Perut Buaya Sinyulong 6 Meter di Jambi Dibedah, Temuan di Dalamnya Bikin Warga Kaget

Warga mencurigai, buaya Sinyulong sekira 6 meter tersebut merupakan buaya yang memakan warga di Tebo Ulu pada 2018. Perut buaya akhirnya dibedah

Penulis: Dedy Nurdin | Editor: Duanto AS
Tribun Jambi/Dedy Nurdin
Penguburan buaya sinyulong 6 meter yang mati karena ditembak warga di Desa Teluk Kuali, Kecamatan Tebo Ulu, Kabupaten Tebo, Jambi. Penguburan dilakukan BKSDA jambi disaksikan Polsek Tebu Ulu, kades dan tokoh masyarakat Desa Lubuk Benteng, Minggu (11/8/2019). 

"Ada ditemukan plastik, karung dan jaring di dalam perutnya. Itu yang melakukan warga waktu buaya itu mati mereka bedah untuk melihat apakah ada tulang belulang manusia," ujar Hefa Edison Tim Penanggulangan Konflik Satwa Liar Balai KSDA Jambi, Selasa (13/8/2019).

Penguburan buaya sinyulong 6 meter yang mati karena ditembak warga di Desa Teluk Kuali, Kecamatan Tebo Ulu, Kabupaten Tebo, Jambi. Penguburan dilakukan  BKSDA jambi disaksikan Polsek Tebu Ulu, kades dan tokoh masyarakat Desa Lubuk Benteng, Minggu (11/8/2019).
Penguburan buaya sinyulong 6 meter yang mati karena ditembak warga di Desa Teluk Kuali, Kecamatan Tebo Ulu, Kabupaten Tebo, Jambi. Penguburan dilakukan BKSDA jambi disaksikan Polsek Tebu Ulu, kades dan tokoh masyarakat Desa Lubuk Benteng, Minggu (11/8/2019). (Tribun Jambi/Dedy Nurdin)

Hefa menambahkan bahwa tak ditemukan tulang manusia di dalam perut buaya Sinyolong itu.

"Ada tulang belulang, tapi kemungkinan hewan karena tulangnya kecil," katanya.

Termasuk langka

Hefa menyayangkan buaya sinyulong tersebut ditembak mati.
Pasalnya sangat jarang bisa ditemukan ukuran buaya sinyulong sepanjang enam meter.

Apalagi buaya Sinyolong masuk dalam satwa dilindungi berdasarkan IUCN dengan status terancam punah.

Buaya sepanjang enam meter itu berjenis kelamin betina.

"Usianya itu kita perkirakan 30 sampai 50 tahun untuk ukuran seperti itu," terang Hefa.

Kasus temuan limbah plastik di dalam perut buaya bukanlah pertama kali terjadi di Jambi.

Hefa Edison mengatakan pada 2014, BKSDA Jambi pernah menemukan kasus kematian buaya akibat limbah plastik.

Limbah plastik tersebut ditemukan di dalam perut buaya yang mati.

"Kejadian tahun 2014 di Tungkal kami menemukan buaya mati, setelah diperiksa didalam perutnya kami menemukan sampah plastik, itu jenis buaya muara," ujarnya.

Aliran Sungai Batanghari dan anak sungainya menjadi habitat hidup pada buaya berdasarkan penelitian tahun 2011.

"Pernah dilakukan penelitian tapi saya tidak pegang datanya, penelitian itu menyebutkan kalau sungai Batanghari dan anak sungainya sampai ke hulu menjadi habitat buaya sinyulong," ujarnya.

"Yang mengherankan ditemukan buaya muara di hulu sungai Batanghari, seperti di Tebo," pungkasnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved