Kisah Pembelot Wanita Korut Alami Hal Menyedihkan, Komandan Minta Dilayani: 'Kami Seperti Mainan'

TRIBUNJAMBI.COM - Wanita yang membelot dari Korea Utara ( Korut) mengaku pernah menjadi korban

Editor: ridwan
kompas.com
Ilustrasi penganiayaan 

"Saya tidak dapat hidup dengan lingkungan yang menyakitkan ini. Ketika saya membuka kisah ini, saya harap semua wanita juga melakukannya," kata Heo kepada CNN.

Banyak wanita yang diwawancarai mengaku tidak sadar menjadi korban pelecehan sehingga tak ada yang melapor ke polisi.

Heo menyatakan, jika ada yang berani melapor, maka mereka tidak akan memprosesnya. Atau atasannya bakal menekan agar menggugurkan kasusnya.

Baca: Zulkifli Hasan Direncanakan Turun Langsung ke Jambi, Berikan Pembekalan Caleg Terpilih

Pembelot lain bernama Park Young Hee mengaku mengalami pelecehan seksual ketika tertangkap melintasi perbatasan China dan dideportasi ke Korut.

Di hadapan penyidik yang menginterogasinya, Park dipaksa untuk menjawab pertanyaan yang kadang menjurus ke hal-hal seksual.

Direktur Eksekutif HRW Kenneth Roth menuturkan, setelah laporan itu keluar, Pyongyang tentu tidak bisa menyangkal telah terjadi kekerasan seksual di sana.

Baca: Uniknya Unico, Tempat Nongkrong yang Seluruh Dekorasinya Pakai Konsep Industrialis

Dia menjelaskan, para wanita Korut bisa menyuarakan tagar MeToo jika mengetahui adanya pelecehan seksual yang dialami.

Namun kedikatoran Kim telah membungkamnya. "Kim harus menghentikannya. Dia punya wewenang untuk melakukannya," tutur Roth.

"Saya tidak dapat hidup dengan lingkungan yang menyakitkan ini. Ketika saya membuka kisah ini, saya harap semua wanita juga melakukannya," kata Heo kepada CNN.

Baca: Promo B2 G1 di Transmart Jambi Minggu ini, Berlaku untuk Semua Produk Pakaian

Banyak wanita yang diwawancarai mengaku tidak sadar menjadi korban pelecehan sehingga tak ada yang melapor ke polisi.

Heo menyatakan, jika ada yang berani melapor, maka mereka tidak akan memprosesnya. Atau atasannya bakal menekan agar menggugurkan kasusnya.

Pembelot lain bernama Park Young Hee mengaku mengalami pelecehan seksual ketika tertangkap melintasi perbatasan China dan dideportasi ke Korut.

Baca: Terungkap, Gadis di Bungo Ini Diduga Dibunuh Cuma Gara-gara Menolak Cinta Tetangganya

Di hadapan penyidik yang menginterogasinya, Park dipaksa untuk menjawab pertanyaan yang kadang menjurus ke hal-hal seksual.

Direktur Eksekutif HRW Kenneth Roth menuturkan, setelah laporan itu keluar, Pyongyang tentu tidak bisa menyangkal telah terjadi kekerasan seksual di sana.

Dia menjelaskan, para wanita Korut bisa menyuarakan tagar MeToo jika mengetahui adanya pelecehan seksual yang dialami.

Baca: Disebut Ganteng oleh Hakim, Terdakwa Jambret Ini Terdiam dan Tak Berani Menatap Hakim

Baca: Anisah Dituntut 7 Bulan Penjara, Gadaikan BPKB Kakak Ipar, dan Menunggak Bayar Pinjaman

Baca: Partai Gerindra Percaya Diri, Rebut Jatah Ketua MPR RI, Partai Golkar Tak Mau Kalah

Namun kedikatoran Kim telah membungkamnya. "Kim harus menghentikannya. Dia punya wewenang untuk melakukannya," tutur Roth.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisahkan Pelecehan Seksual, Pembelot Wanita Korut: Kami seperti Mainan",

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved