Umat Katolik Jambi Peringati Rabu Abu, Ini Isi Surat Gembala 2019 dari Uskup Agung Palembang

Dalam tradisi Gereja Katolik, Rabu Abu merupakan hari penanda dimulainya masa Pra Paskah. Berikut ini isi Surat Gembala 2019 Uskup Agung Palembang

Penulis: Duanto AS | Editor: Duanto AS
Hidup Katolik
Umat Katolik saat Misa Rabu Abu. 

Dalam tradisi Gereja Katolik, Rabu Abu merupakan hari penanda dimulainya masa Pra Paskah. Berikut ini isi Surat Gembala 2019 Uskup Agung Palembang

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Satu persatu umat maju, lalu mendapat penanda salib dari abu di dahi. Umat Katolik di Gereja Katolik Santa Teresia Jambi mengikuti Misa Rabu Abu, Selasa (5/3/2019) sore.

Dalam tradisi Gereja Katolik, Rabu Abu merupakan hari penanda dimulainya masa Pra Paskah.

Masa ini berlangsung selama 40 hari, hingga berakhir pada hari Minggu Palma. Setelah itu, umat Katolik menjalani pekan suci, yang dimulai seminggu sebelum Hari Raya Paskah.

Seribuan orang mengikuti misa yang berlangsung sekira 1,5 jam.

Dalam khotbahnya, Pastor Pius Pujo Wiyanto, SCJ, mengingatkan akan makna abu yang diberikan di dahi. Manusia yang berawal dari abu dn kembali menjadi abu.

"Rabu Abu juga merupakan hari dimulainya masa Pra Paskah. Umat Katolik melaksankan puasa dan pantang, sudah tahu kan bagaimana caranya?" tutur Romo Pujo.

Romo Pius Pujowiyanto, SCJ.
Pastor Paroki Santa Teresia Jambi.
Romo Pius Pujowiyanto, SCJ. Pastor Paroki Santa Teresia Jambi. (IST)

Selama masa Pra Paskah, umat Katolik melaksanakan puasa dan pantang, sebagaimana tradisi gereja.

Romo Pujo juga memberikan pemahaman dalam contoh-contoh sederhana puasa dan pantang dalam keseharian.

Baca: GALERI FOTO: Umat Memadati Gereja pada Perayaan Jumat Agung di Santa Teresia Jambi

Baca: Waspada Modus Baru Ban Bocor Marak di Jakarta, Bukan Ranjau Paku Tapi Benda Ini Ban Ganti Luar Dalam

Baca: Hanya 15 Pembeli Pertama, Diskon Khusus untuk Perumahan Bumi Pinang Merah

Baca: Jenderal Jebolan Kopassus Terbang ke Thailand, 4 Penyanderaan yang Diselesaikan Pasukan Elite TNI

Baca: Pasukan RPKAD Temukan Peti Penuh Uang, Benny Bilang Tinggalkan saja, nanti kamu mati

Di Gereja Santa Teresia Jambi, Misa Rabu Abu digelar pada Selasa (5/2) pukil 17.30, Rabu (6/2) pukul 06.30 dan 17.30.

Sementara itu, di Gereja Santa Maria Ratu Rosario Selincah misa pada Rabu (6/2) pukul 18.30.

//

Berikut ini isi Surat Gembala 2019 dari Uskup Agung Palembang:

Surat Gembala 2019
Uskup Agung Palembang
No. 086/Dio.KAPal/II/2019

Tema: Mari Kita Selamatkan Keutuhan Ciptaan dan Kelestarian Negara Kesatuan Republik Indonesia

Saudara-saudari sekalian umat Katolik yang diberkati Tuhan,

Pada hari Rabu Abu, 6 Maret 2019, kita memasuki Masa PraPaskah, masa pembaharuan hidup sebagai umat beriman dengan pertobatan, puasa-pantang dan perbuatan amal kasih. Dengan itu kita menyambut Hari Raya Paskah Kebangkitan Tuhan sambil merenungkan sengsara dan wafatNya bagi keselamatan kita manusia.

Inilah masa berahmat bagi kita, sebagai umat Allah yang masih berziarah di dunia ini dengan menghayati iman kita akan Yesus Kristus, yang telah sudi menjadi manusia lemah, sudi hidup seperti kita, sakit dan menderita, rela mati disalib untuk setia pada perutusan Bapa, agar manusia diselamatkan dari kejahatan dosa dan kematian. Maka pada hari Paskah, Ia bangkit dan kita pun karena iman akan Yesus menerima hidup baru. Kebangkitan Kristus menjadi tanda kemenangan kita manusia.

Tema terakhir dari gerakan Aksi Puasa Pembangunan Nasional 2019, kita ungkapkan dalam ajakan: “Mari Kita Selamatkan Keutuhan Ciptaan dan Kelestarian Negara Kesatuan Republik Indonesia Tercinta.”

Pertama, saya mengajak umat Katolik berani menunjukkan keterlibatan cinta bangsa, dengan ikut aktif memilih Calon presiden dan Wakil Presiden serta Calon Legislatif yang akan menyelamatkan kelestarian Negara Kesatuan RI dan menyelamatkan keutuhan ciptaan demi kesejahteraan rakyat.
Kita juga mendukung calon-calon kita, sudara seiman, yang ingin berpartisipasi menyejahterakan rakyat dan bangsa.

Umat beriman tidak boleh menjadi golput, artinya tidak peduli akan peristiwa sangat penting untuk keselamatan bangsa. Golput pada saat ini akan menjadi tanda ketidak pedulian dan kekalahan. Maka umat Katolik harus memilih presiden dan wakilnya yang jujur, memperjuangkan kesatuan bangsa yang beraneka ragam ini, menghargai perbedaan agama, suku, budaya, merangkul rakyat yang terpinggirkan karena kemiskinan dan ketidakadilan. Dan presiden yang berjuang untuk kesejahteraan umum, dan bukan mencari kekuasaan kelompok yang mengacaukan kesatuan bangsa.

Kita juga harus memilih calon legislatif yang membawakan suara dan kepentingan bangsa bukan kepentingan pribadi atau kelompoknya saja.

Karena apa? Karena pemimpin negara itu akan menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk kesejahteraan jiwa raga masyarakat plural bangsa Indonesia.

Maka mari mendoakaan agar kita mendapatkan pemimpin negara yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

Seperti diteladankan oleh Yesus dalam hidupNya dan kita renungkan dalam masa PraPaskah ini yaitui Yesus “Pemimpin yang melayani, berani berkorban membela kebenaran, menghargai hidup manusia dan membebaskan dari dosa dan membawa kehidupan baru”

Semoga semangat Paskah mendorong bangsa kita dan umat Katolik memilih pemimpin yang akan mempersatukan rakyat, memperjuangkan kelestarian negara kesatuan kita dan menjadikan bangsa yang maju serta contoh bagi sesama dalam memperjuangkan perdamaian dunia.

Kepada orang orang muda, juga pemilih baru, semoga Anda semua bersemangat untuk ikut memperjuangkan eksistensi NKRI. Demi masa depan kalian semua.

Saudara-saudari terkasih,

Tema PraPaskah ini mengajak umat Katolik bersama seluruh masyarakat menyelamatkan keutuhan ciptaan Tuhan, yaitu bumi dengan tetumbuhannya, margasatwa bermacam ragam yang semakin punah, air dan udara bersih yang tercemari, hutan semakin langka sehingga banjir dimana mana yang menyengsarakan.

Dan kali ini, perkembangan alat modern yang dengan cepat dapat dipakai untuk membuka hutan, meratakan bukit, mengeruk kekayaan bumi menjadi perhatian kita. Bumi rumah kita bersama yang akan diwariskan kepada penerus bangsa dan anak cucu, harus kita jaga bersama.

Untuk penyelamatan bumi rumah kita bersama itu, kita diajak: Meresapkan makna terdalam alam ciptaan Tuhan yang sudah kita nikmati. Semua ciptaan memberi makna satu sama lain. Maka harmoni, saling ketergantungan harus dijaga. Tidak ada yang bisa semena-mena dirampas walaupun untuk kepentingan manusia.

Paus Fransiskus menyampaikan bahwa walau alam itu dapat dipelajari secara ilmu, tetapi sebagai anugerah Tuhan. Alam adalah pemberian Tuhan yang mempersatukan manusia. Alam harus dihormati agar bisa melanjutkan dan memberi kehidupan pada ciptaan yang hidup : manusia, margasatwa dan tetumbuhan.

Juga kita diajak untuk berdialog atau sarasehan bersama saudara-saudara beriman lain mencari jalan menjaga utuhnya ciptaan. Karena krisis sudah diambang batas. Panasnya matahari sudah tidak terpayungi oleh lapisan-lapisan yang membantu manusia dan mahluk hidup lain. Air yang bisa tersimpan di hutan-hutan lindung sudah tak punya tempat, maka terpaksa membanjiri permukiman dan membawa banyak korban manusia dan mahluk hidup lain.

Maka Fransiskus Asisi mengajak kita memperlakukan sesama ciptaan sebagai saudara-saudari kita.

Bumi dan isinya bisa mengalami kepunahan apabila manusia karena nafsunya memperkosa bumi tanpa etika, apalagi melalui alat-alat tehnik baru raksasa. Maka alam bisa memberontak dengan banjir, topan besar, panas yang mematikan, iklim berubah-ubah sehingga petani menderita, dan manusia tidak berdaya.

Itulah pentingnya peran etika dan iman kita dalam mengendalikan kemajuan teknologi supaya tidak memusnahkan bumi.

Dalam Kitab Kejadian, ular yang menggoda manusia pertama supaya menyamai kuasa Allah dengan makan buah terlarang menyebabkan manusia pertama kehilangan Taman Firdaus, dengan akibat hubungan dengan Tuhan terputus, hubungan dengan sesama ciptaan saling bermusuhan dan manusia harus bekerja keras untuk melanjutkan hidupnya. ( lih. Kej.3:7).

Saudara-saudari terkasih,

kita bersyukur atas kemajuan hasil ilmu dan pemikiran baru dari manusia. Semua itu adalah anugerah Tuhan Sang Pencipta untuk keselamatan manusia dan keselamatan ciptaan lain supaya hidup dapat diteruskan.

Itulah yang harus mengarahkan kebebasan manusia. Agar dengan kemajuan teknologi bukan kehancuran bumi yang terjadi seperti Firdaus yang hilang, melainkan damai karena persaudaraan dalam Sang Pencipta antara manusia, margasatwa, tetumbuhan dan mahluk lainnya.

Apa yang kita bisa lakukan, terutama dalam masa prapaskah ini?

Sering kita bertanya apa yang harus kita lakukan sebagai gereja. Memang tidak ada tindakan praktis yang bisa disampaikan.

Ada dua tindakan kita yang mempunyai akibat kepada ciptaan : apa yang kita pakai dan apa yang kita buang. Maka marilah kita buat pemeriksaan batin:

Rasa syukur atas ciptaan.

  • Apakah kita bersyukur dan memuji Tuhan atas indahnya alam ini? 
  • Sadarkah kita dan berterima kasih atas binatang, sayur mayur, tanah, laut, udara yang membantu kita bisa hidup? 
  • Berdoakah anda sebelum makan? 

Hidup sederhana.

  • Dapakah Anda hidup lebih sederhana? 
  • Dapatkah Anda mengurangi membuang makanan dan minuman? 
  • Bisakah mengurangi makanan yang tidak perlu, dan mengurangi makan daging? 
  • Dapatkah memilih makanan yang lebih hijau: lokal, organik, tidak berlemak? 
  • Anda membeli sesuatu karena memang dibutuhkan atau karena keinginan saja?

Menggunakan energi.

  • Bisakah Anda menghemat energi : mematikan lampu pada saatnya, penggunaan air, kendaraan, gadget? 
  • Dapatkah menghemat dalam tranportasi dengan lebih suka berjalan, bersepeda, dari pada kendaraan bermotor/mobil? 
  • Perlukah naik pesawat? 
  • Liburan seperti apa biasa Anda pilih?

Tempat kerja dan lingkungan kita.

  • Apakah lingkungan anda hijau? 
  • Apakah hati-hati dalam membuang sampah yang bisa membawa polusi? 

Uang dan milik kita.

  • Bagaimana Anda memanfaatkan kebun, halaman sekitar gereja, tanah yang luas?
  • Bagaimana Anda mengatur/menggunakan keuangan? 

Ambil tanggungjawab.

  • Apakah Anda mencari pengetahuan tentang perubahan iklim, masalah-masalah ekologi, gempa dan tsunami? 
  • Bagaimana tanggung jawab anda dalam keterlibatan dalam Pilpres, Pileg dan keterlibatan politis yang bisa menjadi jalan untuk memperbaiki nasib orang kecil? 
  • Apa Anda pernah merenungkan atau bayangkan bagaimana kerusakan lingkungan bisa menyengsarakan orang miskin? 
  • Pernahkah memikirkan tanggung jawab anda untuk generasi mendatang?

Marilah kita berdoa dengan kata-kata dari Kitab Suci, misal Mazmur 148:7-13. Pujian Kepada Tuhan Pencipta.

Akhirnya, selamat memasuki masa PraPaskah dan menyambut suka cita Kebangkitan Tuhan. Semoga DamaiNya menyertai kita semua dan seluruh bangsa dan seluruh alam CiptaanNya.

Palembang, 28 Februari 2019

Mgr Aloysius Sudarso, SCJ

Baca: Detik-detik Tangisan Histeris Mikha Tambayong Ketika Jenazah Sang Ibu Tiba di Rumah Duka

Baca: Alasan Daffa Wardhana Hapus Foto Chelsea Islan di Instagram, Apa Penyebab Putus?

Baca: Foto Masa Kecil Dian Sastro Dikerubuti Anak Anjing Rebut Hati Netizen, Ternyata Anak Tunggal

Baca: BUKA Lowongan Kerja BTN pada Maret 2019 untuk Berbagai Posisi, Ini Link dan Syarat

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved