SULTAN Brunei Terperangah Saksikan Kopassus Makan Ular, Jenderal Pentagon Sebut Pakai 'Ilmu Hantu'
TRIBUNJAMBI.COM - Kehebatan prajurit Kopassus melakukan atraksi berbahaya dan makan ular kobra bukan
TRIBUNJAMBI.COM - Kehebatan prajurit Kopassus melakukan atraksi berbahaya dan makan ular kobra bukan hanya disaksikan Jenderal Pentagon AS, tapi juga bikin Sultan Brunei terperangah.
Bahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah secara langsung mengajak seorang raja menyaksikan anggota Kopassus memakan ular hidup.
Kala itu kehadiran raja kaya raya Brunei Darussalam hadir di Indonesia dalam mempererat hubungan antar kedua negara.
Baca: Bukti 5 Seleb Sabar, Menanti Momongan Setelah Lama Menikah, Akhirnya Membuahkan Hasil yang Manis
Baca: Napi Rutan Sungai Penuh Kabur ke Riau, 5 Petugas Rutan Diperiksa Kanwil Kemenkumham
Sesuai jadwal, Jokowi memang mengajak Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah itu ke markas Kopassus.
Di tengah guyuran hujan deras, Pasukan Kopassus TNI yang sudah bersiap, menampilkan atraksi debus di hadapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah di Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur, Kamis (3/5/2018).
Jokowi yang duduk bersama Sultan di kursi depan tampak serius melihat pertunjukkan debus yang menampilkan aksi makan dan minum daging serta darah ular.
Baca: Bukti 5 Seleb Sabar, Menanti Momongan Setelah Lama Menikah, Akhirnya Membuahkan Hasil yang Manis
Baca: Kopassus Buat Pasukan Inggris Lari Terbirit-birit Kala Satu Rekannya Dikubur di Belantara Kalimantan
Tampak di tengah-tengah pertunjukan, Jokowi menutup mulutnya sambil menunjukkan ekspresi ngeri.
Saking ngerinya, Kepala Negara sampai menoleh ke arah Sultan dan putranya, Pangeran Mateen Bolkiah.
Jokowi pun spontan bergidik ngeri sendiri sambil tertawa.
Baca: Baru Lima Menit Bersihkan Perahu di Sungai, Pria Ini Ditemukan Tewas Tanpa Kaki dan Tangan
Baca: Polisi Akan Selidiki Keterlibatan Kades Mekarsari Terkait Pengolahan Minyak Ilegal
Baca: Bahaya Bagi Pengendara, Banyak Mainhole di Jalan Talang Gulo Hilang Dicuri

Acara yang dimulai sekira pukul 16.00 tersebut, sengaja ditampilkan di hadapan Sultan Brunei sebagai suguhan pertunjukkan budaya khas Indonesia.
Tidak hanya pertunjukan debus, kedua pemimpin negara tersebut dipertontonkan atraksi pemecahan batako berlapis-lapis dan atraksi pencak silat.
Turut hadir mendampingi Jokowi antara lain Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Menkopolhukam Wiranto, Mensesneg Pratikno dan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi.
Baca: Artis Seksi Nova Eliza, Ngaku Kangen Ingin Dihamili Lagi, Apa Benar Punya Rencana Menikah Lagi?
Baca: Rumah Mewah Bekas Pembunuhan 6 Orang di Pulomas Laku Terjual, Ternyata Ini Sosok Pembelinya
Baca: Rumah Mewah Bekas Pembunuhan 6 Orang di Pulomas Laku Terjual, Ternyata Ini Sosok Pembelinya
Selain menyaksikan pertunjukkan budaya, Sultan Brunei didampingi Jokowi direncanakan melihat pameran alutsista dan menyempatkan untuk bermain bulu tangkis bersama.

Berawal pada 1980-an. Saat itu ABRI (sekarang TNI) hendak membentuk pasukan khusus.
Pasukan khusus yang dibentuk nantinya memiliki kemampuan antiteror.
Saat itu, satuan pasukan khusus dari berbagai negara dijadikan sebagai referensi.
Berbagai referensi diperoleh, seperti ilmu pasukan khusus dari Jerman (GSG-9), Inggris (SAS), pasukan khusus antiteror Angkatan Laut Prancis dan pasukan khusus Korea Selatan.
Baca: Gubernur Jambi Ingin Program Kerja Dekranasda Dapat Perkuat Kerajian Khas Jambi
Baca: VIDEO Tersebar Siswi SMA Jadi Budak Pemuas Nafsu Oknum Guru Miliki 4 Istri Selama Tiga Tahun
Baca: Tegangnya Sidang Sengketa Pilpres 2019, Hakim MK Malah Tertawa saat Saksi BPN Minta Hal Ini
Jenderal didi Pentag dan atraksi debus Kopassus (Kolase/Ist)
Satuan-satuan itu banyak mempengaruhi pembentukan pasukan khusus di lingkungan TNI.
Teknik pelatihan pasukan khusus dari sejumlah negara itu kemudian direkomendasikan Asisten Intelijen Hankam/Kepala Pusat Intelijen Strategi Letjen TNI, LB Moerdani, untuk segera diterapkan dalam pembentukan pasukan khusus TNI di kesatuan Kopassus.
Pasalnya semua teknik yang diramu dari berbagai ‘aliran’ pasukan khusus itu, diyakini mampu membentuk tiap personel pasukan khusus TNI menjadi pasukan tempur yang sangat profesional.
Profesional yang dimaksud oleh Letjen Benny adalah tiap personel pasukan khusus yang sudah terlatih baik bisa melaksanakan misinya hingga tuntas meski hanya bermodal peralatan dan persenjataan yang sangat terbatas.
Baca: Mengenal Sosok Riko Mappedeceng, Pengusaha Jambi yang Jadi Dosen Sekaligus Fotografer
Baca: Buktikan Sayang Saat Ulang Tahun, Pelajar di Jambi Diajak Hubungan Intim Sampai 7 Kali
Baca: Sidang Ketiga MK, Haris Azhar Tolak Jadi Saksi 02 hingga Detik-detik Hakim Ancam Usir BW Karena Ini

Dengan kata lain kehebatan pasukan khusus tidak ditentukan oleh teknologi yang digunakan dalam pertempuran.
Melainkan, oleh kemampuan personel dalam penguasaan ilmu beladiri, penggunaan senjata tajam, dan ketrampilan penggunaan senjata api yang tidak dilengkapi teknologi serba canggih.
Oleh karena itu demi mencetak pasukan khusus yang dalam misi tempurnya tidak terlalu tergantung pada teknologi, Letjen LB Moerdani melarang pasukan-pasukan khusus AS untuk dipergunakan sebagai referensi.
Hingga saat ini pasukan-pasukan khusus AS seperti Green Berets, Navy Seal, Delta Force, SWAT, dan lainnya memang selalu tergantung kepada teknologi militer untuk mendukung operasi tempurnya.
Baca: Amir Sakib Hadiri Pengantar Tugas Ketua Pengadilan Negeri Kuala Tungkal, Ini Harapannya
Baca: VIRAL Media Sosial Video Seorang Pria Kenakan Seragam Ormas Marah di Minimarket, Begini Nyatanya
Misalnya, untuk melakukan pertempuran malam hari, semua pasukan khusus AS sangat tergantung kepada teropong pelihat malam (Night Vision Google/NVG) sehingga bisa melihat targetnya dalam gelap.
Tapi bagi pasukan khusus seperti Kopassus, untuk melihat dalam gelap tidak perlu NVG.
Kopassus sudah dibekali ilmu beladiri pernapasan Merpati Putih sehingga bisa ‘melihat’ dalam gelap.
Setiap prajurit Kopassus juga mampu menembak tepat layaknya sniper tanpa dibantu teropong dalam jarak minimal 300 meter.
Sedangkan, pasukan khusus AS umumnya bisa melakukannya dengan bantuan teropong.
Baca: Rumah Mewah Bekas Pembunuhan 6 Orang di Pulomas Laku Terjual, Ternyata Ini Sosok Pembelinya
Baca: Artis Seksi Nova Eliza, Ngaku Kangen Ingin Dihamili Lagi, Apa Benar Punya Rencana Menikah Lagi?
Pasukan khusus AS yang umumnya berbadan besar kadang merasa superior dibandingkan pasukan khusus TNI yang berbadan lebih kecil.
Tapi para pasukan khusus AS itu menjadi tidak berkutik ketika ilmu debus pasukan khusus TNI mulai dikeluarkan.
Selain menjadi kebal oleh sabetan senjata tajam, berkat ilmu debus yang dikuasai, seorang pasukan khusus AS yang berbadan raksasa hanya bisa kebingungan.
Pasalnya ketika pasukan khusus AS itu di suruh berdiri di atas selembar kertas koran, kemudian diangkat oleh dua pasukan khusus TNI sambil mengerahkan negara dalamnya. Dia bisa terangkat dengan mudah.
Namun, yang paling mudah untuk membuat klenger para pasukan khusus AS, ketika dalam latihan jungle survival disuguhi buah durian.
Baca: 6 Bandar Narkoba di Jambi akan Dipindah ke Lapas Nusa Kambangan
Baca: Napi Rutan Sungai Penuh Kabur ke Riau, 5 Petugas Rutan Diperiksa Kanwil Kemenkumham
Baca: Bahaya Bagi Pengendara, Banyak Mainhole di Jalan Talang Gulo Hilang Dicuri
Tak seorang pun pasukan AS berani makan durian, sementara pasukan khusus TNI bisa menyantap semua durian penuh gairan dan suka cita.
Grup-grup di Kopassus
- Grup 1/Parakomando: berlokasi di Serang, Banten
- Grup 2/Parakomando: berlokasi di Kartasura, Jawa Tengah
- Grup 3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus: berlokasi di Batujajar, Jawa Barat
- Grup 4/Sandhi Yudha: berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
- Grup 5/Anti Teror: berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
-
Baca: VIDEO Tersebar Siswi SMA Jadi Budak Pemuas Nafsu Oknum Guru Miliki 4 Istri Selama Tiga Tahun
-
Baca: Gubernur Jambi Ingin Program Kerja Dekranasda Dapat Perkuat Kerajian Khas Jambi
Detasemen 81, unit anti teroris Kopassus, ditiadakan dan diintegrasikan ke grup-grup tadi. Sebutan bagi pemimpin Kopassusjuga ditingkatkan dari Komandan Kopassus yang berpangkat Brigjen menjadi Danjen Kopassus yang berpangkat Mayjen bersamaan dengan reorganisasi ini.
Jenderal Pentagon dan Ilmu Hantu
Berkat kemampuan pasukan khusus Indonesia yang tiap personelnya menguasai ilmu beladiri dan tenaga dalam itu, telah membuat para jenderal di markas besar militer AS, Pentagonketakutan.
Para jenderal di Pentagon yakin, pasukan khusus Indonesia menguasai ‘ilmu hantu’, sementara pasukan khusus AS sama sekali asing dengan ilmu kebatinan tersebut.
Oleh karena itu, jika dalam latihan bersama para pasukan khusus TNI mulai menerapkan ilmu kanuragannya (beladiri dan tenaga dalam).
Baca: Tegangnya Sidang Sengketa Pilpres 2019, Hakim MK Malah Tertawa saat Saksi BPN Minta Hal Ini
Baca: Sekda M Dianto Apresiasi Pandangan Umum Fraksi di DPRD Provinsi Jambi
Baca: Bukan hanya untuk Memesak, Ternyata Minyak Sayur Juga Bagus untuk Kesehatan Kulit Loh, Lakukan Ini

Misalnya makan beling sewaktu mempraktekkan ilmu debus, benar-benar membuat para pasukan khusus AS sama sekali tak berkutik.
Maka menjadi masuk akal jika dalam pertempuran melawan pasukan khusus TNI, para pasukan khusus AS yang bertempur tanpa menggunakan teknologi militer canggihnya, bisa dengan mudah dikalahkan.
Tulisan ini bersumber dari buku Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, PBK, 2009.
Baca: Buktikan Sayang Saat Ulang Tahun, Pelajar di Jambi Diajak Hubungan Intim Sampai 7 Kali
Baca: Napi Rutan Sungai Penuh Kabur ke Riau, 5 Petugas Rutan Diperiksa Kanwil Kemenkumham
Kisah-kisah militer dan Kopassus dapat dibaca di Tribunjambi.com.
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Tak Hanya Jenderal AS Aksi Kopassus Makan Ular Bikin Heran Sultan Kaya Raya Brunei Darussalam,