Kerusuhan di Papua
Jendral Tito Karnavian Perintahkan Pengibar Bendera Bintang Kejora di Depan Istana, Ditangkap
Jahja memperkirakan sudah ada sekitar 500 orang yang berkumpul di Waena. Sebanyak 500 personel TNI-Polri bersiaga di tempat kejadian.
Kerusuhan di Deiyai Papua

Sebelumnya, kerusuhan disertai kontak senjata terjadi di wilayah Deiyai, Papua, Rabu (28/8/2019).
Kerusuhan di Deiyai, Papua berawal dari aksi unjuk rasa yang diikuti sekitar 150 orang di halaman kantor Bupati Deiyai.
Massa yang mengikuti aksi meminta Bupati Deiyai menandatangani persetujuan referendum.
"Di Deiyai terkait masalah unjuk rasa yang dilakukan kelompok masyarakat, kurang lebih berjumlah 150 orang, menuntut bupati menandatangani persetujuan referendum,"ujar Dedi ketika ditemui di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Rabu.
Kemudian, saat aparat sedang bernegosiasi dengan massa, sekitar seribu orang tiba-tiba datang ke lokasi dari segala penjuru.
Massa yang baru datang sambil menarikan tarian adat perang.
Mereka juga membawa senjata tajam serta anak panah.
Lantas, mereka menyerang aparat TNI-Polri.
Berikut fakta-fakta mengenai kerusuhan di Deiyai, Papua, dirangkum Tribunnews dari berbagai sumber :
1. Dua masyarakat sipil menjadi korban

Sebelumnya, sempat tersiar kabar bahwa terdapat enam warga sipil yang menjadi korban dari peristiwa tersebut.
Namun, polisi mengatakan bahwa informasi tersebut belum dipastikan kebenarannya.
Belakangan, polisi kemudian menegaskan bahwa warga sipil yang menjadi korban meninggal dunia sebanyak dua orang.
Satu korban meninggal karena luka tembak, sementara seorang lainnya terkena anak panah.