5 Prajurit TNI Mati-matian Pertahankan Koramil yang Digempur Separatis, Saat Genting Kopassus Tiba

Pos Komando Rayon Militer (Koramil) di Warmare Sektor-B diserang oleh puluhan separatis Mandatjan.

Editor: Nani Rachmaini
Ilustrasi. Prajurit TNI dari Sat 81 Kopassus 

5 Prajurit TNI Habis-habisan Pertahankan Koramil dari Gempuran Puluhan Anggota Separatis, Kopassus Datang

TRIBUNJAMBI.COM - Sebelum Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya jadi sorotan, TNI sudah banyak mendapat gempuran dari kelompok separatis lain di Papua

Gempuran KBB terhadap TNI sudah ada semenjak pasca kemerdekaan Indonesia

Dikutip dari buku 'Sintong Panjaitan : Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando', pemberontakan KKB terbesar di Irian Barat saat itu terjadi di akhir tahun 1966

Pemberontakan terbesar itu dipimpin oleh Lodewijk Mandatjan yang berlokasi di Kepala Burung Irian Barat.

Diklaim sebagai pemberontakan terbesar lantaran Mandatjan berhasil mengajak 14 ribu warga suku Arfak yang menjadi pengikutnya untuk masuk hutan.

Dari hutan Mandatjan bersama pengikutnya melakukan serangkaian kegiatan penghadangan, penyerangan dan pengacauan keamanan lainnya di kecamatan Warmare dan Ransiki.

Fretilin vs Kopassus
Fretilin vs Kopassus (Kolase/TribunJambi.com)

Namun perlu diketahui jika Lodewijk Mandatjan bukanlah anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Mandatjan dan suku Arfak yang dipimpinnya memberontak karena buruknya keadaan ekonomi di Irian Barat saat itu.

Lodewijk Mandatjan sendiri ialah sebenarnya ialah seorang patriot pejuang Trikora saat Indonesia berusaha merebut Irian Barat dari Belanda.

Usaha-usaha Mandatjan dalam melakukan pemberontakan sangat meresahkan.

Hingga pada awal 1967 pos Komando Rayon Militer (Koramil) di Warmare Sektor-B diserang oleh puluhan separatis Mandatjan.

Sialnya, Koramil hanya dipertahankan oleh 6 orang prajurit TNI.

http://cdn2.tstatic.net/surabaya/foto/bank/images/5-fakta-kegigihan-tni-dan-polri-evakuasi-korban-trans-papua-kkb-serang-helikopter-angkut-korban.jpg
Proses evakuasi jenazah di Puncak Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga lokasi penembakan yang dilakukan kelompok KKB. (John Roy Purba/Istimewa)

Meski begitu keenam anggota TNI itu tetap melawan dengan gigih.

Kontak tembak sengit terjadi, selama seminggu kelompok separatis mengepung Koramil.

Keenam anggota TNI itu mulai menghadapi masalah menipisnya amunisi, kekurangan logistik, dan kurang tidur.

Bahkan satu orang anggota TNI gugur hingga jasadnya terpaksa dikuburkan dalam markas lantaran kepungan rapat musuh.

Tim RPKAD (Kopassus) Irian Barat pimpinan Sintong Panjaitan yang ditugaskan di sana langsung disuruh menghadap Danrem 171/Manokwari Kolonel K.Sutrisno.

Sintong yang baru saja menginjakkan kaki di bumi Cenderawasih langsung diperintahkan untuk membebaskan Koramil di Warmare.

Tanpa menunggu lagi, tim RPKAD yang berkekuatan 50 personil langsung berangkat menuju lokasi menggunakan dua buah truk.

Petang hari tim RPKAD tiba di lokasi dan tanpa ba bi bu langsung merangsek, menyerbu secara frontal ke kelompok separatis.

Secara cepat kelompok separatis dipukul mundur hingga menyebabkan beberapa diantaranya tewas.

Sementara di pihak RPKAD tak ada satu anggota pun terbunuh.

Akhirnya kelima personel TNI di Koramil Warmare berhasil dibebaskan.

Prajurit Kopassus Vs Petinggi Gerilyawan di Kalimantan

Kisah Kopassus melawan kelompok separatis adalah saat upaya penangkapan petinggi Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku) sekitar tahun 1968-1974

Dalam misi tersebut, sempat terjadi duel maut antara pimpinan tim halilintar Kopassus, Kapten Hendropriyono melawan petinggi PGRS/Paraku yang bernama Ah San

Dilansir dari buku berjudul 'Operasi Sandi Yudha, Menumpas Gerakan Klandestin' yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas tahun 2013, info soal Ah San akhirnya bocor melalui istrinya yang berkhianat, Tee Siat Moy

Siat Moy mau membantu Kopassus dengan syarat Ah San tak dibunuh.

