VIDEO VIRAL
Ayah Buruh Bangunan dan Ibu Petani, Ini Keinginan Rina Muharrami Setelah Lulus Dari UIN Ar-Raniry
Sebelum meninggal dunia Rina Muharrami sempat mengucapkan keinginannya setelah lulus dari kuliah Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah UIN
TRIBUNJAMBI.COM - Beberapa hari setelah selesai sidang skripsi, Rina Muharrami dipanggil yang maha kuasa.
Rina Muharrami tak sempat diwisuda meski dirinya telah dinyatakan menyandang gelar Sarjana.
Hanya tinggal menunggu prosesi wisuda namun Tuhan berkehendak lain, Rina dipanggil lebih dulu oleh yang kuasa.
Sebelum meninggal dunia Rina Muharrami sempat mengucapkan keinginannya setelah lulus dari kuliah Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah UIN Ar-Raniry.
Mahasiswi Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry ini meninggal dunia karena sakit.
Sehingga saat hari seharusnya ia diwisuda, sang ayah Bukhari (59) datang naik ke podium seperti mahasiswa lainnya, untuk mengambil ijazah anaknya.
Sang Ayah naik ke podium tempat para rektor dan dekan untuk mengambil ijazah putri tercintanya yang meninggal dunia dan tidak sempat untuk mengambil sendiri ijazahnya.
Baca: UPDATE Harga Tiket Pesawat Maret 2019, Turun 40 Persen untuk Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia
Baca: Ayahnya Gantikan Rani Muharami Diwisuda di UIN Aceh, Dosen dan Undangan Berurai Air Mata
Baca: Ajudan Paparkan Soekarno Dikibuli Soeharto Pakai Supersemar, Ini Frasa yang Bikin Kecolongan
Momen mengharukan tersebut membuat para hadirin dan wisudawan meneteskan air mata.
Ia adalah ayah dari Mahasiswi Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah UIN Ar-Raniry yang bernama Rina Muharrami.
Sang ayah menghadiri wisuda karena putrinya telah meninggal dunia usai menyelesaikan skripsinya.
Detik-detik dipanggilanya Rina Muharrami membuat satu ruangan hening.
Saat nama Rina Muharrami dipanggi MC sang bapak tersebut menghampiri podium dan seperti layaknya mahasiswa lain, Rektor UIN Ar Raniry Prof Warul Walidin menyerahkan sebuah map tanda kelulusan sebagai sarjana.

Kisah mengharukan ini terekam dalam sebuah video yang diunggah akun instagram UIN Ar Raniry, Rabu (27/2/2019) dalam sebuah kegiatan hari kedua wisuda mahasiswa UIN Ar Raniry di kampus tersebut.
Seperti alur yang terekam dalam video ini tampak seorang bapak ikut dalam antrean barisan mahasiswa yang akan diwisuda.
Saat nama Rina Muharrami dipanggil MC sang bapak tersebut menghampiri podium dan seperti layaknya mahasiswa lain, Rektor UIN Ar Raniry Prof Warul Walidin menyerahkan sebuah map tanda kelulusan sebagai sarjana.
Saat momen itu berlangsung, sontak seisi ruangan auditorium tempat wisuda berlangsung tiba-tiba hening, disusul kemudian suara applus untuk sang bapak dari para hadirin.
Tidak sedikit para peserta, dosen dan undangan berurai air mata melihat momen tersebut Haru dan begitu menyentuh.
Ayah Rina Muharrami yang menghadiri wisuda Bukhari mengatakan kehadirannya untuk mengambil ijazah itu karena ijazah dan gelar sarjana yang berhasil diraih anaknya merupakan salah satu yang terbaik yang ditinggalkan oleh almarhumah anaknya.
Rektor Datang Antar Toga
Sehari setelah wisuda, Rektor UIN Ar Raniry, Prof Dr Warul Walidin MA bersama petinggi kampus datang ke rumah almarhumah di Gampong Cot Rumpun, Blangbintang, Aceh Besar, Kamis (28/2/2019) sore.
Kedatangan selain itu takziah, juga untuk menyerahkan toga beserta selempang kepada pihak keluarga almarhumah Rina sebagai kenang-kenangan.
Karena Rina tak sempat mengenakan toga tersebut, sebagai hasil dari perjuangannya meraih gelar sarjana 'SPdi' di kampus.
Baca: Pendaftaran UTBK Sudah Dibuka Jumat 1 Maret 2019 - Perhatikan Syarat, Jadwal dan Tahapan SBMPTN 2019
Baca: Service yang Diperoleh Rian dari Vanessa Angel, dengan Rogoh Kocek Rp 80 Juta
Baca: Pemilik 3 Zodiak Ini Diramal Kurang Beruntung di Bulan Maret 2019, Kalian Termasuk?
Baca: Ahmad Dhani Nangis Masuk Penjara, Nikita Mirzani Kibas Rambut dan Beri Kiss Bye Wartawan
Meskipun Ilahi sudah memanggil Rina Muharrami kembali kepadaNYA, sebelum ia sempat merayakan perjuangannya.
Namun toga yang seharusnya ia kenakan saat wisuda, akhirnya juga dapat disentuh oleh orang tuanya.
Pihak UIN Ar Raniry berinisiatif menyerahkan toga beserta selempang kepada pihak keluarga almarhumah Rina sebagai kenang-kenangan.
Karena Rina tak sempat mengenakan toga tersebut, sebagai hasil dari perjuangannya di kampus.

Toga itu diserahkan Rektor UIN Ar Raniry, Prof Dr Warul Walidin MA kepada kedua orang tuanya, Bukhari dan Nurbayani diterima dengan tangan bergetar.
Ibunya tak kuasa menerima toga tersebut, terlihat mata berkaca-kaca. Air matanya pun mengalir di pipinya.
Di hadapan rombongan takziah UIN, tampak tak banyak kata yang bisa diucapkan Bukhari.
Ia hanya mengatakan terima kasih karena pihak kampus masih memberi kesempatan kepadanya untuk mengambil ijazah anaknya, meskipun sang anak sudah tiada.
“Saya rasa, ini (ijazah) adalah yang terbaik yang ditinggalkan oleh anak saya, saya rasa cuma ini, saya tidak sanggup tidak berbicara lagi,” tutup Bukhari dengan suara terseda-seda.
Ia langsung menutup sambutan dan duduk, karena suaranya tampak semakin berat saat bercerita tentang anaknya.
Cita-cita Menjadi Dosen
Berbeda dengan istrinya Nurbayani, ia tampak terus mengeluarkan air mata saat menceritakan kisah perjalanan hidup anaknya.
Ia mengisahkan, Rina merupakan satu-satunya anaknya yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
Sedangkan dua adiknya menempuh pendidikan di pesantren dan yang paling bungsu masih bersekolah SMP.
Karena ayahnya seorang tukang bangunan dan ibunya bertani di sawah, tentu perjuangan Rina dalam menempuh pendidikan dalam serba keterbatasan.
Di saat tidak kuliah Rina sering membantu ibunya pergi ke sawah.
Pada waktu luang yang lain, Rina pun mengajar ngaji anak-anak di balai pengajian yang ada di depan rumahnya.
Baca: Camat Perempuan Teriak-teriak Selamatkan Jambret yang Nyaris Dibakar Massa, Nangis Bonyok-bonyok
Baca: Ajang Cari Jodoh Take Me Out Khas Batak, Peserta Didia Rongkap Hi Membeludak, Bisa Tukar Nomor
Menurut Nurbayani, untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya Rina sering berupaya sendiri.
Misalnya, untuk membeli laptop, maka Rina langsung mengusahakan sepetak sawah milik orang tuanya, yang hasil untuk membeli laptop.
“Memang saya sangat usahakan untuk kuliah Rina, kadang saya mengupah di sawah orang, hasilnya saya kasih buat uang minyak dia. Tapi mungkin sudah di sini ajalnya," ujar Nurbayani.
"Memang dalam hidup kita ini ada kesenangan dan ada kesedihan,” ujar ibunya sambil terus membasuh air mata dan memeluk erat toga pemberian kampus.
Sang ayah juga bercerita, jika anaknya pernah bercita-cita berkuliah di Jepang, karena ia memang bisa berbahasa Jepang.
Namun, Bukhari tidak mengizinkannya, karena ia khawatir anak gadisnya jauh dari keluarga.
Setelah selesai pendidikan sarjana, kepada ayahnya, Rina pernah mengungkapkan keinginannya melanjutkan S2 sambil bekerja sebagai guru bahasa Jepang.
Karena cita-citanya kelak adalah menjadi dosen.
Namun pada kesempatan lain, kepada sang ibu, Rina juga pernah mengungkapkan jika selesai di kampus ia ingin mengaji di pesantren.
Dalam sebuah perjuangan memang tidak pernah ada yang sia-sia.
Setidaknya kisah Rina Muharrami menjadi contoh, betapa setiap keringat orang tua harus dihargai dengan sepenuh jiwa oleh setiap anak yang sedang menempuh pendidikan.
Sampai akhir hayatnya, Rina masih terus berjuang demi meraih sebuah kado terakhir untuk sang ayah, selembar ijazah sarjana yang ia impikan.
Alfatihah untuk Rina Muharrami, sang sarjana muda dari Kampus Biru UIN Ar Raniry. (*)
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Ibu Rina Muharrami Berlinang Air Mata Saat Rektor UIN Ar Raniry Antar Toga Ke Rumah