Viral Medsos

KKN di Desa Penari, 3 Hutan di Jawa Timur yang Disebut Paling Mirip Lokasi Dimana Kisah Horor

Tiga hutan yang berada di Jawa Timur ini disebut-sebut merupakan lokasi paling identik setting cerita KKN di Desa Penari yang tengah viral di sosmed

Editor: bandot
Twitter @SimpleM81378523
KKN di Desa Penari, 3 Hutan di Jawa Timur yang disebut Paling Mirip Lokasi Dimana Kisah Horor Terjadi 

Lokasi tempat KKN tersebut menurut penulis juga letaknya tak jauh dari sebuah hutan atau alas berinisial D. 

"Mobil berhenti di jalur masuk hutan D, menempuh perjalanan 4 sampai 5 jam dari kota S"

Hutan D banyak yang menduga itu merupakan hutan Dadapan yang letaknya berada di Kabupaten Bondowoso. 

Baca: Ibu Kota Jawa Barat Dari Bandung Akan Pindah ke Wilayah Ini, Simak Penjelasan Ridwan Kamil!

Baca: Ternyata Aulia Kesuma Sudah Rancang Rapi Aksi Pembunuhan Suami dan Anak Tiri, Sempat Kelabuhi Polisi

Baca: Idul Fitri Terakhir untuk Serda Rikson Edi Chandra, Biasanya Menyempatkan Diri Jenguk Jambi

Viralnya cerita KKN di Desa Penari membuat Netizen bersepkulasi dimana lokasi-lokasi tersebut. 

Akun Facebook Eko Bambang Visianto satu diantara yang menyebutkan analisinya. 

Kunci pertama adalah, harus disepakati bahwa "kisah nyata" tersebut terjadi di Jawa Timur yang dikuatkan dengan penggunaan kata "REK' atau "AREK" sejak cerita dimulai. No debate for this.

Kunci kedua adalah, para mahasiswa KKN itu adalah dari kampus di kota S yang sudah bisa dipastikan adalah Kota Surabaya. Salah satu petunjuk adalah cuplikan kisah versi Widya (bagian 1) sebagai berikut:

"cuk. sepedaan tah" kata Wahyu, spontan. Saat itu ada yang aneh entah disengaja atau tidak, ucapan yang di anggap biasa di kota S, di tanggapi lain oleh lelaki-lelaki itu, wajahnya tampak tidak suka, dan sinis tajam melihat wahyu.

Sudah pada tau kan kalo yang biasa bilang "cak-cuk-cak-cuk" semacam itu adalah para Bonek. Ya memang sih, Arema juga suka gitu. Tapi kan kota mereka berawalan huruf M, bukan S.

Kunci keempat adalah KKN dilaksanakan di kota B dan ada 2 kota yang namanya berawalan huruf B di atas yaitu Bondowoso dan Banyuwangi. Dari sini nama Bondowoso harus dicoret karena nggak cocok dari keseluruhan cerita di bagian 1 maupun bagian 2.

Alasannya?

Ada dijelaskan dalam cerita tersebut bahwa untuk menuju kota B harus melalui kota J yang sudah dipastikan itu adalah Kota Jember dan itu nggak wajar. Karena ngapain jauh-jauh muter ke selatan untuk menuju Bondowoso dari Surabaya.

Lagipula, Bondowoso sebagaimana kabupaten Tapal Kuda lain di wilayah pesisir utara, tidak akrab dengan tradisi "penari" atau tari-tarian seperti yang digambarkan dalam keseluruhan cerita. Itu ada kaitannya dengan kultur etnisitas wilayah-wilayah tersebut yang cenderung Madura sentris.

Berbeda dengan wilayah selatan yang konon berasal dari keturunan Majapahit yang lari menuju Bali setelah kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa itu runtuh. Sejak dari Tengger, Lumajang, Puger sampai Banyuwangi selatan, masih banyak tradisi dan pemeluk agama Hindu (pura tertua di Indonesia berada di kecamatan Senduro Lumajang). Apa boleh buat, sejak awal Madura memang "sudah Islam" sehingga tidak akrab dengan ritual-ritual semacam sesajen atau menutupi obyek-obyek yang dianggap magis dengan kain berwarna-warni tertentu sebagaimana banyak bertebaran dalam cerita KKN di Desa Penari tersebut.

Kota B adalah Banyuwangi semakin diperkuat oleh kekhawatiran ibu Widya setelah mengetahui bahwa putrinya itu akan melangsungkan KKN di sana. Well... meskipun Banyuwangi sekarang adalah kota yang luar biasa pesat kemajuannya dan terkenal oleh pariwisatanya yang mulai mendunia, tapi dulu siapa yang tak kenal dengan kota paling ujung timur pulau Jawa itu dalam hal reputasi dunia magisnya. Kata SANTET akan selalu dikaitkan dengan Banyuwangi, belum termasuk segala macam ajian pengasihan dan lain-lain, hingga dulu ada pameo, "hati-hati sama orang Banyuwangi"

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved