Kerusuhan di Papua

Tak Mempan dengan Batasi Jaringan Internet, Hoaks di Papua Tetap Tersebar Lewat SMS Pasca kerusuhan

Namun ternyata, pembatasan internet tak mempat untuk menahan sebaran Hoaks di Papua, malah justru melalui pesan singkat SMS (Short Message Service).

Editor: Tommy Kurniawan
KOMPAS.com/BUDY SETIAWAN
Tak Mempan dengan Batasi Jaringan Internet, Hoaks di Papua Tetap Tersebar Lewat SMS Pasca kerusuhan 

Tak Mempan dengan Batasi Jaringan Internet, Hoaks di Papua Tetap Tersebar Lewat SMS Pasca kerusuhan

TRIBUNJAMBI.COM -Pembatasan jaringan internet dilakukan oleh pihak Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) di wilayah Papua Barat dan jayapura, Papua.

Pembatasan jaringan internet ini dilakukan selama beberapa jam pasca kerusuhan di Manokwari.

Namun ternyata, pembatasan internet tak mempat untuk menahan sebaran Hoaks di Papua, malah justru melalui pesan singkat SMS (Short Message Service).

Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Minggu (25/8/2019), Menkominfo Rudiantara mengaku telah menerima SMS berantai yang berisi ajakan untuk membuat aksi protes di Jayapura, Papua.

"SMS tersebut menyebar hingga ke luar Papua," ucap Rudiantara saat berada di Surabaya, Sabtu (24/8/2019).

Setelah mendapat pesan singkat tersebut, Rudiantara mengaku langsung menghubungi kapolda Papua untuk memastikan kondisi di Jayapura.

Namun setelah dicek, ternyata kondisi di Jayapura tenang dan kondusif.

Baca: Mengerikan, Beredar Video Detik-detik Pertempuran Hebat KKB Papua dan TNI di Wamena, 1 Anggota Tewas

Baca: Pujian Tak Biasa Anies Baswedan pada FPI hingga Doa Tulus untuk Habib Rizieq: Semoga Selalu Sehat

Baca: Kronologi Ayah Gendong Jenazah Anaknya Pulang Kerumah, Pihak Puskesmas Tolak Antar Pakai Ambulans

Baca: Kelakuan Nakal Hotman Paris, Goda Banyak Wanita Seksi, Begini Pengakuan Tak Biasa Asisten Pribadinya

Ia pun menghimbau siapa pun yang menerima pesan berantai tersebut, dapat segera menghapusnya dan tidak meneruskannya.

"Sudahlah, kalau ketemu SMS seperti itu dihapus saja," ucap Rudiantara.

Rudiantara menyebut bahwa kondisi kondusif di Papua Barat dan Papua, hanya terlihat di dunia nyata tidak di media sosial.

Karena hal itulah pihak Kominfo memutuskan untuk melakukan pembatasan, atas akses internet di Papua.

Rudiantara mengaku tidak mengetahui, hingga kapan pemabatasan internet di Papua akan berakhir.

Terkait dengan hal itu, Sekretaris Jenderal Kemenkominfo, Rosarita Niken Widiastuti menyebut banyak kabar tidak jelas yang beredar di media sosial.

Dikutip TribunWow.com dari Tribunnews.com, Minggu (25/8/2019), Niken juga menyebut awal mula dari peristiwa kerusuhan di Manokwari dan Jayapura, adalah kabar tidak jelas di media sosial.

“Peristiwa kemarin (di Surabaya dan Papua) basisnya karena berita yang tidak jelas. Ada orang yang tidak bertanggung jawab menyebarkan berita hoax, tanpa memikirkan dampak nasional untuk keutuhan bangsa dan negara," ucap Niken, Jumat (23/8/2019).

Ia menyebut bahwa penggunaan media sosial memerlukan kedewassan tersendiri.

Baginya media sosial memiliki sisi baik dan buruk dalam masyarakat.

Aksi blokade jalan oleh masyarakat Papua di Manokwari, terhadap kasus diamankannya 43 mahasiswa di Surabaya, Senin (19/8/2019).
Aksi blokade jalan oleh masyarakat Papua di Manokwari, terhadap kasus diamankannya 43 mahasiswa di Surabaya, Senin (19/8/2019). (KOMPAS.com/BUDY SETIAWAN)

“Media sosial betul-betul bisa memberikan value added bagi masyarakat di era demokrasi. Namun di satu sisi bisa juga menyebabkan potensi disintegrasi bangsa seperti yang terjadi di Surabaya, hingga merembet ke beberapa tempat hingga Makassar dan Papua," ucap Niken.

Ia juga mengajak masyarakat untuk menghentikan penyeraban berita tidak jelas, terlebih berita bohong atau hoaks.

“Ini (berita bohong di media sosial) harus dihentikan. Kita harus membersihkan media sosial dari potensi yang mendeskreditkan pihak-pihak tertentu yang berujung pada disintegrasi bangsa,” ucap Niken.

Sebelumnya, aksi unjuk rasa yang berjung rusuh di Manokwari dan Jayapura, merupakan imbas dari adanya berita bohong atau hoaks.

Untuk itu di hari kerusuhan terjadi yaitu Senin (19/8/2019) pihak Kominfo memutuskan untuk mengurangi jaringan internet.

Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Minggu(25/8/2019), Plt Kepala Humas Kemkominfo Ferdinandus Setu mengatakan ada dua kabar bohong yang harus dicegah.

Kabar bohong atau hoaks pertama yaitu mengenai foto warga Papua yang tewas dipukul aparat di Surabaya.

Lalu kabar hoaks lainnya adalah munculnya pesan yang berisi informasi, bahwa Polres Surabaya telah menculik dua orang pengantar makanan untuk mahasiswa Papua.

Munculnya dua kabar bohong tersebut disebut mampu menyulut emosi dan perlu ditanggulangi.

Jalan yang ambil pemerintah dengan mengurangi jaringan internet.

(TribunWow.com)

Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved