VIDEO: Gus Mus Sebut Tega Pelaku Pengedit Video Dirinya Komentari "Tol Langit" Maruf Amin

Tampak di video itu, pernyataan Gus Mus disandingkan dengan video pernyataan Maruf Amin.

Editor: Nani Rachmaini
Kolase foto Kompas.com dan Instagram Gus Mus
Maruf Amin dan Gus Mus 

Video itu merupakan editan yang dibuat sedemikian rupa oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Pada kenyataannya, video itu merupakan wawancara Detik.com dengan Gus Mus yang diposting di Youtube pada 7 Maret 2019.

Wawancara yang dilakukan di Rembang itu tengah membahas soal ulama yang terjun ke dunia politik.

Pada keterangan videonya, Gus Mus juga menjelaskan soal itu dan ia meminta publik agar tak mudah percaya.

"Gara-gara kepentingan politik sesaat, ada manusia yang tega membuat editan seperti ini.

Rekayasa keterlaluan semacam ini sama sekali tidak sebanding dengan keuntungan politis --kalau memang ada-- yang akan diperoleh dan dinikmatinya.

Kalau pun berhasil (banyak atau ada yang percaya dengan bikinannya ini), paling berapa lama akan dinikmatinya.

5 tahun? 10 tahun? 100 tahun? Bila yang membuat rekayasa ini manusia beriman, semoga Allah memberi hidayah dan kesejerahteraan hidup yang cukup," tulis Gus Mus.

Ini videonya :

Apa itu Tol Langit?

Setelah tol laut, kini Indonsia akan dikejutkan dengan "tol langit".

Apa itu tol langit? Apakah itu jalan tol yang melintang tinggi di langit seperti dulu orang membayangkan tol laut? Tentu saja bukan.

Seperti keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Senin (4/3/2019), istilah tol langit dipakai Presiden Jokowi untuk menggambarkan sambungan bebas hambatan bagi sinyal internet di langit Indonesia, yang akan menghubungkan seluruh wilayah di bumi Nusantara.

"Yang luar biasa lagi kita sudah memiliki investasi infrastruktur yang hebat. Tidak saja tol darat, tol laut, tol udara, tetapi saya sebutnya juga tol langit. Yaitu namanya yang kami gunakan untuk digital," ujar Calon wakil presiden nomor urut 01 Maruf Amin, seperti di muat Kompas.com Minggu (24/3/2019).

Selama ini, jaringan internet hanya menyambungkan sebagian wilayah di Indonesia, terutama di kota-kota yang banyak penduduknya.

Wilayah terpencil di kota-kota terluar di Indonesia yang jarang penduduk, masih "fakir sinyal" bahkan tanpa sinyal sama sekali atau blank-spot.

Operator telekomunikasi swasta enggan masuk ke sana, lantaran tidak ekonomis.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved