Kisah Jin yang Dengar Bacaan Alquran Lalu Lakukan Ini, Penjelasan Tentang Jin Mukmin dan Kafir

Ini kisah ketika jin mendengar bacaan Alquran apa yang dilakukan jin? Penjelasan tentang jin mukmin dan jin kafir

Editor: Nani Rachmaini
pixabay.com
Ilustrasi 

“Mereka berkata: ‘Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran.” (QS. Al-Ahqaf: 30)

Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Katsir rahimahullah, di sini tidaklah disebutkan Nabi Isa dikarenakan dalam Injil (yang diturunkan pada Isa) hanya berisi nasihat-nasihat dan wejangan, hanya sedikit penghalalan dan pengharaman. Injil sejatinya hanyalah penyempurna dari kitab Taurat sebelumnya. Sehingga yang dijadikan rujukan Isa adalah Taurat. Oleh karena itu, para jin dalam ayat tersebut mengatakan “Al-Qur’an yang telah diturunkan sesudah Musa”. Demikianlah yang dikatakan oleh Waraqah bin Naufal. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6:645.

Al-Qur’an itu membenarkan kitab-kitab sebelumnya

Disebutkan dalam ayat,

مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ

“Al-Qur’an itu membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya.” (QS. Al-Ahqaf: 30). Ayat ini maksudnya–kata Ibnu Katsir–, Al-Qur’an itu membenarkan kitab-kitab yang diturunkan pada nabi-nabi sebelumnya.

Al-Qur’an menunjukkan pada kebenaran dan jalan yang lurus

Maksudnya adalah:

Al-Qur’an menunjukkan pada kebenaran dalam keyakinan dan beritanya. Al-Qur’an juga menunjukkan pada jalan yang lurus yaitu pada amalan. Karena Al-Qur’an berisi khabar dan thalab, yaitu berita dan tuntutan. Berita Al-Qur’an berarti benar, tuntutan (berupa perintah dan larangan) berarti adil. Itulah yang disebutkan dalam ayat,

وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًاۚ

“Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil.” (QS. Al-An’am: 115)

Juga disebutkan dalam ayat,

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS. At-Taubah: 33). Al-huda (petunjuk) yang dimaksud adalah al-‘ilmun naafi’ (ilmu yang bermanfaat). Dinul haqq (agama yang benar) yang dimaksud adalah amalan saleh.

Sehingga yang dimaksud Al-Qur’an menunjukkan pada kebenaran yaitu pada keyakinan dan Al-Qur’an menunjukkan pada jalan yang lurus pada amaliyah. Demikian hal ini diterangkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6:645.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus pada kalangan jin dan manusia

Hal ini ditunjukkan pada ayat,

يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَآَمِنُوا بِهِ

“Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya.” (QS. Al-Ahqaf: 31)

Apakah jin mukmin masuk surga?

Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan bahwa jin mukmin itu masuk surga sebagaimana pendapat dari sekelompok ulama salaf. Dalil dalam hal ini adalah firman Allah,

يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ

“niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.” (QS. Al-Ahqaf: 31)

Begitu juga berdalil dengan keumuman ayat,

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.” (QS. Al-Kahfi: 107)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Balasan bagi ahli iman dengan diampuni dosa dan dilepaskan dari siksa yang pedih merupakan konsekuensi dari masuk surga. Karena di akhirat hanya ada dua pilihan yaitu surga atau neraka. Siapa yang selamat dari neraka, maka pasti ia akan masuk surga. Dan tidak ada dalil yang menyatakan kalau jin mukmin tidak masuk surga ketika lepas dari siksa neraka. Seandainya tepat, tentu kami akan berpendapat seperti itu pula. Wallahu a’lam.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6:646)

Kita diajarkan untuk menyimak Al-Qur’an

Hal ini disimpulkan dari,

وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآَنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ

“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: ‘Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)’. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.” (QS. Al-Ahqaf: 29)

Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini, beliau rahimahullah berkata, “Mereka mendengarkan Al-Qur’an (benar-benar fokus mendengarkannya). Itulah adab dari mereka para jin.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6:644)

TONTON VIDEO: MELIHAT PASAR KERAMIK DI JAMBI KINI

IKUTI INSTAGRAM KAMI: TER-UPDATE TENTANG JAMBI

Referensi:

At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil – Juz-u Al-Ahqaf.Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Syaikh Musthafa Al-‘Adawi. Penerbit Maktabah Makkah.
Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
Tafsir As-Sa’di.Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
Zaad Al-Masir fi ‘Ilmi At-Tafsir. Cetakan keempat, Tahun 1407 H. ‘Abdurrahan bin ‘Ali bin Muhammad Al-Jauzi Al-Qurasyi Al-Baghdadi. Penerbit Al-Maktab Al-Islami.

Baca Selengkapnya di Rumaysho

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved