AKSI Senyap Tim Biru, Tim Merah, Tim Hijau Kopassus 'Operasi Woyla', Drama 65 Jam Dibajak Teroris

TRIBUNJAMBI.COM- Sabtu pagi pada tanggal 28 Maret 1981, pesawat DC-9 Garuda Indonesia Woyla GA 206 yang

Editor: ridwan
Operasi Woyla oleh Kopassus 

Teroris juga menembak pilot pesawat, Kapten Herman Rante, yang tewas beberapa hari kemudian di RS Bangkok.

Sedangkan pemimpin kelompok Islam ekstremis Komando Jihad, Imran bin Muhammad Zein yang selamat dalam peristiwa baku tembak tersebut berhasil ditangkap oleh Satuan Para Komando Kopassandha.

Imran selaku otak peristiwa pembajakan pesawat DC-9 ini kemudian dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Imran merupakan salah seorang yang terlibat dalam Peristiwa Cicendo bersama 13 orang lainnya.

Operasi kontra terorisme pembebasan sandera yang hanya 81 detik itu sukses besar. Operasi inilah yang menempatkan Kopassus sebagai pasukan elite terkuat ketiga dunia setelah SAS (Inggris) dan Mossad (Israel).

Sewaktu Indonesia memutuskan untuk melakukan operasi militer di Thailand, Kerajaan Thailand sebagai tuan rumah awalnya menolak militer asing beroperasi di wilayah kedaulatan negara mereka, karena itu melanggar UU dalam negeri mereka.

Tapi dua jenderal yang memimpin operasi ini, yakni Jenderal LB Moerdani (Wakil Kepala BAKIN saat itu) dan Jenderal Yoga Sugama ngotot.

Kabarnya sampe gebrak-gebrakan meja dengan jenderal Thailand. Akhirnya Thailand mau mengizinkan operasi prajurit Kopassandha itu dengan syarat pasukan Thailand ikut serta sebagai pasukan penjaga perimeter bandara.

Mengenai Jenderal LB Moerdani, setelah mendapat perintah langsung dari Presiden Soeharto setelah meyakinkan presiden bahwa para pembajak seharusnya tidak diperbolehkan untuk mengintimidasi pilot pesawat untuk terbang ke negara-negara lain, berangkat bersama prajurit Kopassandha ke Don Mueang.

Jenderal yang kontroversional ini langsung turun sendiri menyamar sebagai staf catering diutus oleh pemerintah Thailand untuk mengantar makanan bagi para teroris dan penumpang.

Dengan hanya berbekal nyali dan Bahasa Thai yang pas-pasan ditambah Bahasa Inggris yang sengaja dibuat terbata-bata, sang jenderal mengantarkan ransum makanan ke dalam pesawat.

Kalau saja pembajak tahu bahwa si pengantar makanan ini adalah seorang jenderal yang akan menumpas aksi mereka, tentu .....dooor! Tamat lah nyawanya.

Dengan masuk ke pesawat Moerdani bisa mengidentifikasikan secara akurat dimana para posisi teroris berada dan dimana para sandera berada.

Akhirnya setelah semuanya dapat terbaca dengan jelas, dan dengan posisi masih berada di dalam pesawat, sang jenderal memberikan komando rahasia kepada pasukan Para-Komando Kopassandha (Kopassus) yang sudah mengepung pesawat di luar.

Dan ketika melakukan pendobrakan, pasukan sudah tahu dengan pasti kemana arah senapan akan ditembakkan.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved