Kerusuhan di Papua
4 Alasan Gus Dur Dicintai Warga Papua, Pernah Sumbang Rp 1 Miliar dan Sempat Izinkan Kibar Bendera
Kepada ribuan pengunjuk rasa, Enembe menceritakan percakapannya via telepon dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
4 Alasan Gus Dur Dicintai Warga Papua, Pernah Sumbang Rp 1 Miliar dan Sempat Izinkan Kibar Bendera
Dulu, semasa Orde Baru, tabu jika orang Papua menyebut diri mereka sebagai orang Papua.
Namun, oleh Gus Dur tembok-tembok ketakutan itu diruntuhkan.
TRIBUNJAMBI.COM-Nama Presiden ke-4 Republik Indonesia Abdurrahman Wahid alias Gus Dur disebut-sebut oleh Gubernur Papua Lukas Enembe saat menemui ribuan pengunjuk rasa di Lapangan Apel Kantor Gubernur Papua, Kota Jayapura, Senin (19/8/2019).
Ribuan pengunjuk rasa itu menggelar aksi damai protes atas aksi persekusi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, Malang, dan Semarang.
Berbeda dengan di Manokwari yang diwarnai kerusuhan, aksi di Jayapura berlangsung damai dan tertib.
Kepada ribuan pengunjuk rasa, Enembe menceritakan percakapannya via telepon dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Saat itulah, Enembe menyingggung soal nama Gus Dur.
"Saya sampaikan (ke Khofifah), orang Papua mencintai Gus Dur, Ibu Gubernur tuh kadernya Gus Dur, kenapa mahasiswa saya dianiaya seperti itu hanya karena masalah bendera, tidak dibenarkan," kata Enembe sebagaimana dikutip dari Kompas.com.

Ia mempertanyakan kebijakan Khofifah yang tidak menerjunkan Banser untuk membela mahasiswa Papua yang diserang oleh organisasi kemasyarakatan lainnya.
"Saya sampaikan kepada Ibu Gubernur, ibu minta maaf bukan mewakili Jawa Timur, ini kelompok tertentu," ujar dia.
Lantas apakah yang telah dilakukan Gus Dur sehingga namanya disebut oleh Lukas Enembe dan menyatakan masyarakat Papua mencintai Gus Dur?
Berikut sejumlah kebijakan Gus Dur di Papua semasa Gus Dur menjabat jadi Presiden RI:
1. Sumbang Dana Rp 1 Miliar untuk Kongres Rakyat Papua
Dikutip dari tulisan Tri Agung Kristanto dalam buku Perjalanan Politik Gus Dur, Gus Dur memiliki peran besar dalam terselenggaranya Kongres Rakyat Papua pada akhir Mei 2000.