Pilpres 2019

Koalisi Prabowo - Sandiaga Uno Sudah Retak Sejak Awal, Pengamat: Terutama Demokrat dan Gerindra

Pengamat politik dari Center of Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menganggap sebenarnya koalisi Prabowo-Sandiaga memang tidak

Editor: Tommy Kurniawan
Instagram
Koalisi Prabowo-Sandiaga Sudah Retak Sejak Awal, Pengamat: Terutama Demokrat dan Gerindra 

Koalisi Prabowo-Sandiaga Sudah Retak Sejak Awal, Pengamat: Terutama Demokrat dan Gerindra

TRIBUNJAMBI.COM - Ujian kekompakan tengah di uji dari kubu Koalisi Indonesia Adil Makmur yang merupakan pengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno

Anggapan bahwa koalisi ini tidak solid kembali muncul ke permukaan ketika Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono melontarkan pernyataan keras terhadap Partai Demokrat.

Arief mempersilakan Partai Demokrat untuk keluar dari koalisi itu.

Pengamat politik dari Center of Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menganggap sebenarnya koalisi Prabowo-Sandiaga memang tidak solid sejak sebelum dibentuk.

"Pertama menurut saya koalisi ini sebenarnya sudah retak sejak awal," ujar Arya kepada Kompas.com, Minggu (12/5/2019).

Baca: 12 Milenial Bakal Masuk dalam Calon Menteri Jokowi, Ada Grace, Merry Riana, Inayah, hingga Tsamara

Baca: Tim TKN 01 dan Sandiaga Satu Kesamaan, Berharap Orang yang Serang Jokowi Sebaiknya Diproses Hukum

Baca: Syahrini Sesumbar, Tanpa Jadi Penyanyi Bisa Keliling Dunia, Ternyata Kerjaan Sampingannya Begini

Baca: Real Count KPU pada Senin (13/5) Pukul 07.30 WIB, Perbedaan Suara Drastis Terjadi di Daerah Ini

Baca: Ribut Depan Kamera, Arsy Sebut Anang Hermansyah Jahat, Respon Aurel Saat Putri Ashanty Singgung Ini

Menurut Arya, keretakan itu tampak dari dua partai di dalam Koalisi Indonesia Adil Makmur, yaitu Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional.  Dia menjelaskan indikasi-indikasi yang tampak.

"Terutama Demokrat ya yang sejak awal membebaskan kepala daerah mereka untuk mendukung paslon manapun dalam pilpres," kata dia.

Padahal sebagai bagian dari koalisi, Partai Demokrat harus menjamin seluruh kadernya mengikuti sikap partai.

Belum lagi soal drama sebelum penetapan Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden.

Prabowo Subianto bersama Sandiaga Uno saat mendeklarasikan kemenangan Pilpres
Prabowo Subianto bersama Sandiaga Uno saat mendeklarasikan kemenangan Pilpres (Youtube/CNNIndonesia)

Ketika itu, Andi Arief yang merupakan wakil ketua umum Partai Demokrat mengungkapkan adanya mahar politik dalam penunjukan Sandiaga Uno.

Sementara itu, PAN juga mengalami persoalan yang mirip dengan Demokrat.

Banyak kadernya di daerah-daerah yang secara terbuka mengumumkan perbedaan sikap mereka dengan mendukung pasangan calon nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf.

PAN sendiri akhir-akhir ini juga mulai dipertanyakan "kesetiaannya".

Ada isu bahwa PAN akan berpindah arah dukungannya ke pasangan calon presiden petahana.

Isu berkembang setelah Ketua MPR yang juga Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan bertemu dengan Presiden Jokowi.

Selain itu, indikasi retaknya koalisi ini terlihat dari susunan struktur Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga.

"Struktur BPN secara umum tidak mencerminkan kekuatan partai pendukung. Betapa salah satu partai itu mendominasi posisi strategis di koalisiitu padahal mereka satu koalisi ya," ujar Arya.

Arya mengatakan hal itu merupakan tanda-tanda tidak solidnya Koalisi Indonesia Adil Makmur.

Oleh karena itu dia tidak heran ketika saat ini ada isu bahwa beberapa partai pengusung paslon 02 akan mengubah arah dukungannya.

"Karena memang retak sejak awal," ujar Arya.

Arief Poyuono Minta Demokrat Keluar Dari Koalisi

Pernyataan politisi Gerindra Arief Poyuono soal Partai Demokrat yang diminta keluar dari koalisi Prabowo-sandi menuai reaksi dari sejumlah pihak.

Calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno bahkan menyebut jika koalisi Prabowo-Sandi tetap solid sehingga pernyataan Arief Poyuono dinilai berlebihan.

Sandiaga Uno menyayangkan pernyataan Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono yang meminta Partai Demokrat (PD) keluar dari Koalisi Indonesia Adil Makmur pengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Kepala Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean bahkan tegaskan koalisi Prabowo-Sandi tetap solid.

Sandiaga Uno - Beda Bendapat, Sandi Kritik Politisi Gerindra Ini Minta Demokrat Keluar dari Koalisi
Sandiaga Uno - Beda Bendapat, Sandi Kritik Politisi Gerindra Ini Minta Demokrat Keluar dari Koalisi (KOMPAS.com/Ryana Aryadita)

"Saya mengkritisi Pak Arief. Ini bulan suci Ramadhan harus memberi pernyataan yang sejuk. Kalimat seperti itu tidak senada dengan bulan Ramadhan yang bulan silaturahim, saya menyayangkan," kata Sandiaga di gedung Pandan Sari, Jl Pusdika, Harjamukti, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Jumat (10/5/2019).

Ia menilai pernyataan Arief tidak sejalan dengan yang terjadi di koalisi.   

Arief Poyuono
Arief Poyuono (KOMPAS IMAGES)

Menurutnya, partai koalisi masih menjalin komunikasi yang baik dengan elit Demokrat.

 

“Koalisi kita solid. Alhmadulillah solid sama Pak Syarief Hasan (Wakil Ketua Umum Partai Demokrat) juga,” jelas Sandi.

Sebelumnya, WAKIL Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono meminta Partai Demokrat keluar dari Koalisi Indonesia Adil Makmur pengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

 

Selain itu, Arief Poyuono menyebut sikap Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) seperti serangga undur-undur.

Hal itu disebut Arief Poyuono lantaran Partai Demokrat telah merapat ke kubu Jokowi-Maruf Amin.

GERINDRA ANCAM, Minta Partai Demokrat Keluar Koalisi, Ferdinand Hutahaean Tegaskan Sikap Partai . .

Kepala Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menegaskan, partainya akan bertahan di Koalisi Adil Makmur pengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno setelah Pilpres 2019 benar-benar usai.

 

Hal ini disampaikan Ferdinand menanggapi penyataan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono yang meminta agar Demokrat keluar dari koalisi Prabowo-Sandi.

“Pesan saya, Arief Poyuono tidak perlu berbicara seperti itu, karena Partai Demokrat tentu akan mengambil sikap ketika Pilpres ini usai. Tunggu sikap kami,” kata Ferdinand saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (11/5/2019).

Ferdinand mengatakan, koalisi yang dibangun Demokrat dengan partai lain adalah untuk mengusung Prabowo-Sandi di Pilpres 2019.

Oleh karena itu, kerja sama dalam koalisi baru akan berakhir setelah semua proses berakhir.

Adapun saat ini proses rekapitulasi suara oleh KPU masih berlangsung.

“Jadi Arief Poyuono tidak usah berkomentar sesuatu yang bermutu. Sebaiknya berjuang saja, bekerja keras memenangkan Prabowo dari pada hanya komentar tak berguna,” kata dia.

Ferdinand mengatakan, selama ini tidak melihat Arief Puyuono melakukan sesuatu yang berguna demi kemenangan Prabowo-Sandi.

Menurut dia, hal itu tidak berbanding lurus dengan militansi Partai Demokrat dalam memenangkan pasangan nomor urut 02 itu.

“Dibandingkan dengan kader-kader Partai Demokrat, apa yang sudah dilakukan Arief,” kata dia.

 

Sebelumnya, Arief Poyuono mempersilakan Partai Demokrat keluar dari Koalisi Indonesia Adil dan Makmur pendukung pasangan Prabowo-Sandi. Arief menilai sejak bergabung dalam koalisi, elite Partai Demokrat tidak memiliki sikap politik yang jelas.

"Demokrat sebaiknya keluar saja dari koalisi Adil Makmur. Jangan elite-nya dan Ketum kayak serangga undur-undur ya, mau mundur dari koalisi saja pakai mencla mencle segala," ujar Arief melalui keterangan tertulisnya, Jumat (10/5/2019).  

Selain itu, kata Arief, selama masa Pilpres 2019, Partai Demokrat sama sekali tidak memberikan pengaruh perolehan suara pasangan Prabowo-Sandiaga.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengamat: Koalisi Prabowo-Sandiaga Sudah Retak Sejak Awal ",

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved