Kisah Militer
Pengkhianatan Kepala Desa Bikin 13 Paskhas Tertangkap, Misi Legendaris di Kalimantan Selatan
Pasukan itu 'nekat' melakukan terjun payung meski belum mendapat pendidikan sempurna. Setelah pendaratan, karena pengkhianatan kepala desa setempat
Pasukan itu 'nekat' melakukan terjun payung meski belum mendapat pendidikan sempurna. Setelah pendaratan, karena pengkhianatan kepala desa setempat, pasukan cikal bakal Paskhas ini disergap musuh. Pertarungan tak terhindarkan.
TRIBUNJAMBI.COM - Peristiwa itu terjadi pada 17 Oktober 1947.
Ketika mendengar kata Paskhas atau Korpaskhas, hal yang paling melekat adalah pesawat tempur dan TNI AU.
Ini merupakan satu di antara pasukan elite TNI andalan di berbagai misi dan operasi militer.

Pasukan khusus ini telah berhasil melakukan berbagai misi, di belantara maupun di tengah kepungan pasukan musuh.
Satu di antara yang legendaris adalah penerjunan pasukan pertama kali di Kalimantan Selatan.
Baca: Kompi C Dihujani Peluru Sniper, Kopassus Denjaka Paskhas Lawan Teman Sendiri Saparua 1999
Baca: Benny Kecantol Pramugari Garuda Indonesia, Perjalanan Cinta Kopassus yang Suka Hilang Mendadak
Baca: Daftar Nama Tokoh Muda yang Disebut-sebut Masuk Kabinet Jokowi-Maruf Amin Bila Menang
Baca: Keahlian Spesial Chef Marinka, Ini Senjata Rahasia Koki Cantik Lulusan Le Cordon Bleu
Baca: Kapolsek Rochana dan Polwan Mira Kaget saat Nyamar jadi PSK, Ternyata Si Bos Itu sudah Dikenalnya
Saat itu, Gubernur Kalimantan, Ir Pangeran Muhammad Noor, mengajukan permintaan kepada Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) (Sekarang TNI AU)
Dia meminta agar pemerintah mengirimkan pasukan payung ke Kalimantan untuk tugas membentuk dan menyusun gerilyawan, membantu perjuangan rakyat di Kalimantan.
Selain itu, ada permintaan untuk membuka stasiun radio induk untuk memungkinkan hubungan antara Yogyakarta dan Kalimantan, dan mengusahakan serta menyempurnakan daerah penerjunan (dropping zone) untuk penerjunan selanjutnya.
Dakota dikirim
Atas inisiatif Komodor Udara Suryadi Suryadarma, kemudian dipilih 12 orang putra asli Kalimantan dan 2 orang PHB AURI untuk melakukan penerjunan.
Pada 17 Oktober 1947, tiga belas orang anggota berhasil diterjunkan di Sambi, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Mereka yang diterjunkan antara lain Hari Hadi Sumantri (montir radio AURI asal Semarang), FM Soejoto (juru radio AURI asal Ponorogo), Iskandar (pimpinan pasukan), Ahmad Kosasih, Bachri, J Bitak, C Williem, Imanuel, Amirudin, Ali Akbar, M Dahlan, JH Darius, Marawi.
Saat itu, semua anggota itu belum pernah mendapat pendidikan terjun payung secara sempurna, kecuali mendapatkan pelajaran teori dan latihan di darat (ground training).
Seorang lagi yang bernama Jamhani batal terjun karena takut.

Setelah mendapat personel, maka dimulailah operasi lintas udara pertama dalam sejarah Indonesia.
Rombongan itu diterjunkan dari pesawat C-47 Dakota RI-002 yang diterbangkan Bob Freeberg yang berkebangsaan Amerika sekaligus sebagai pemilik pesawat.
Sebagai ko-pilot Opsir (U) III Suhodo, dan jump master Opsir Muda (Udara) III Amir Hamzah.
Bertindak sebagai penunjuk daerah penerjunan yaitu Mayor (Udara) Cilik Riwut yang putra asli Kalimantan.
Pasukan ini awalnya akan diterjunkan di Sepanbiha, Kalimantan Selatan.
Namun, akibat cuaca yang buruk dan kontur daerah Kalimantan yang berhutan lebat mengakibatkan Mayor (U) Cilik Riwut kebingungan saat memrediksi tempat penerjunan.
Setelah bergerilya di dalam hutan pada 23 November 1947, pasukan ini disergap tentara Belanda akibat pengkhianatan seorang kepala desa setempat.
Penyergapan itu mengakibatkan gugurnya Hari Hadi Sumantri, Iskandar dan Ahmad Kosasih.
Anggota tim yang lainnya berhasil lolos. Namun akhirnya setelah beberapa bulan, mereka juga ditangkap Belanda.
Dalam pengadilan, Belanda tidak dapat membuktikan bahwa mereka adalah pasukan payung.
Akhirnya mereka dihukum sebagai seorang kriminal biasa.
Mereka dibebaskan setelah menjalani hukuman 1 tahun dan langsung diangkat menjadi anggota AURI oleh Komodor (Udara) Suryadi Suryadarma.
Penanda lahirnya satuan tempur
Peristiwa Penerjunan yang dilakukan tiga belas prajurit AURI itu merupakan peristiwa yang menandai lahirnya satuan tempur pasukan khas TNI Angkatan Udara.

Kemudian, pada 17 Oktober 1947 ditetapkan sebagai hari jadi Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat), yang sekarang dikenal dengan Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (Korpaskhas).
Spesialisasi Paskhas
Saat ini, pasukan khusus TNI AU itu bernama Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (Korpaskhasau), Paskhas atau sebutan lainnya Baret Jingga.
Pasukan ini dilatih di daerah Margahayu, Bandung.
Ini merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga matra, yaitu udara, laut, darat.
Setiap prajurit Paskhas diharuskan minimal memiliki kualifikasi para-komando (Parako).
Paskhas mampu melaksanakan tugas secara profesional, kemudian ditambahkan kemampuan khusus kematraudaraan sesuai dengan spesialisasinya.
Tugas Paskhas sebagai satuan tempur negara. Yang membedakan, yaitu dari semua fungsi paskhas sebagai pasukan pemukul NKRI yang siap diterjunkan disegala medan baik hutan, kota, rawa, sungai, laut.
Ciri khas tugas tambahan yang tidak dimiliki pasukan lain, yaitu Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD), merebut dan mempertahankan pangkalan.
Pasukan Paskas juga selanjutnya menyiapkan pendaratan pesawat dan penerjunan pasukan kawan.
Kisah-kisah pasukan elite TNI dapat dibaca di Tribunjambi.com. (*)
Baca: Kompi C Dihujani Peluru Sniper, Kopassus Denjaka Paskhas Lawan Teman Sendiri Saparua 1999
Baca: Otak Encer Komandan Kopaska, Benda Kecil Melar Jadi Senjata Rahasia Ledakkan Kapal Musuh
Baca: Beberapa Perwira TNI Dikirim Termasuk Dandenjaka, 8 Tahun Kemudian Suhartono Jadi Komandan Marinir
Baca: 83 Personel Paskhas Hilang dalam Operasi, Daftar 5 Pertempuran Besar Baret Jingga
Baca: Kapolsek Rochana dan Polwan Mira Kaget saat Nyamar jadi PSK, Ternyata Si Bos Itu sudah Dikenalnya
Baca: Keahlian Spesial Chef Marinka, Ini Senjata Rahasia Koki Cantik Lulusan Le Cordon Bleu