Kopi Pagi
Kabut Asap Belum Berbahaya? Jangan Meremehkan Kebakaran Lahan dan Hutan
asap tidak saja merugikan kesehatan, namun di sisi sosial dan ekonomi, dampak kerugian yang harus kita tanggung akibat asap sangat besar
Penulis: Dodi Sarjana | Editor: Dodi Sarjana
KABUT ASAP kembali menggila. Kebakaran lahan dan hutan terjadi dimana-mana, menyebar di beberapa titik di wilayah Sumatera. Tak terkecuali di Jambi. Tercatat (kemarin) ada sekitar 174 hektare lahan terbakar.
Provinsi tetangga, Riau pun begitu adanya. Dikepung asap.
Manajer Kampanye Pangan, Air, dan Ekosistem Esensial Walhi Wahyu Perdana menyebutkan Indonesia masuk dalam kondisi mengkhawatirkan.
Saat ini terdapat 4.258 titik panas dengan 2.087 di antaranya terletak di kawasan konsesi dan kesatuan hidrologi gambut (KHG).
Dari jumlah tersebut, menurut Wahyu jika dibandingkan dengan data konsesi yang berada di KHG, tercatat 613 perusahaan yang beroperasi di KHG.
Baca: VIDEO: Sang Istri Ungkap Pesan Terakhir Agung Hercules Sebelum Meninggal Dunia
Baca: Aurel Quratu Aini Anggota Paskibra Meninggal secara Mendadak, Paman Ungkap Kejanggalan di Tubuh
Baca: TV ONLINE, Live Streaming Timnas U-15 Indonesia vs Filipina Siaran Langsung SCTV Piala AFF U-15
Hampir mencapai setengah dari titik panas yang tercatat sepanjang 2018 yakni sebanyak 8.617 titik panas.
Sekarang mari kita lihat data lebih lanjut dari Walhi yang di muat oleh CNN Indonesia, dari peta persebaran titik panas periode Januari hingga Juli 2019, 1.030 dari 4.258 titik panas terdapat pada Provinsi Riau, yang masuk ke dalam provinsi gawat darurat kebakaran hutan.
Titik panas terdeteksi muncul di area perkebunan seperti kelapa sawit, karet dan perkebunan campuran. WWF menuliskan jumlah titik panas di wilayah ini lebih besar daripada titik panas di hutan tropis dataran rendah.
Dari sisi jumlah, memang kebakaran diklaim lebih rendah dari 2015. Tetapi, Indonesia mengalami tren kenaikan jumlah titik panas selama 2017-2019.
Laporan Walhi 2019 mencatat terdapat titik panas di lahan gambut sebanyak 25.528 dan titik panas 48.775 pada 2015. Jumlah ini menurun pada 2016 menjadi 1.254 titik panas lahan gambut dan 4.950 titik panas.
Baca: Ingat Christy Jusung? Cerai dari Hengky Kurniawan hingga Diusir Suami Keduanya, Kini Jadi Janda Kaya
Baca: Maia Estianty Bakal Maafkan Mulan Jameela? Denny Darko Ramalkan Bakal Ada Guncangan di Tanah Air
Baca: Spesifikasi & Bocoran Tampilan Samsung Galaxy A90, Galaxy Note 10 dan Galaxy Note10+
Tren kenaikan terlihat dari 2017 dan 2018. Pada 2017 tercatat 346 titik panas di lahan gambut dengan 2.924 titik panas. Jumlah tersebut langsung melonjak sepuluh kali lipat untuk titik panas di titik panas lahan gambut menjadi 3.427.
Sementara untuk titik panas naik dari 2.924 pada 2017 menjadi 8.617 pada 2018.
Pernah Diacungi Jempol
Sebenarnya, upaya Indonesia mengendalikan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), beberapa tahun lalu pernah mendapat apresiasi dari negara-negara Asean peserta pertemuan Technical Working Group (TWG) on Transboundary Haze Pollution.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan sekaligus Ketua Delegasi Indonesia dalam TWG Raffles B. Panjaitan pada waktu itu mengungkapkan, keberhasilan itu terutama karena adanya perubahan paradigma penanganan karhutla di Indonesia.