Kisah Militer

Penyamaran Kolonel Zulkifli Tak Terbaca, Sepak Terjang Mantan KSAD di Luar Negeri

Dengan mudah kolonel ini menyusup, membaca situasi dan kekuatan yang ada di suatu kota. Zulkifli Lubis merupakan intelijen legendaris di Indonesia.

Editor: Duanto AS
Istimewa
Kolonel Zulkifli Lubis, ahli penyamaran tingkat tinggi dan mantan KSAD. 

Dengan mudah kolonel ini menyusup, membaca situasi dan kekuatan yang ada di suatu kota. Zulkifli Lubis merupakan intelijen legendaris di Indonesia.

TRIBUNJAMBI.COM - Ada beberapa tokoh intelijen legendaris Indonesia yang berasal dari TNI.

Pada era 1980-an ada Ali Moertopo dan Benny Moerdani, kemudian Yoga Soegama. 

Pada 1990-an, muncul AM Hendropriyono dan sederet nama-nama lainnya.

Banyak yang tidak mengetahui, pada generasi awal, zaman terbentuknya badan intelijen di Indonesia, ada nama Kolonel Zulkifli Lubis.

Sosok ini merupakan intelijen yang misterius.

Kolonel ini merupakan cikal bakal terbentuknya badan intelijen di Indonesia.

Kemampuan tinggi bidang intelijen, sangat membantu tatkala Indonesia masih dalam masa pascakemerdekaan.

'Topeng' berlapis-lapis

Kisah intelijen yang kuat menutupi jati diri adalah Kolonel Zulkifli Lubis.

Baca: Intelijen Indonesia Vs Agen KGB Rusia di Jakarta, Mayor Sutardi Santai Bawa Anak-anak ke Restoran

Baca: Profesor Intelijen Vs Profesor Siber dari TNI dan Polri, Sama-sama Jenderal Senior di BIN

Baca: Tukang Bakso Itu Ternyata Intelijen Kepolisian, Mengapa Warga Tak Pernah Menyangka

Baca: Daftar 10 Artis Cantik yang Cerai saat Masih Muda, Kok Ada Nama Aurelie Moeremans?

Baca: 8 Artis Cantik Indonesia yang Tinggi Badan Kisaran 150 Cm, Mengapa Penampilan Terlihat Beda?

Jauh sebelum era Benny Moerdani, Kolonel misterius ini ditunjuk sebagai komandan intelijen pertama di Badan Istimewa (BI).

Dia merupakan sosok ahli penyamaran dan strategi, hingga bisa disebut memiliki 'topeng' berlapis karena misteriusnya.

Tentang Kolonel Zulkifli Lubis

Lahir: Banda Aceh, 26 Desember 1923 
Meninggal: Jakarta, 23 Juni 1993 
Jabatan: Pejabat KSAD pada 1955, Ketua Badan Intelijen pertama di Indonesia
Pertengahan 1944, Zulikfli Lubis diajak Rokugawa (bekas komandan Seinen Dojo) ke Malaysia dan Singapura.

Di sana dia berkenalan dengan Mayor Ogi, yang wajahnya mirip dengan orang Barat.

Sosok ini pandai berbahasa Perancis.

Perwira intelijen Jepang yang tinggal satu kamar dengan Zulkifli Lubis itu sering bercerita mengenai pengalamannya melakukan kegiatan intelijen di Vietnam.

Zulkifli Lubis beruntung karena ia adalah satu-satunya orang Indonesia yang berada di kota Singa itu yang memperoleh kesempatan untuk mempelajari dunia intelijen dalam praktik dengan bimbingan dari Rokugawa.

Zulkifli dan Rokugawa senantiasa melapor kepada komandan Jepang untuk wilayah Asia Tenggara di Singapura.

Di Singapura inilah Fujiwara Kikan, sebuah badan rahasia Jepang untuk Asia Tenggara, yang tersohor beroperasi.

Ketika kemudian Zulkifli Lubis berada di Kuala Lumpur, dia memperoleh kesempatan mengenai dunia intelijen lebih mendalam.

Rokugawa mengajari Zulkifli mengenai bagaimana caranya mengetahui jumlah penduduk dalam satu kota atau mengetahui apakah rakyat itu anti atau pro Jepang.

Kembali ke Tanah Air

Setelah belajar intelijen di luar negeri, Zulkifli kembali ke Tanah Air.

Ia melibatkan diri dalam rencana Jepang untuk membentuk kelompok-kelompok intelijen di berbagai tempat di Jawa sebagai pasukan gerilya untuk menghadapi pasukan Sekutu jika kelak mendarat.

Setelah Jepang menyerah, Sekutu pun mendarat dan tidak mendapat perlawanan yang berarti sebagaimana mestinya dari kelompok intelijen yang diorganisir oleh Zulkifli Lubis.

Cikal bakal di Indonesia

BI merupakan badan intelijen pertama yang didirikan pemerintah pada Agustus 1945 di bawah Badan Keamanan Rakyat (BKR). Kemudian BI bertransformasi menjadi Badan Rahasia Negara Indonesia (Brani) pada 1946.

Harian Kompas pernah menulis sosok kontroversial itu pada 28 Juni 1992, beberapa hari setelah ia wafat akibat sakit.

Sebagaimana layaknya sosok seorang intelijen, perjalanan kariernya selalu bisa menyulut penilaian pro-kontra.

Kenyataan bahwa Lubis dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kota Bogor dengan sebuah upacara kemiliteran secara layak, mungkin merupakan penghargaan yang diberikan negara kepadanya.

Pada era 1950-an, sempat terjadi peristiwa makar, yaitu percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno.

Peristiwa yang lebih dikenal sebagai Peristiwa Cikini itu dilakukan oleh sekolompok teroris asal Nusa Tenggara Barat.

Oleh sejumlah lawan politiknya, Lubis sempat diduga sebagai dalang peristiwa tersebut.

Sebab, pada era itu memang terjadi sejumlah peristiwa pembangkangan militer.

Para teroris yang diadili mengaku kenal Lubis. Namun, selama persidangan, tidak pernah ada bukti dan petunjuk bahwa Lubis mendalangi aksi teror itu.

Hingga sekarang, Lubis belum pernah diajukan ke pengadilan untuk memperjelas kasusnya.

Daan Mogot, bekas rekannya yang belajar bersama di Seinen Dojo di Tangerang pada era penjajahan Jepang, tidak pernah yakin Lubis berada di balik Peristiwa Cikini.

Ia justru menduga ada rekayasa yang dilakukan oleh pihak tertentu sebagai tindak lanjut pelaksanaan Piagam Yogya.

"Dengan meletusnya teror Cikini, perundingan menjadi mentah. Sebaliknya, radikalisme semakin merangsang semua pihak yang selama itu baru dalam tahap berbeda pendapat," demikian kata Daan Mogot.

"Masa seluruh pelaku teror tersebut dalam sehari semuanya sudah bisa digulung? Mana mungkin kalau bukan hasil rekayasa...," lanjut dia.

Kedok terbongkar

Dalam dunia intelijen, kerahasiaan merupakan kunci keberhasilan BIN di dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dalam mengamankan negara.

Ketika kedok seorang agen terbongkar dan misinya diketahui pihak lain, dapat dikatakan agen itu gagal.

Sebuah operasi intelijen yang baik dalam mencari informasi dan mengolahnya sebagai laporan yang baik.

Seorang agen yang andal tak hanya mencari informasi di media massa. Dia akan pergi melakukan cek, ricek, dan kroscek mengenai kabar kebenarannya.

Selain itu, kemampuan analisis merupakan hal yang tak kalah penting yang harus dimiliki seorang personel, selain kewajibannya dalam menjaga kerahasiaan. Selain itu, penting juga kecepatan dan keberanian seorang personel dalam mengambil keputusan.

Berikut ini pergantian nama organisasi intelijen negara dari 1946-sekarang:

BRANI (Badan Rahasia Negara Indonesia)
BKI (Badan Koordinasi Intelijen)
BPI (Badan Pusat Intelijen)
KIN (Komando Intelijen Negara)
BAKIN (Badan Koordinasi Intelijen Negara)
BIN (Badan Intelijen Negara)
Itulah kisah Kolonel Zulkifli Lubis, cikal bakal intelijen Indonesia.

Baca: Profesor Intelijen Vs Profesor Siber dari TNI dan Polri, Sama-sama Jenderal Senior di BIN

Baca: Tukang Bakso Itu Ternyata Intelijen Kepolisian, Mengapa Warga Tak Pernah Menyangka

Baca: Detik-detik Polisi Jogja Tilang KSAD di Perempatan Tugu Dekat Malioboro, Baru Sadar saat Baca SIM

Baca: Daftar 10 Artis Cantik yang Cerai saat Masih Muda, Kok Ada Nama Aurelie Moeremans?

Baca: 8 Artis Cantik Indonesia yang Tinggi Badan Kisaran 150 Cm, Mengapa Penampilan Terlihat Beda?

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved