Hukum & Niat Puasa Bulan Rajab, Tahun Ini 1 Rajab 1440 H Jatuh Pada 8 Maret 2019

Memasuki 1 Rajab, bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT tidak ada anjuran amalan khusus yang harus dikerjakan.

Editor: Suci Rahayu PK
net
ilustrasi berdoa 

Itu boleh, sunah dengan sunah boleh digabung", katanya.

Ada ulama yang mengatakan perbanyak surat Al Ikhlas, perbanyak juga sedekah.

Perbanyak puasa sunah, tiga hari di awal bulan, tiga hari di tengah bulan, tiga hari di akhir bulan.

"1,2,3, tanggalnya itu puasa 13,14,15,puasa, 28, 29, 30 atau kalau sampai tanggahnya 29, (puasa) 27, 28, 29.

Silakan itu namanya sunah, namanya sunah bila semakin banyak dikerjakan, semakin baik".

Baca: Doa Bersama untuk Ibu Ani Yudhoyono dari Ponorogo hingga Hanya Bisa Dijenguk dari Balik Kaca

Baca: Lowongan Kerja Jambi Maret 2019 di 27 Perusahaan, Posisi Sopir, Admin, HRD, Dsb, Ini Alamatnya

Adapun niat puasa di bulan Rajab adalah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ فِى شَهْرِ رَجَبِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى

Nawaitu sauma ghadin fi syahri rojabi sunatan lillahi ta'alaa.

Doa Istighfar Rajab

Rajab termasuk empat bulan mulia dari 12 bulan Hijriyah, dianjurkan banyak beristigfar sehingga para ulama menyusun untaian istigfar yang disebut Istigfar Rajab.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalsel, KH Husin Naparin menjelaskan Sehubungan dengan ini, diriwayatkan bahwa Imam Ahmad bin Hanbal RA dikenal sebagai Imam Hanbali murid Imam Syafi’i, entah kenapa, suatu ketika dia ingin sekali berkunjung ke Kota Basrah di Irak, padahal tidak ada janji dengan seseorang dan juga tidak ada keperluan. Beliau berangkat sendiri menuju Kota Basrah. Setibanya di sana waktu Isya, beliau pun ikut salat berjemaah Isya di masjid, sehingga hatinya merasa tenang. Usai salat dan jemaah bubar, Imam Ahmad ingin tidur di masjid.

Tiba-tiba penjaga masjid datang menemuinya sambil bertanya: “Kenapa kamu di sini, syekh?” (kata “syekh” boleh digunakan sebagai panggilan untuk orang tua, atau orang kaya, ataupun orang berilmu). Dalam kisah ini panggilan sebagai orang tua, karena penjaga masjid itu tidak tahu kalau lelaki tua itu adalah Imam Ahmad. Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan dirinya. Di Irak, semua orang kenal siapa Imam Ahmad, seorang ulama besar dan ahli hadis, sejuta hadis dihafalnya, sangat saleh dan zuhud. Zaman itu tidak ada kamera gambar sehingga orang tidak tahu wajahnya, kendati namanya sudah terkenal.

Imam Ahmad menjawab, “Saya ingin istirahat, saya musafir.” Kata penjaga itu, “Tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid.” Imam Ahmad diusir oleh orang itu, disuruh keluar dari masjid. Setelah keluar masjid, pintu masjid dikuncinya. Lalu Imam Ahmad ingin tidur di pelataran masjid. Ketika sudah berbaring di pelataran masjid, penjaganya datang lagi, memarahinya. “Kamu mau apa lagi syekh?” kata penjaga itu. Imam Ahmad menjawab, “Saya mau tidur, saya musafir.” Lalu penjaga masjid berkata, “Juga tidak boleh.” Imam Ahmad diusir sampai ke jalanan.

Di samping masjid, ternyata ada penjual roti dengan kios kecilnya, tempat membuat dan menjual roti. Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian lmam Ahmad diusir oleh penjaga masjid tadi. Ketika Imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh, “Mari syekh, Anda boleh menginap di tempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil.” Kata Imam Ahmad, “Baik.”

Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk di belakang penjual roti yang sedang membuat roti tanpa memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir. Penjual roti ini mempunyai perilaku yang baik dan memuliakan tamu. Kalau Imam Ahmad mengajak bicara, pasti dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil terus-menerus melafazkan istigfar, yaitu ”Astagfirullah.” Saat meletakkan garam, dia mengucapkan astagfirullah, memecah telur, astagfirullah, mencampur gandum astagfirullah, dan seterusnya dia senantiasa mengucapkan istigfar; sebuah kebiasaan mulia.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved