Aksi 22 Mei
Misteri Siapa Wanita Bercadar yang Diduga Bawa Bom di Dekat Gedung Bawaslu, Ternyata Ini Isi Tasnya
Aparat kepolisian mengamankan seorang wanita bercadar yang sempat membuat panik sejumlah orang dalam kericuhan saat aksi 22 Mei di sekitar gedung Bawa
TRIBUNNEWS.COM -- Aparat kepolisian mengamankan seorang wanita bercadar yang sempat membuat panik sejumlah orang dalam kericuhan saat aksi 22 Mei di sekitar gedung Bawaslu RI, Jakarta, Rabu (22/5/2019).
Perilaku wanita yang sendirian, seperti orang kebingungan dan linglung justru membuat beberapa petugas juga sangat hati-hati dan tak berani mendekatinya.

Perempuan berpakaian hitam dan menggunakan cadar itu membawa sebuah tas ransel dan diduga berisi bom.
Dalam video yang beredar di media sosial terlihat wanita itu seperti kebingungan dan polisi meminta ia untuk menjauh dan duduk.
Baca: Jadwal Buka Buka Puasa Ramadhan ke-18 dan Salat Subuh & Imsak Jambi Hari Jumat 24 Mei 2019
Baca: Berikut Daftar HP Android Harga Rp 2 Jutaan untuk Lebaran 2019, THR Sebentar Lagi Cair
Baca: Polisi Dalami dan Periksa Perempuan Berpakaian Hitam-Hitam, Bercadar Pakai Tas Ransel di Aksi 22 Mei
Baca: Posisi Prabowo Bisa Unggul 55 Persen di MK Menurut Mahfud MD, Bila Hal Seperti Ini Terjadi
Tetapi wanita itu berkeras berdiri dan mendekati polisi.
“Ibu yang pakai baju hitam duduk. Duduk sekarang ibu, duduk sekarang. Kami peringatkan ibu agar duduk," kata petugas lewat pengeras suara.
Tak lama kemudian bom asap pun dilempar ke sekitar lokasi wanita tersebut. Dan ia kemudian tampak lari menjauh.
Karo Penmas Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo membenarkan kejadian tersebut.
Pihak kepolisian, jelasnya, telah mengamankan wanita tersebut dan saat ini sedang ditangani oleh Kriminal Umum Polda Metro Jaya.

Setelah digeledah, wanita di dalam tas wanita tersebut berisi minuman mineral, alquran kecil, satu buku tafsir dan satu botol obat.
Baca: Polisi Dalami dan Periksa Perempuan Berpakaian Hitam-Hitam, Bercadar Pakai Tas Ransel di Aksi 22 Mei
Baca: Diundang Mata Najwa, Andre Rosiade Teriak-teriak Bicara Korban Aksi 22 Mei, Ditegur Sikapnya Begini
Dedi mengatakan, bahwa wanita tersebut tidak membawa bahan peledak, namun dia diduga sedang kebingungan.
"Itu fake bom. Hasil keterangan sementara yang bersangkutan mengalami depresi. Namun masih di dalami oleh psikiater," ujar Dedi
Seorang perempuan bercadar, berpakaian hitam-hitam dan mengenakan tas ransel diketahui mendekati polisi yang tengah berjaga di kawasan Kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Rabu (22/5).
Polisi sempat meminta perempuan itu melepas ranselnya dan tidak mendekati barisan Brimob yang tengah berjaga.
Namun lantaran tak diindahkan, polisi saat itu menembakkan gas air mata kepada yang bersangkutan.
Terkait hal itu, Mabes Polri menegaskan masih memeriksa yang bersangkutan terkait motivasi mendekati kerumunan polisi di aksi 22 Mei.

"Lagi diperiksa saat ini, dan pemeriksaannya akan dilihat sampai sejauh mana keberadaan yang bersangkutan, kemudian motivasinya apa masih didalami," ujar Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (23/5/2019).
Sementara terkait benda yang dibawa perempuan tersebut dalam ransel, mantan Wakapolda Kalimantan Tengah itu belum bisa memastikan.
Baca: Jadwal Buka Buka Puasa Ramadhan ke-18 dan Salat Subuh & Imsak Jambi Hari Jumat 24 Mei 2019
Ia mengatakan penyidik masih mendalami isi dari ransel yang bersangkutan dan belum menyampaikan hasilnya kepada Divisi Humas Polri.
"Belum disampaikan oleh penyidik, baru diamankan aja. Ada tas, masih didalami apa isinya," imbuh Dedi.
Sebelumnya diberitakan, seorang perempuan bepakaian hitam-hitam berjalan santai dari arah depan Gedung Jaya menuju ke Gedung Badan Pengawas Pemilihan Umum, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019) malam.

Aparat kepolisian dihampiri dengan seorang perempuan bercadar dengan pakaian hitam-hitam. Perempuan yang membawa tas itu, jalan santai dari arah Gedung Jaya ke Gedung Bawaslu.
Ia jalan santai sendirian. "Ibu mundur. Ibu mundur," kata seorang petugas kepolisian kepada ibu-ibu tersebut.
Namun, imbauan itu tidak dihiraukan. Tiga aparat kepolisian kembali mengingatkan dari jarak cukup jauh. "Ibu mundur. Ibu mundur," tapi tidak kunjung dihiraukan.

"Ibu duduk. Ibu duduk," kata seorang polisi dengan menggunakan pengeras suara.
Hingga akhirnya, aparat kepolisian terpaksa melakukan tindakan terukur dengan menembakkan gas air mata. Barulah perempuan itu memilih mundur.