Haji Bandu Mau Turunkan Kalau Ada Tawaran Rp 1000 per Butir, Kondisi Kelapa Kopra Jambi Terkini

Namun sejak setahun terakhir, para petani kelapa kopra mulai gelisah dengan anjloknya harga jual kelapa cungkil (kopra) di pasaran.

Penulis: Abdullah Usman | Editor: Duanto AS
Tribun Jambi/Abdullah Usman
Petani kelapa kopra di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, Kamis (5/7/2019). Harga komoditas ini anjlok sekira setahun terakhir. 

Kalau Ada yang Mau Rp 1.000 per Butir, Haji Bandu Mau Turunkan, Harga Kelapa Kopra Jambi Merosot di Pasaran

TRIBUNJAMBI.COM, MUARA SABAK - Sejak setahun terakhir harga kelapa kopra di Kabupaten Tanjab Timur mentok di Rp 210 ribu per pikul.

Kondisi harga yang rendah itu membuat petani 'menjerit'.

Beberapa wilayah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur masih mengandalkan komoditas kelapa kopra sebagai unggulan untuk penyokong ekonomi.

Untuk menghasilkan kelapa kopra yang bagus harus menggunakan kelapa pilihan dan kualitas buah maksimal.

Itu harus menggunakan kelapa yang benar-benar tua agar dapat diolah menjadi kelapa kopra, dengan melalui beberapa rangkaian proses.

Baca Juga

 Ingat Kasrin, Tukang Becak yang Naik Haji dengan Cara Misterius? Begini Kabarnya Sekarang

 Penjual Kerupuk Naik Haji, Kisah Darini Sabar dan Tekun Kumpulkan Uang 28 Tahun

 Siswi SMA Kerap Pergi ke Kantin Demi Melakukan, Cinta Terlarang dengan Guru Terungkap

 Hasil FP1 MotoGP Jerman 2019 - Fabio Quartararo Tercepat Disusul Marquez & Valentino Rossi

 Diduga Thoriq Jatuh Terperosok & Tersangkut Pohon, Jasad Pendaki Gunung Piramid Bondowoso Ditemukan

Namun sejak setahun terakhir, para petani kelapa kopra mulai gelisah dengan anjloknya harga jual kelapa cungkil (kopra) di pasaran.

Tidak diketahui pasti penyebab anjloknya harga kelapa kopra di pasaran tersebut.

Dengan kondisi harga rendah, puluhan petani kelapa yang memiliki ratusan hektare kebun kelapa terpaksa merugi.

Satu di antaranya seperti yang terjadi di Desa Kuala Lagan, Kecamatan Kuala Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Penelusuran Tribunjambi.com di kecamatan tersebut, hamparan perkebunan kelapa terlihat sejak memasuki perbatasan kecamatan tersebut.

Perkebunan kelapa yang mendominasi yang menunjukan komoditas kelapa masih menjadi andalan masyarakat sekitar.

Namun ironisnya, di balik hamparan hijau kebun kelapa tersebut terselip kesedihan para pemilik dan pekerja kebun kelapa.

Petani kelapa kopra di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, Kamis (5/7/2019). Harga komoditas ini anjlok sekira setahun terakhir.
Petani kelapa kopra di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, Kamis (5/7/2019). Harga komoditas ini anjlok sekira setahun terakhir. (Tribun Jambi/Abdullah Usman)

Persoalan harga masih menjadi hal serius bagi mereka saat ini.

H Bandu, satu dari petani sekaligus pemilik kebun kelapa di kawasan Desa Kuala Lagan, menuturkan para petani di Kecamatan Kuala Jambi hampir semua mengeluh saat ini.

Terutama untuk harga kelapa cungkil (kopra) yang jauh mengalami merosot.

"Saat ini untuk sepikul kelapa (kopra) siap jual saja hanya mampu dihargai pembeli Rp 210 ribu saja. Jumlah tersebut jauh berbanding terbalik dengan beberapa tahun sebelumnya yang mencapai Rp 300 ribu-Rp 600 ribu per pikul," ujarnya Kamis (5/7/2019).

Diakuinya, keadaan tersebut sudah terjadi hampir setahun berjalan para petani sakit.

Sejak sebelum pemilu harga sudah mulai anjlok dan terus merosot hingga di angka yang saat ini.

Dengan keadaan tersebut, ratusan hektare kebun kelapa di daerah tersebut terancam tak terurus.

Terkait anjloknya harga kelapa tersebut, menurut petani berdasarkan keterangan dari para tauke dan pengepul merosotnya harga kelapa kopra di pasaran, satu di antaranya karena banjirnya pasokan kelapa dari provinsi tetangga.

Termasuk kelapa kopra yang selama ini menjadi urat nadi perekonomian warga pesisir timur Jambi.

"Selain itu ada juga kabarnya, dikarenakan pabrik pengolahan kelapa di provinsi tersebut gulung tikar. Jadi banyak buah kelapa yang dilempar ke Jambi sehingga harga kelapa lokal berdampak," jelasnya.

Dia mengatakan untuk jenis kelapa selain kopra, kelapa bulat (kupas palembang), meski harga jualnya lebih tinggi hitungan butir, namun masih belum bisa menjadi alternatif bagi petani.

Pasalnya selain sepi peminat juga tidak ada nya pemesan jumlah banyak yang datang mencari tidak seperti kelapa kopra tadi.

"Kalau ada yang mau ngambil Rp 1.000 saja per butir, saya mau turunkan semua kelapa kita. Tetapi itulah yang mencari itu (pembeli) masih sepi tidak seramai kopra," jelasnya.

Meskipun ada beberapa petani memang sudah memiliki link atau langganan tetap, sasaran mereka tidak lagi skala provinsi melainkan kota besar lainnya termasuk jakarta.

Jadi mereka sudah ada pembeli tetap sehingga tidak takut merugi.

"Saat ini kita petani kelapa merasa sakit dengan harga jual yang tidak sesuai harapan. Selain itu harus membayar upah cungkil dan sulak pekerja Rp 85-Rp 100 per orang. Dari hasil penjualan kopra tersebut hanya mencukupi untuk kebutuhan makan sehari hari saja dan itu sudah sangat bersyukur," tuturnya.

Usulan petani ikut lelang provinsi

Terpuruknya harga kelapa kopra saat ini di pasaran dan menjadi permasalahan serius bagi petani. Pemkab Tanjung Jabung Timur melalui Disperindag memberikan solusi dan menyarankan petani untuk ikut lelang.

Kabid Perdagangan Disperindag Tanjab Timur, Afrinaldi, mengatakan terkait anjloknya harga kelapa kopra tersebut sudah merupakan permasalahan harga pasar nasional. Dimana untuk mengubah atau memperbaiki harga tersebut kembali normal tentu membutuhkan waktu.

Kabid Perdagangan Disperindag Tanjab Timur, Afrinaldi
Kabid Perdagangan Disperindag Tanjab Timur, Afrinaldi (Tribun Jambi/Abdullah Usman)

Meski belum diketahui kapan harga tersebut akan kembali normal seperti sedia kala, pihaknya hanya bisa memberikan solusi dan saran kepada para petani untuk mengikuti lelang agro yang diadakan Disperindag Provinsi Jambi, dimana para petani dapat menjajakan hasil kebun mereka di lelang tersebut.

"Melalui lelang agro yang diadakan disperindag provinsi tersebut, diharapkan menjadi solusinya, petani bisa diundang untuk ikut lelang tersebut meski memang ada klasifikasinya," tuturnya

Lelang tersebut menggunakan sistem forward, biasanya dilakukan setahun 4-6 edisi. Untuk Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun ini sudah pernah mengikuti lelang tersebut dua kali.

"Tahun ini sudah dua kali dilakukan lelang, yakni untuk komoditas pinang dan pangan, namun untuk kopra belum ada," ujarnya

Untuk dapat mengikuti lelang tersebut, para petani harus terlebih dahulu mengusulkan atau mengajukan produk yang akan mereka lelang tersebut ke dinas terkait. Baik melalui disperindag kabupaten maupun provinsi yang nantinya akan ditindaklanjuti.

Namun untuk para petani sendiri, produk yang diajukan belum tentu dapat langsung dilakukan lelang. Itu mengingat pemerintah juga harus melihat pasaran mana komoditas yang tengah dicari saat ini dan memang dibutuhkan oleh banyak orang sehingga dapat disertakan dalam lelang.

"Harapannya dengan lelang tadi bisa jadi solusi bagi para petani. Dan harga tergantung hasil lelang," jelasnya.

Lebih lanjut dikatakannya pula, untuk olahan kelapa tidak harus mentok pada kelapa bisa arangnya (batok kelapa), pinang. Dan disperindag sendiri bisa mengusulkan apa yang akan disertakan lelang dan menunggu jawaban dari mereka apakah ada peminat atau tidak dengan barang yang kita usulkan tadi.

"Mungkin untuk saat ini hanya itu solusi yang dapat dilakukan, namun kembali lagi ke provinsi karena lekang tersebut yang menyelenggarakannya dinas perindag provinsi," pungkasnya. (Abdullah Usman / Tribunjambi.com)

 Adams Apple Penjelasan Jakun dan Lucinta Luna, Faktanya Belum Tentu Wanita Tak Punya

 Hasil FP1 MotoGP Jerman 2019 - Fabio Quartararo Tercepat Disusul Marquez & Valentino Rossi

 Siswi SMA Kerap Pergi ke Kantin Demi Melakukan, Cinta Terlarang dengan Guru Terungkap

 Penjual Kerupuk Naik Haji, Kisah Darini Sabar dan Tekun Kumpulkan Uang 28 Tahun

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved