dan bekerja di Technische Universitat Braunschweig, Jerman.

Ito kecil bercita-cita dapat memiliki gelar seperti yang diperoleh Habibie, yakni Prof Dr Ing.

"Saya lihat di televisi dan koran, ingin ke Jerman dan punya gelar seperti BJ Habibie.

Waktu itu mimpinya sudah tinggi sekali.

Teman-teman bilang enggak usah mimpi tinggi-tinggi, susah, bahasa Inggris juga pas-pasan," ujar Ito, panggilan akrab Hutomo Suryo Wasisto, kepada Kompas.com, Jumat (23/8/2019) di Jakarta.

Saat duduk di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Purbalingga, Ito selalu berhasil menempati peringkat pertama di antara teman-teman seangkatannya.

"Didikan orang tua menanamkan bahwa jangan lihat kita di mana.

Meski di daerah, tapi lakukan yang terbaik. Belajar keras," ucapnya.

Setelah lulus sekolah menengah pertama, Ito melanjutkan ke sekolah menengah atas di Yogyakarta dan terpilih menjadi siswa yang masuk kelas akselerasi.

Hal tersebut membuatnya hanya menempuh masa pendidikan selama dua tahun di SMA Negeri 3 Yogyakarta.

"Ada program kelas akselerasi, saya coba-coba aja dan diterima.

Dari ratusan siswa, yang diterima cuma tiga orang dan sekolahnya cuma dua tahun," kata pria kelahiran 7 September 1987 itu.

Ia pun melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi di Universitas Gadjah Mada.

Tepatnya di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro.

Saat lulus, ia juga mampu keluar dan menjadi lulusan terbaik.

Tidak berhenti disitu, Ito berkeinginan untuk melanjutkan studi ke luar negeri.

Ia mencoba memperoleh beasiswa di negara pilihannya dan cita-citanya sejak kecil yakni Jerman.

Dia mendaftar di RWTH Aachen University, Jerman.

Universitas untuk pengembangan teknologi melalui riset dan aplikasinya dalam dunia industri sekaligus mantan sekolah BJ Habibie.

Sayangnya, ia tidak berhasil diterima lantaran kampus tersebut meminta menyerahkan ijazah S1 sebagai syarat administratif, tetapi ijazahnya belum bisa langsung keluar sehingga harus menunggu selama satu semester.

Akhirnya, Ito mendapat tawaran dari seorang profesor dari Taiwan untuk program kuliah lewat pembiayaan dan perusahaan semikonduktor. I

a memutuskan untuk menerima tawaran tersebut dan menempuh studi di Asia University, Taiwan.

Ito mampu lulus sebagai lulusan terbaik dengan meraih GPA 92 dan menyandang predikat Outstanding scholar of semiconductor engineering industry R and D master degree.

Ia pun memperoleh gelar Master of Engineering in Computer Science and Information Engineering

"Saya jadi lulusan terbaik, dapat master degree award. Itu kelas spesial yang menggabungkan industri dengan universitas. Masalah yang dihadapi di industri dilempar ke universitas," tuturnya.

Setelah itu, tekad Ito untuk mewujudkan impiannya ke Jerman terus meluap. Dia akhirnya berhasil diterima sebagai scientific student sekaligus research assistant di negeri beribu kota di Berlin itu.

Ito dapat menempuh studi dan bekerja di Technische Universitat Braunschweig. Kota itu dikenal sebagai sister city Bandung.

Seiring berjalannya waktu, Ito mampu menghasilkan banyak journal paper yang mendasari dirinya untuk mendapat sejumlah penghargaan diantaranya Best Young Scientist Poster Award pada 2012 di Krakow, Polandia, dari Eurosensors.

Terdapat 45 journal paper yang berhasil ia terbitkan sejak tahun 2011 hingga 2019.

Hal tersebut membuat orang-orang Jerman di kampus merasa bingung bagaimana bisa dia melakukan hal itu.

"Tadinya saya diremehin, dibilang itu susah, enggak berhasil. Tapi, semakin diremehin dan ditantang, saya semakin ingin membuktikan bahwa saya bisa," tegas Ito.

Ito berhasil lulus dari studi S-3 dibidang nanoteknologi di Technische Universitas Braunschweig sejak 2010 hingga 24 Juni 2014 dan mendapatkan gelar Doktor-Ingenieur (Dr Ing) in Electrical Engineering, Information, and Physics dengan status Summa Cum Laude with distinction/honor.

"Waktu wisuda saya diumumkan jadi PhD terbaik. Umur saya waktu itu 26 tahun dan akhirnya saya meraih gelar Dr Ing seperti Habibie. Itu doktor teknik yang cuma ada di Jerman," imbuh Ito.

Atas prestasi yang mampu ia peroleh, Ito berhak menyadang status German permanent residency for high-qualified person dan menduduki posisi sebagai Reasearch Group Leader.

Dia bertanggung jawab di Laboratory for Emerging Nanometrology (LENA) dan Institute of Semiconductor Technology (IHT), di Technische Universitat Braunschweig, Jerman.

Bisa dikatakan bahwa kedudukan itu setara dengan asisten profesor di Amerika Serikat. Artinya, selain sebagai dosen, Ito mempunyai kelompok mahasiswa sendiri dan otoritas untuk menentukan arah pengembangan riset apa yang akan dilakukan.

Tak terasa, sudah sekitar 9 tahun dia tinggal di Jerman.

Status ilmuwan diaspora yang disandangnya sekarang membuatnya tidak bisa melupakan Indonesia sebagai tanah airnya. Ito ingin berkontribusi nyata. (Sumber: Kompas.com/Erwin Hutapea/ Asal-usul-nama-habibie-dan-prestasinya-yang-jadi-sumber-inspirasi

3. Menulis Sejarah Besar Indonesia
Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie selalu menggores tinta dalam buku sejarah besar Indonesia.

Di masa rezim Ir Soekarno, ia didorong untuk belajar dan dikirim ke Jerman. Lalu, begitu Soeharto berkuasa, ia ditarik kembali.

Ia pulang untuk menulis sejarah besar pula: membangun industri pesawat terbang Indonesia, juga sempat memimpin negeri ini melewati transisi reformasi.

Presiden Republik Indonesia (RI) pertama, Ir Soekarno, memang pernah bercita-cita agar Indonesia Berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) dalam rencana pembangunan jangka panjangnya.

Maka, pada 1950 ia mulai mengirim putra-putri terbaik untuk sekolah ke luar negeri, agar nanti ketika pulang sudah bisa membangun negerinya dengan lebih baik.

Salah satu tujuan pengiriman para pelajar itu untuk belajar dalam pilihan bidang pembuatan kapal terbang penumpang atau pembuatan kapal laut untuk mengangkut barang-barang. Habibie termasuk pelajar pilihan itu.

Pada waktu program pengiriman pelajar itu muncul, Habibie baru menginjak kelas tiga SMP.

Ia pun menjadi pelajar Indonesia gelombang empat yang belajar di bidang pesawat terbang pada 1954.

Habibie berhasil menyelesaikan strata 1 pada usia 22 tahun dan strata dua pada usia 24 tahun.

"S-3 konstruksi pesawat terbang 28 tahun di Jerman. Di tempatnya Teodhore Von Karman, guru besar yang pertama dalam konstruksi pesawat terbang, yang mendirikan NASA. Saya asisten di situ, dan bisa dibaca di Google," kisah dia seperti dilansir Kompas.com.

Lepas menyelesaikan pendidikan, Habibie bekerja untuk sebuah perusahaan di Hamburg, di mana ia pernah menjadi direktur dan executive vice president.

"Di situ lahir Airbus, yang sekarang membuat A-380 di situ. Waktu saya mulai ke situ (ada) 3.000 (karyawan), waktu saya tinggalkan 4.500, sekarang 16.000 (karyawan). Saudara-saudara, waktu 'nanjak' begini saya tiba-tiba disuruh pulang untuk membangun industri pesawat terbang jadi industri strategis," kenang Habibie.

Di bawah rezim Soeharto, BJ Habibie pun mencoba membangun industri pesawat terbang dengan bendera Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Indonesia pun pernah hampir memiliki industri pesawat terbang sebagai industri strategis yang kuat, tetapi kandas.

Habibie mengatakan, ide membuat pesawat terbang bukan idenya, bukan juga ide Soeharto. Akan tetapi, ide bangsa Indonesia, sesaat setelah mendeklarasikan kemerdekaan.

Jika ditanya siapa yang pertama kali memiliki inisiatif membuat pesawat terbang, menurut Habibie, jawabannya adalah Angkatan Udara RI (AURI).

"Jadi kalau ada suatu bangsa di mana saja dia berada yang mengerti pentingnya teknologi itu, maka itu adalah angkatan bersenjata, angkatan udara, angkatan darat, dan angkatan laut. Oleh karena itu yang mengembangkan teknologi itu adalah mereka dan khususnya AU terus mendorong untuk membuat pesawat terbang," aku Habibie.

"Dan saya ditugaskan membangun industri strategis. Tidak banyak yang tahu waktu saya jadi wakil presiden terpilih, saya harus meletakkan jabatan-jabatan yang saya miliki, dan industri stategis yang saya pimpin itu memiliki 48.000 karyawan dan turnover 10 miliar dollar AS," lanjut dia.

Seusai pemilu, Habibie mengatakan bersedia melanjutkan kepemimpinan Indonesia, jika pertanggungjawabannya diakui. Jika tidak, lanjutnya, ia memberikan posisi kepresidenan kepada orang lain.

"Belum lagi saya bicara tuntas, saya tidak diterima. Tapi tidak mengapa," tuturnya.

"Saya sampaikan kepada yang ganti, perhatikan dua hal. Satu, jangan lemahkan TNI karena itu adalah tulang punggung perjuangan bangsa Indonesia. Dua, jangan korek-korek industri strategis karena industri strategis adalah keinginan seluruh bangsa Indonesia sejak kemerdekaan. Putra putra terbaik yang memberikan apa saja yang dia miliki," tuturnya.

Namun, tiba-tiba industri strategis tersebut dibubarkan. "Saya sampai bilang ke Ibu Ainun 'Is that the price I have to pay to get my freedom? Kita akan kembali dan bangkit melaksanakan perjuangan yang sementara terhenti'," kenangnya.

Di hadapan direksi NAM Air, direksi Sriwijaya Air, dan Kementerian Perhubungan, Habibie mengatakan memanjatkan doa, dan bersyukur karena ada yang meneruskan perjuangan membangun industri strategis.

PT Regio Aviasi Industri (RAI) akan membangun R-80 yang sudah dipesan NAM Air sebanyak 100 unit.

"Saya ini orang tua, usia saya 77 tahun tapi semangat saya sama seperti waktu saya umur 17 tahun. Dan semangat ini saya temukan kembali pada yang hadir di sini, anak-anak intelektual saya, cucu-cucu intelektual saya. Saya yang mewakili generasi yang fading out, melihat ini semua saya bersyukur," ucap Habibie.

Pada 1998, Habibie punya peran penting dalam sejarah pergolakan Indonesia. Dia mengawal Indonesia dalam transisi dari zaman Orde Baru menuju era reformasi.

Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri, untuk menyiapkan proses demokrasi selanjutnya agar reformasi berjalan mulus. (Berita ini sudah tayang di intisari berjudul Habibie Meninggal Dunia: Kisah Pemuda Cerdas yang Sempat Didorong Soekarno, Namun Akhirnya Ditarik Soeharto)

4. Presiden Pertama yang Dimakamkan di TMP Kalibata

BJ Habibie menjadi presiden pertama RI yang dikebumikan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta.

BJ Habibie akan dimakamkan di samping makam istrinya, Ainun Habibie.


Lahan kosong di sebelah makam Ibu Negara Hasri Ainun Habibie di TMP Kalibata, Jakarta Selatan, disiapkan untuk liang lahat Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie di Blok M nomor 120. Foto dibuat saat persiapan pemakaman Ani Yudhoyono pada Sabtu (1/6/2019). Istri presiden ke-6 ini akan dimakamkan pada hari Minggu (2/6/2019) berdekatan dengan makam istri Presiden BJ Habibie, Ainun Habibie.
Lahan kosong di sebelah makam Ibu Negara Hasri Ainun Habibie di TMP Kalibata, Jakarta Selatan, disiapkan untuk liang lahat Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie di Blok M nomor 120. Foto dibuat saat persiapan pemakaman Ani Yudhoyono pada Sabtu (1/6/2019). Istri presiden ke-6 ini akan dimakamkan pada hari Minggu (2/6/2019) berdekatan dengan makam istri Presiden BJ Habibie, Ainun Habibie. (WARTA KOTA/Alex Suban)

Ketiga presiden RI sebelumnya diketahui dikebumikan di makam keluarga.

Presiden Ir Soekarno, misalnya.

Soekarno menangis ketika berziarah ke makam Jenderal Ahmad Yani.
Soekarno menangis ketika berziarah ke makam Jenderal Ahmad Yani. (Twitter)

Presiden pertama RI yang meninggal pada di Jakarta pada 21 Juni 1970 itu dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.

Makam Soekarno berada di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sanawetan, Kota Blitar.

Kompleks makam seluas 1,8 hektar sejak ini telah berdiri sejak Ir Soekarno wafat dan dimakamkan di sana.

Makam Soekarno berdampingan dengan makam kedua orangtuanya, Raden Mas Soekemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rei.

Sama halnya dengan presiden kedua RI, Soeharto.

Soeharto yang meninggal pada 27 Januari 2008 itu juga dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga, tepatnya di Astana Giri Bangun.

Presiden Soeharto menerima sungkem dari Ibu Tien Soeharto pada hari Idul Fitri 1 Syawal 1415 Hijriah, 3 Maret 1995.
Presiden Soeharto menerima sungkem dari Ibu Tien Soeharto pada hari Idul Fitri 1 Syawal 1415 Hijriah, 3 Maret 1995. (Istimewa)

Kompleks makam ini berada tepatnya di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Tak jauh dari Astana Giri Bangun, ada Astana Mangadeg yaitu kompleks pemakaman para penguasa Mangkunegaran, satu di antara pecahan Kesultanan Mataram.

Di Astana Mangadeg dimakamkan Mangkunegara (MN) I alias Pangeran Sambernyawa, MN II, dan MN III.

Di Astana Giri Bangun, Soeharto dimakamkan berdampingan dengan sang istri, Siti Hartinah atau Tien Soeharto yang telah lebih dulu meninggal pada 28 April 1996.

Sebenarnya, Soeharto berhak dimakamkan di TMP Kalibata.

Namun, sebelum meninggal, ia sudah berpesan dimakamkan di Astana Giri Bangun.

Beginilah makam Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto di Astana Giri Bangun, Karanganyar, Jawa Tengah.
Beginilah makam Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto di Astana Giri Bangun, Karanganyar, Jawa Tengah. (TRIBUNSOLO.COM/LABIB ZAMANI)

Ada cerita menarik yang datang dari penjaga makam keluarga Soeharto, Sukirno, dalam proses pemakaman Soeharto.

Kisah ini ada dalam buku 'Pak Harto Untold Stories' halaman 344 sebagaimana dikutip Tribunnews.com dari Surya.co.id.

Sukirno menuturkan, sebuah peristiwa aneh yang terjadi kala liang lahat untuk Soeharto pertama kali digali.

"Hantaman linggis yang pertama menghujam, disusul hantaman yang kedua. Tepat pada hantaman linggis yang ketiga tiba-tiba duarrrrrr."

"Terdengar suara ledakan yang sangat keras bergema di atas kepala kami," tutur Sukirno.

Menurutnya, ledakan itu mirip suara bom.

Semua orang yang berada di Astana langsung menengadah ke atas mencari sumber dentuman itu.

Anehnya di sekeliling Astana tidak ada yang porak poranda akibat ledakan keras tersebut.

Ledakan tersebut hanya seolah bunyi keras yang tidak meninggalkan bekas.

Sukirno pun memaknai ledakan itu pertanda semesta alam menerima jenazah Presiden Soeharto.

"Alhamdulillah, ini mengisyaratkan, Pak Harto benar-benar orang besar. Bumi mengisyaratkan penerimaannya terhadap jenazah beliau," ujarnya kala itu.

Sama halnya dengan dua presiden sebelumnya, presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur juga tidak dimakamkan di TMP Kalibata.

Jokowi duduk di samping Presiden ke-4 RI KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur. Foto diambil pada 8 Januari 2006 di Kraton Surakarta ketika Jokowi masih menjabat sebagai Walikota Solo, Jawa Tengah.
Jokowi duduk di samping Presiden ke-4 RI KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur. Foto diambil pada 8 Januari 2006 di Kraton Surakarta ketika Jokowi masih menjabat sebagai Walikota Solo, Jawa Tengah. (facebook Blontank Poer)

Gus Dur yang meninggal pada 30 Desember 2009 dimakamkan di kompleks Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur.

Makam Gus Dur berada sebelah utara pusara kakeknya yang juga pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari.

Berbeda dengan ketiga presiden sebelumnya, BJ Habibie akan dimakamkan di TMP Kalibata.

Hal ini sesuai permintaan BJ Habibie di mana ia ingin dikebumikan di samping makam sang istri, Ainun.

Bahkan sebelum meninggal, BJ Habibie telah memesan lokasi pusara tepat di sebelah mendiang sang istri.

Ini diputuskan berbarengan saat pemakaman almarhumah Ainun Habibie, yang dimakamkan Selasa (26/05/2010).

"Ya saya buat persyaratan, tidak mau istri saya dimakamkan di Taman Pahlawan, kavling itu kalau saya tidak disebelahnya."

"Kalau enggak, nggak usah. Itu persyaratan mutlak," tegas BJ Habibie saat menjadi bintang tamu di acara Mata Najwa.

Sebelum meninggal dunia, BJ Habibie juga sempat mengungkapkan jika ia pernah takut 'mati'.

Hal tersebut diungkapkan BJ Habibie di acara Mata Najwa yang ketika itu masih berada di stasiun MetroTV pada 2016 silam.

Awalnya, sang pembawa acara, Najwa Shihab, menanyakan pernyataan Habibie yang menyebutkan tentang cinta Illahi.

"Tadi Pak Habibie menyebutkan, cinta Illahi itu ketika, bahkan maut pun tidak dapat memisahkan. Pak Habibie masih setiap Jumat masih selalu ziarah ke makam Ibu Ainun," tanya Najwa Shihab.

Presiden RI ketiga BJ Habibie berdoa saat berziarah di makam istrinya Ainun Habibie, di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (20/9/2013). Presiden sekaligus ilmuwan kebanggaan Indonesia BJ Habibie wafat pada Rabu 11 September 2019 dalam usia 83 tahun.
Presiden RI ketiga BJ Habibie berdoa saat berziarah di makam istrinya Ainun Habibie, di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (20/9/2013). Presiden sekaligus ilmuwan kebanggaan Indonesia BJ Habibie wafat pada Rabu 11 September 2019 dalam usia 83 tahun. (Warta Kota/adhy kelana/kla)

5. Tiap Malam Bacakan Yasin dan Tahlil Untuk Istri dan Ibunya

Mendengarkan pertanyaan tersebut, Habibie pun mengaku jika dirinya tiap malam selalu membaca Surah Yasin dan Tahlil yang diperuntukkan kepada istrinya dan ibunya.

"Ya, ya, dan tiap malam saya selalu baca Yasin dan Tahlil untuk ibu yang melahirkan saya dan Ibu Ainun. Tiap malam, tiap hari," ungkap Habibie waktu itu.

Setelah itu, Habibie pun menceritakan ketika dirinya masih muda, pernah mengungkapkan jika ia takut 'mati'.

Ia pun menceritakan ketika dirinya mulai sakit-sakitan dan di operasi, Presiden ke-3 RI ini pun mengaku jika sangat takut dengan kematian.

Hal itu dikarenakan Habibie takut jika dirinya meninggal dunia, siapa yang akan menjaga istrinya, Ainun.

"Dulu waktu saya muda, terus jadi tua, agak sakit-sakitan, dioperasi, saya takut sekali kalau saya mati," ujar Habibie.

"Takutnya, karena saya bertanya, kalau saya tiada lagi, siapa yang jaga Ainun? Siapa yang kawani dia? Tentunya ada Leila, ada yang lain, tapi harus ada 24 jam, who? Saya nggak bisa jawab itu," ungkap Habibie.

"Karena saya tidak bisa jawab itu, saya takut sekali kalau saya mau mati," ujarnya sambil tersenyum.

Setelah mendengar pernyataan Habibie, Najwa Shihab pun menekankan kembali perkataan sang Presiden ke-3 RI ini.

"Takut mati waktu itu?" tanya Najwa Shihab.

"Waktu itu," jawab Habibie.

Habibie pun kembali mengatakan jika sekarang ia meninggal dunia, dirinya sudah tidak takut 'mati' seperti yang diungkapkan di awal.

"Kalau sekarang tidak, karena Ainun di dimensi yang lain, saya tahu dia di kavling nomor 121, di Kalibata, Taman Makam Pahlawan," ujar Habibie.

Setelah itu, Habibie pun mengaku jika ia sudah memesan kavling tepat di sebelah makam Ainun, sang istri tercintanya.

"Di kavling nomor 120, kosong, tempat saya nanti," ujar Habibie.

Najwa Shihab pun sampai heran dengan kesiapan Habibie yang sudah memesan kavling di sebelah Ainun.

"Pak Habibie bahkan sudah menyiapkan kavling di samping...?," tanya Najwa Shihab.

Mendengarkan pertanyaan Najwa Shihab, Habibie dengan tegas jika ia tidak mau kalau dirinya nanti meninggal dunia dan tak dimakamkan di sebelah Ainun.

Najwa Shihab kembali bertanya jika sekarang Habibie dijemput ajal, apakah ketakutan akan kematian masih menyelimuti.

Dengan tegas, Habibie pun menjawab jika sekarang ia sudah tidak lagi takut dengan kematian.

Sambil berkelakar, Habibie mengungkapkan jika dirinya sekarang meninggal dunia, bukan hanya ibunya saja yang menjemput, melainkan juga istrinya.

"Jika dulu Pak Habibie takut mati, sekarang?" tanya Najwa Shihab.

"Sekarang tidak, karena kalau misalnya saya mati, saya tidak takut."

"Karena kalau andai kata saya sampai waktunya dipanggil masuk ke dalam dimensi dalam keadaan Ainun, ya saya tahu yang akan menemui saya pertama bukan ibu saya saja dan keluarga, tapi Ainun sudah 'Hei, kamu sekarang di sini ya?'" ujar Habibie diiringi tawa dan tepuk tangan penonton.

6. Rangkaian Upacara Prosesi Pemakaman BJ Habibie

Rencananya, BJ Habibie akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP), Kalibata, Jakarta Selatan.

Tepatnya di samping makam almarhum istrinya, Asri Ainun.

Prosesi upacara pemakaman jenazah almarhum BJ Habibie akan dimulai Kamis (12/9/2019) pukul 12.30 WIB.

Dikutip dari Kompas.com, prosesi akan diawali dengan upacara penyerahan jenazah dari pihak keluarga ke pemerintah di rumah duka, Jalan Patra Kuningan XII/3, Jakarta Selatan.

"Prosesi esok rencana pemakaman jenazah pada jam 12.30 itu akan dilaksanakan upacara jenazah dari pihak keluarga kepada pemerintah," kata Sekretaris pribadi Habibie, Rubijanto, Rabu (12/9/2019) malam di rumah duka.

Menurut Rubijanto, upacara penyerahan jenazah akan dipimpin oleh Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman.

Setelahnya, prosesi dilanjutkan dengan pemberangkatan jenazah dari rumah duka menuju TMP Kalibata, Jakarta Selatan, pukul 13.00 WIB.

"Diharapkan (upacara penyerahan jenazah) 30 menit selesai kemudian jam 13 tepat kita start dari kediaman Patra Kuningan menuju ke TMP Kalibata," ujar Rubijanto.

Prosesi terakhir, upacara pemakaman jenazah di TMP Kalibata diagendakan pukul 13.30 WIB.

Upacara akan dipimpin langsung oleh Presiden RI Joko Widodo.

BERITA TERPOPULER:

Mau Bercerai? Hubungan Andre Taulany dan Erin di Ujung Tanduk, Humas Pengadilan Agama Bongkar Ini

PRAJURIT Kopassus 18 Hari Hilang di Hutan Papua: 3 Sosok Misterius Membantu Selama Tersesat

VIDEO: LAGI!, Detik-detik Tabrakan Beruntun Truk Kembali Terjadi di Tol Cipularang KM 91

FOLLOW INSTAGRAM TRIBUN JAMBI:

(Tribunnews.com/Sri Juliati/Whiesa Daniswara) (Kompas.com/Fitria Chusna Farisa)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul BJ Habibie jadi Presiden Pertama yang Dimakamkan di TMP Kalibata, Berdampingan dengan Ainun

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved