Kisah Militer
Misteri 'Hell Week' Kopassus di Cilacap, Puncak dari Segala Pelatihan yang Bagai 'Neraka'
Mengapa markas hanya mengirim segelintir anggota Kopassus saja saat misi? Sebenarnya berapa jumlah prajurit komando
Mengapa markas hanya mengirim segelintir anggota Kopassus saja saat misi? Sebenarnya berapa jumlah prajurit komando yang ada di Indonesia?
TRIBUNJAMBI.COM - Kemampuan Kopassus memang di luar dugaan. Korps Baret Merah ini kerap dikirim untuk misi berisiko tinggi.
Apabila diperhatikan, dalam misi tersebut, personel pasukan elite TNI AD yang dikirim hanya segelintir prajurit.
Markas komando sengaja hanya mengirim prajurit Kopassus dalam 'hitungan jari'.
Itu menimbulkan pertanyaan, sebenarnya berapa jumlah anggota Kopassus di Indonesia?
Pertanyaan berapa jumlah anggota Komando Pasukan Khusus, sampai kini tak terjawab secara pasti.

Namun, ada perbedaan mendasar di Kopassus dibanding kesatuan TNI lainnya.
Kopassus tidak terikat pada ukuran umum satuan infanteri.
Baca: Strategi Santai Kopassus Disebut Media Thailand Lagi Piknik, Tapi Bisa Tumpas Pembajak Pesawat
Baca: Sumber Kemampuan Rahasia Kopassus jadi Pasukan Elite Disegani, Sekejap Bisa Bikin Hancur
Baca: Tim Rahasia Kopassus Pakai Sandi Rahasia Cewek, Sebut Satu Kata Intelijen Tempur Langsung Siap
Baca: Anggia Chan Kebobolan saat Pacaran 45 Hari dengan Vicky Prasetyo, Makan Hati Lalu Bongkar Aib
Itu terlihat juga dari satuan-satuan di dalamnya yang disebut grup.
Dalam Kopassus dibagi dalam lima grup, yang masing-masing punya spesialisasi.
- Grup1/Para Komando, lokasi di Serang, Banten
- Grup2/Para Komando, lokasi di Kartasura, Jawa Tengah
- Grup3/Sandhi Yudha, lokasi di Cijantung, Jakarta Timur
- Satuan 81/Penanggulangan Teror, lokasi di Cijantung, Jakarta Timur
- Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus, lokasi di Batujajar, Jawa Barat
Melansir beberapa sumber, grup-grup itu memiliki fungsi tempur, kecuali Pusdiklatpassus yang berfungsi pendidikan komando.
Perlu diketahui, tidak semua tentara bisa masuk pendidikan komando. Ada kualifikasi khusus yang menjadi kriteria.
Ini yang menjadikan kemampuan pasukan elite TNI jauh berada di atas rerata.
"Neraka" di Cilacap
Siapa saja yang bisa menjadi anggota Kopassus?
Pertanyaan ini kerap terlontar ketika melihat kehebatan anggota Kopassus.
Kopassus merupakan bagian dari Komando Utama tempur yang dimiliki TNI Angkatan Darat.

Anggota Kopassus memiliki kualifikasi kemampuan khusus. Antara lain bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian dan antiteror.
Menjadi anggota Kopassus merupakan kebanggaan setiap prajurit TNI AD. Pasalnya, untuk bergabung pasukan elite TNI AD bukan hal mudah.
Baca: Strategi Santai Kopassus Disebut Media Thailand Lagi Piknik, Tapi Bisa Tumpas Pembajak Pesawat
Baca: Sumber Kemampuan Rahasia Kopassus jadi Pasukan Elite Disegani, Sekejap Bisa Bikin Hancur
Baca: 3 Zodiak yang Diprediksi Bakal Putus Cinta di Tahun 2019
Pasukan Korps Baret Merah ini digadang-gadang sebagai satu di antara pasukan terbaik di dunia.
Setidaknya, calon anggota Kopassus harus mampu lari 2,4 kilometer dalam waktu 12 menit, 40 kali push up dalam semenit, tidak takut ketinggian dan lainnya.
Bagaimana proses pelatihan Kopassus?
Sebelum prajurit pasukan elite TNI AD mendapatkan Baret Merah dan brevet komando kebanggaan korps, prajurit harus melewati pelatihan khusus.
Pelatihan khusus itu nyaris melewati kemampuan batas kemampuan manusia, karena sangat keras.
Dalam buku yang berjudul Pramono Edhie Wibowo dan Cetak Biru Indonesia ke Depan, yang diterbitkan QailQita Publishing, 2014, mantan Kepala Staf TNI AD, Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo, membeberkan pengalamannya saat mengikuti latihan Kopassus.
Pertama, Tahap Basis
Pemusatan pelatihan ini dilaksanakan di Pusat Pendidikan Pelatihan Khusus, Batujajar, Bandung.

Di sini, calon prajurit komando dilatih keterampilan dasar. Seperti menembak, teknik dan taktik tempur, operasi raid, perebutan cepat, serangan unit komando, navigasi darat dan berbagai keterampilan lain.
Kedua, Tahap Hutan Gunung
Pelatihan ini dilaksanakan di Citatah, Bandung.
Di sini, para calon prajurit komando berlatih untuk menjadi pendaki serbu, penjejakan, anti penjejakan, survival di tengah hutan.
Dalam pelatihan survival, calon Prajurit komando harus bisa hidup di hutan dengan makanan alami yang tersedia di hutan.
Dengan latihan ini Prajurit Komando harus bisa membedakan tumbuhan yang beracun dan dapat dimakan, dan juga mampu berburu binatang liar untuk mempertahankan hidup.
Tahap latihan hutan gunung diakhiri dengan long march dari Situ Lembang ke Cilacap.
Saat perjalanan, calon prajurit komando harus membawa amunisi, tambang peluncur, senjata dan perlengkapan perorangan.
Ketiga, Tahap Rawa Laut
Latihan terberat sudah menanti saat sampai di Cilacap.
Calon prajurit komando berinfliltrasi melalui rawa laut.
Di sini, materi latihan meliputi navigasi laut, survival laut, pelolosan, renang ponco dan pendaratan menggunakan perahu karet.
Para calon prajurit komando harus mampu berenang melintasi selat dari Cilacap ke Nusakambangan.
“Latihan di Nusakambangan merupakan latihan tahap akhir, oleh karena itu ada yang menyebutnya sebagai hell week atau minggu neraka. Yang paling berat, materi latihan ‘pelolosan’ dan ‘kamp tawanan’,” kata Pramono.
Dalam latihan itu para calon prajurit komando dilepas pagi hari tanpa bekal, dan paling lambat pukul 10 malam sudah harus sampai di suatu titik tertentu.
Selama “pelolosan” si calon harus menghindari segala macam rintangan alam maupun tembakan dari musuh yang mengejar.
Dalam pelolosan itu, kalau siswa sampai tertangkap, maka itu berarti neraka baginya.
Bila calon prajurit Kopassus tertangkap, dia akan diinterogasi layaknya dalam perang.
Para pelatih yang berperan sebagai musuh akan menyiksa prajurit malang itu untuk mendapatkan informasi.
Dalam kondisi seperti itu, si prajurit harus mampu mengatasi penderitaan, tidak boleh membocorkan informasi yang dimilikinya.
Untuk siswa yang tidak tertangkap bukan berarti mereka lolos dari neraka.
Pada akhirnya, mereka pun harus kembali ke kamp untuk menjalani siksaan.
Selama tiga hari siswa menjalani latihan di kamp tawanan. dalam kamp tawanan, semua siswa akan menjalani siksaan fisik yang nyaris mendekati batas daya tahan manusia.

“Dalam Konvensi Jenewa, tawanan perang dilarang disiksa. Namun, para calon prajurit komando itu dilatih untuk menghadapi hal terburuk di medan operasi. Sehingga bila suatu saat seorang prajurit komando di perlakukan tidak manusiawi oleh musuh yang melanggar konvensi Jenewa, mereka sudah siap menghadapinya,” tulis Pramono Edhie.
Nilai standar masuk Kopassus
Beratnya persyaratan untuk menjadi prajurit Kopassus dapat dilihat dari standar calon untuk bisa mengikuti pelatihan.
Nilai standar fisik untuk prajurit non-komando adalah 61, namun harus mengikuti tes prajurit komando, nilainya minimal harus 70.

Begitu juga kemampuan menembak dan berenang non-stop sejauh 2.000 meter.
“Hanya mereka yang memiliki mental baja yang mampu melalui pelatihan komando. Peserta yang gagal akan dikembalikan ke kesatuan awal untuk kembali bertugas sebagai prajurit biasa,” tulis mantan Danjen Kopassus ini.
Baca kisah-kisah militer Kopassus dan pasukan elite TNI di Tribunjambi.com.
Baca: Strategi Santai Kopassus Disebut Media Thailand Lagi Piknik, Tapi Bisa Tumpas Pembajak Pesawat
Baca: Sumber Kemampuan Rahasia Kopassus jadi Pasukan Elite Disegani, Sekejap Bisa Bikin Hancur
Baca: Mardi Rambo Malah Senang Dikirim ke Bosnia, Kisah Kopassus Kawakan 14 Kali Ikut Misi Berbahaya
Baca: Sumber Kemampuan Rahasia Kopassus jadi Pasukan Elite Disegani, Sekejap Bisa Bikin Hancur
Baca: Anggia Chan Ngaku Dibobol Vicky Prasetyo saat Pacaran 45 Hari, Siapa Sebenarnya Model Muda Ini?