Kenapa Ada Orang yang Tertarik Melakukan 'Jihad dengan Kekerasan'?

Ratusan, mungkin ribuan, calon jihadis menjadi bingung dan ingin pulang ke negara asal meskipun terdapat ketakutan akan ditangkap dan dipenjara.

Editor: Suci Rahayu PK
(RT News/AFP)
ISIS. (RT News/AFP). 

Di Yordania, saya mewawancarai seorang tahanan di penjara yang dipengaruhi teman dekatnya dari sekolah untuk datang dan bergabung dengannya dengan ISIS di Suriah.

Dia melakukannya dan kemudian menyesalinya. Dia melarikan diri kembali ke Yordania dan kemudian dihukum penjara selama lima tahun.

Orang-orang yang rentan direkrut adalah anak laki-laki dan perempuan muda yang terasing dari keluarga atau masyarakatnya.

Bagi mereka, menjadi bagian dari sebuah organisasi rahasia dan ilegal yang sepertinya menghargai mereka, adalah sebuah pilihan yang menarik, bahkan jika ini berakhir dengan perintah untuk memakai rompi bunuh diri dan meledakkan diri mereka di pasar.

Lebih dari 20 orang meninggal dunia dalam serangan di Nairobi tanggal 15 Januari 2019.
Lebih dari 20 orang meninggal dunia dalam serangan di Nairobi tanggal 15 Januari 2019. (REUTERS)

Tata kelola pemerintahan yang buruk

Terdapat alasan mengapa Timur Tengah sejak lama menjadi sumber utama jihadisme dunia.

Rezim korup, tidak demokratis dan sering kali penindas cenderung membuat lawan-lawan politik bergerak di bawah tanah.

Pada permulaan Abad ke-21, Suriah menjadi contoh paling tepat.

Setelah perang saudara terjadi selama hampir delapan tahun, di mana Presiden Bashar al-Assad bisa dikatakan mengalahkan para pemberontak, banyak warga yang masuk ke penjara menjadi sumber rekrutmen kelompok ekstremis.

Di Irak, negara yang dihancurkan oleh invasi pimpinan AS pada tahun 2003, diskriminasi sektarian memainkan peran penting bagi bangkitnya al-Qaida dan ISIS.

Selama delapan tahun penindasan kelompok minoritas Sunni oleh pemerintah yang dipimpin Syiah begitu besar sehingga ISIS (kelompok militan Sunni) dapat menampilkan diri sebagai "pelindung Sunni Irak" dan dengan mudah mengambil alih sebagian besar wilayah negara.

Banyak pihak memandang, di masa depan ISIS akan memanfaatkan ketidakpuasan dan kekecewaan yang timbul di masyarakat.

Yaman, Afghanistan, Somalia dan Sahel (Mali, Niger, Burkina Faso, Chad dan Mauritania) semuanya memiliki wilayah yang tidak diperintah atau dilanda konflik di mana jihadis dapat merekrut, melatih dan merencanakan serangan.

Di Afghanistan, miliaran dolar bantuan dunia gagal menciptakan pemerintah yang diperlukan untuk mengatasi pemberontakan pimpinan Taliban. Korupsi mewabah dan polisi tidak dipercaya banyak pihak.

International Crisis Group (ICG) menyatakan berbagai institusi begitu rapuh sehingga tidak bisa "memberikan layanan dasar bagi sebagian besar warga".

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved