Berita Batanghari
Petani Karet di Batanghari Jambi Ramai Beralih ke Sawit, Kecewa Harga Murah dan 4 Tahun Tak Naik
Petani karet di Desa Penerokan, Kecamatan Bajubang terus mengeluhkan terkait rendahnya harga jual karet saat ini
Penulis: Rian Aidilfi Afriandi | Editor: bandot
Petani Karet di Batanghari Jambi Ramai-ramai Beralih ke Sawit, Kecewa Harga Murah dan Empat Tahun Tak Naik
TRIBUNJAMBI.COM - Petani karet di Desa Penerokan, Kecamatan Bajubang terus mengeluhkan terkait rendahnya harga jual karet saat ini.
Hal itulah yang membuat hampir 50 persen warga beralih ke perkebunan kelapa sawit.
Satu diantara petani karet yang beralih ke perkebunan kelapa sawit adalah Teguh.
Ia mengatakan, sudah empat tahun harga jual karet tidak mengalami perubahan dan kini warga sudah banyak beralih dikarenakan harga jual karet yang terbilang buruk.
"Sebagian besar lahan perkebunan karet masyarakat di desa ini telah beralih menjadi perkebunan sawit," ungkapnya, Rabu (1/5/2019).
Teguh menambahkan, sejak empat tahun terakhir harga jual tertinggi karet hanya sampai Rp 8.000. Harga jual tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari petani karet.
Menurutnya, harga jual karet minimal itu yakni Rp 15 ribu - Rp 20 ribu.
Tapi jika masih dikisaran harga Rp 8.000 - Rp 10 ribu itu tidak sesuai.
"Karena harga kebutuhan pokok saat ini sudah cukup tinggi. Jadi, untuk memenuhi kebutuhan lain petani karet harus mencari pekerjaan sampingan lainnya," keluhnya.
Dia berhadap berharap agar pemerintah dapat mengambil kebijakan untuk meningkatkan harga jual karet.
Menurutnya pula, jika kondisi harga karet tak kunjung membaik hingga dua atau tiga tahun kedepan. Kemungkinan besar petani karet sudah langka dijumpai.
"Dan petani akan beralih ke komoditas yang lebih menjanjikan mengingat kebutuhan hidup semakin meningkat. Tinggi rendahnya harga jual karet tersebut ditentukan oleh kualitas karet yang disadap oleh petani," jelasnya.
Deputi Pangan dan Pertanian Kemenko RI, Musdalifah sebelumnya pernah mengunjungi Pasar Lelang Karet di Kabupaten Batanghari.
Dia sempat mengatakan, terkait kenaikan harga karet tersebut sebenarnya bergantung pada konsumen yang berada di lima atau tujuh perusahaan yang mengelola karet di dunia.
"Saat ini ada beberapa negara pesaing yang juga dilirik oleh perusahaan pengelola karet tersebut. Jika kualitas karet kita rendah, secara otomatis perusahaan tersebut akan beralih ke negara lain," katanya.
Saat ini pemerintah telah berupaya untuk mengelola hasil karet tersebut di dalam negeri.
Beberapa langkah yang tengah ditempuh pemerintah saat ini yakni melakukan pengakajian terhadap produk-produk yang dapat di hasilkan dengan menggunakan bahan dasar karet.
"Bila indsutri dalam negeri mampu mengelola karet menjadi produk jadi maka peluang kebutuhan karet meningkat dan secara tidak langsung juga berdampak terhadap harga jual karet dipetani itu sendiri," pungkasnya. (*)
Baca: Semaraknya Suasana Kampoeng Ramadan di RT 28 The Hok Jambi, Tadarusan Hingga Olahraga Memanah
Baca: Dikaruniai Tubuh Menawan dan Tinggi, Begini Keseharian Wanita Pengawal Presiden Rusia Vladimir Putin
Baca: SBY Permalukan Seorang Pemuda yang Tagih Janji di Panggung, Terungkap Maksud Orang Itu
Baca: Siapa Sebenarnya Ulin Niam Yusron? Motor Tim Medsos Jokowi yang Pernah Bongkar @TrioMacan2000