Maka, Hendro pun memimpin 11 prajurit Halilintar Prayudha Kopasandha (kini Kopassus) untuk meringkus Ah San hidup-hidup.

http://cdn2.tstatic.net/surabaya/foto/bank/images/kisah-duel-hendropriyono-prajurit-kopassus-lawan-petinggi-gerilyawan.jpg
Kisah duel hendropriyono prajurit Kopassus lawan petinggi gerilyawan (kolase Tribun Jambi)

Mereka tidak membawa senjata api, hanya pisau komando sebagai senjata.

Hanya Hendro yang membawa pistol untuk berjaga-jaga.

Setiap personel dilengkapi dengan handy talky (HT).

3 Desember 1973 pukul 16.00, tim mulai merayap ke sasaran yang jauhnya sekitar 4,5 km melewati hutan rimba yang lebat.

Kecepatan merayap pun ditentukan. Kode hijau artinya merayap 10 meter per menit, kode kuning berarti lima meter per menit.

Sedangkan kode merah artinya berhenti merayap. Ditargetkan mereka bisa sampai di titik terakhir pukul 22.00.

Rencananya operasi penyerbuan akan dilakukan pukul 04.00, keesokan harinya.

Baru setengah jam merayap, tim sudah dihadang ular kobra.

Untung saat latihan komando mereka sudah praktik menjinakkan ular kobra sehingga tak ada yang kena patuk.

Di tengah kegelapan malam, anak buah Hendro juga berhasil melumpuhkan beberapa penjaga secara senyap.

Pukul 22.25 WIB, tim sudah sampai di lokasi yang ditentukan. Masih cukup lama menunggu waktu operasi.

Namun tiba-tiba Intelijen melaporkan Ah San tak ada di pondok tersebut. Seluruh tim sangat kecewa.

Baru pukul 14.00 Siat Moy dan perwira intelijen Kodim Mempawah memastikan Ah San ada di pondok.

Dengan kecepatan kuning mereka terus merayap mendekati sasaran hingga akhirnya dari jarak 200 meter terlihatlah rumah persembunyian Ah San.

Tiba-tiba anjing-anjing penjaga pondok berloncatan ke arah tim Halilintar sambil mengonggong keras.

Hendro segera meneriakkan "Serbuuuuu," sambil lari sekencang-kencangnya ke arah pondok.

"Abdullah alias Pelda Kongsenlani mendahului saya lima detik untuk tiba di sasaran. Dia mendobrak pintu dengan tendangannya dan langsung masuk. Saya mendobrak jendela dan meloncat masuk," beber Hendro.

Hendro berteriak pada Ah San. "Menyerahlah Siauw Ah San, kami bukan mau membunuhmu." Tapi Ah San enggan menyerah.

Dia menyabet perut Kongsenlani dengan bayonet

Hendro menyuruh anak buahnya keluar pondok. Dia sendiri bertarung satu lawan satu dengan Ah San.

"Dengan sigap saya lemparkan pisau komando ke tubuh Ah San. Tapi tidak menancap telak, hanya mengena ringan di dada kanannya," Hendro menggambarkan peristiwa menegangkan itu.

Kini Hendro tanpa senjata harus menghadapi Ah San yang bersenjatakan bayonet.

Memang ada senjata yang ditaruh di belakang tubuh Hendro, tapi mengambil senjata dalam keadaan duel seperti ini butuh beberapa detik.

Hendro takut Ah San keburu menusuknya. Hendro lalu melompat dan menendang dada Ah San.

Berhasil, tetapi sebelum jatuh Ah San sempat menusuk paha kiri Hendro hingga sampai tulang. Darah langsung mengucur

Ah San kemudian berusaha menusuk dada kiri Hendro. Hendro berusaha menangkis dengan tangan.

Akibatnya lengannya terluka parah dan jari-jari kanannya nyaris putus.

Dan celakanya, pistol di pinggang belakang Hendro melorot masuk ke dalam celananya.

Butuh perjuangan baginya untuk meraih pistol itu dengan jari-jari yang nyaris putus.

Akhirnya Hendro berhasil meraihnya. Perwira baret merah ini menembak dua kali. Tapi hanya sekali pistol meletus, satunya lagi macet.

Pistol segera jatuh karena Hendro tak mampu lagi memegangnya.

Peluru itu mengenai perut Ah San. Membuatnya limbung, Hendro yang juga kehabisan tenaga langsung membantingnya

Kemudian Hendro menjatuhkan tubuhnya keras-keras di atas tubuh Ah San.

Duel maut itu selesai.

(*)

TONTON VIDEO: Syahrini dan Reino Barack Akan Menikah, berikut lokasinya ...

IKUTI INSTAGRAM KAMI: TER-UPDATE TENTANG JAMBI

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved