Jarak Ideal Makan dan Lari, Hindari Makanan Ini Agar Panjang Umur

Benarkah seseorang agar mengisi perut terlebih dahulu sebelum melakukan aktifitas lari? Begini Penjelasannya hingga tips agar panjang umur

Editor:
Istimewa
Ilustrasi makanan 

TRIBUNJAMBI.COM , - Benarkah seseorang agar mengisi perut terlebih dahulu sebelum melakukan aktifitas lari?

Meskipun jumlah makanan yang mengisi perutmu penting untuk diperhatikan, ada aspek lain yang juga harus diperhatikan yaitu jarak waktu antara makan terakhir dan lari.

Dilansir dari Kompas.com, setidaknya sebelum berlari kamu perlu makan siang dan sarapan besar biasanya berjumlah sekitar 600 kalori (berisi protein, karbohidrat dan lemak).

Jika kamu mengonsumsi makanan dengan porsi ini, kamu harus menunggu sekitar 3-4 jam sebelum berlari.

Baca: 5 Gejala Kanker Darah, Penyakit yang Diderita Ani Yudhoyono, & 8 Jenis Orang yang Rentan Terkena

Dengan demikian, tubuh memiliki cukup waktu untuk mencerna makanan tersebut.
Proses pencernaan membutuhkan jumlah energi tubuh yang besar.

Untuk memfasilitasi proses pencernaan, tubuh mengarahkan lebih banyak aliran darah ke perut dan organ internal lainnya demi membantu pekerjaan tersebut.

Hal ini pulalah yang membuat kita seringkali mengantuk setelah makan besar. Peningkatan aliran darah ke organ internal tersebut membuat aliran darah yang mengalir ke kelompok otot menjadi lebih sedikit. Kelompok otot yang dimaksud misalnya kaki dan lengan.

Ketika kita berolahraga, hal sebaliknya terjadi. Aliran darah akan dialirkan kembali dari organ internal ke kelompok otot besar untuk menyediakan energi yang cukup untuk kontraksi otot.

Baca: Pengakuan Dua Orang yang Melihat Surga saat Koma, Dokter Saraf Ini Paparkan Bentuknya

Ketika di dalam perut kita ada makanan dalam jumlah besar, lari akan menjadi sulit atau tidak nyaman.

Sebab tubuh memang tidak didesain untuk melakukan proses pencernaan dan olahraga pada waktu yang sama. Hal itulah yang menimbulkan penyakit pencernaan, dan keram perut ketika kita lari dengan perut terisi penuh.

Pencampuran mekanis dan proses dorong-mendorong yang terjadi secara alami ketika berlari juga bisa membuat saluran pencernaan terganggu. Kedua, jika kamu makan dengan porsi yang lebih kecil seperti 200-300 kalori, kamu hanya perlu menunggu sekitar 1-2 jam untuk memberikan tubuh waktu menjalankan proses pencernaan.

Jika camilanmu terbuat dari karbohidrat sederhana, serta tanpa atau dengan sedikit lemak dan protein (seperti pisang), maka kamu harus menunggu satu jam atau sedikit lebih lama. Durasi itu diperlukan sehingga karbohidrat tersebut bisa dicerna dengan baik.

Baca: Ini 8 Pertanda Orang Rentan Terkena Kanker Darah, Penyakit Ini yang Diderita Ani Yudhoyono

Namun, jika kamu mengonsumsi lebih banyak lemak dan protein (seperti yoghurt atau roti dengan selai kacang) maka kamu perlu menunggu sedikit lebih lama. Untuk sesi lari tertentu (di bawah 60 menit dengan kecepatan moderat), bahkan tidak memerlukan makan, dan beberapa atlet bisa makan kemudian langsung berlari.

Beberapa atlet ketahanan bahkan melatih tubuh mereka untuk makan saat berlari. Bahkan pada jarak maraton, para pelari harus mencerna sejumlah makanan untuk nutrisi mereka selama perlombaan, meskipun makanannya terkadang sulit dicerna.

Pada akhirnya bisa membuat kita tahu berapa banyak kita bisa makan sebelum berlari. Untuk hasil latihan terbaik, sediakan waktu 3-4 jam setelah makan sebelum lari. Terutama jika latihan yang dilakukan memiliki intensitas yang tergolong tinggi. Untuk camilan ringan, berikan waktu sekitar 1-2 jam untuk mencernanya sebelum kamu mulai berlari.

Kebiasaan yang Memperpanjang Umur

Berikut ini enam kebiasaan baik yang bisa memperpanjang umur Anda dan bisa dilakukan dalam aktifitas ehari-sehari.

1. Kunyah makanan secara perlahan

Anda bisa memulai dengan mengunyah makanan secara perlahan agar mengasup rendah kalori.

Sebab, orang yang mengunyah perlahan cenderung tidak mengalami obesitas atau tak punya masalah metabolisme, penyakit jantung, diabetes dan risiko stroke, menurut penelitian terbaru yang dipresentasikan di American Scientific Sessions 2017, sebuah acara global yang diadakan pada bulan November yang membagikan perkembangan terbaru dalam ilmu kardiovaskular.

"Mengunyah lebih lambat mungkin merupakan perubahan gaya hidup yang penting untuk membantu mencegah sindrom metabolik," kata Takayuki Yamaji, seorang ahli jantung di Universitas Hiroshima di Jepang dan penulis studi tersebut.

Baca: Nyawa dan Harta Jadi Taruhan Saat Kecelakaan, Pengendara Mesti Waspada Saat Berkendara

"Saat orang makan cepat, mereka cenderung tidak merasa kenyang dan lebih cenderung makan berlebihan. Makan cepat menyebabkan fluktuasi glukosa yang lebih besar, yang dapat menyebabkan resistensi insulin,” kata Takayuki.

Waspadalah terhadap kalori, terutama saat Anda sedang santai. Orang Amerika sendiri tercatat hampir 6 persen lebih banyak mengasup kalori pada hari Sabtu daripada hari lain dalam sepekan, dan 3 persen lebih banyak pada hari Jumat, menurut analisis penghitung jutaan kalori dari aplikasi penurunan berat badan Lose It!

2. Kurangi makan camilan

Industri makanan camilan di Amerika Serikat fantastis, nilainya 33 milliar dollar AS, dengan rata-rata setiap rumah menghabiskan 133 dollar AS setiap tahun untuk camilan di sela makan makanan utama, menurut data yang dirilis Nielsen. Hampir seperempat (24 persen) orang makan camilan di sela-sela makan utama dibanding lima tahun lalu, atau 21 persen jika menurut riset lain dari NPD Group.

Baca: Penampilan Arumi Bachsin Sita Perhatian, Lihat Dandananya Sederhana Serba Putih namun Elegan

Produk camilan ringan yang tidak dimodifikasi secara genetik meningkat lebih dari 18 persen dalam penjualan selama lima tahun terakhir, diikuti oleh produk camilan yang bebas dari pewarna dan rasa buatan (16 persen) dan tidak/dikurangi mengandung gula (11 persen). Relatif, rata-rata camilan hanya mengalami kenaikan lebih dari 1 persen.

3. Hindari terlalu sering order makanan di luar

Memasak makanan sendiri di rumah jauh lebih baik untuk kesehatan, dibanding harus makan di restoran atau order makanan via online. Jumlah layanan delivery atau pesanan makanan lewat telepon dan internet melonjak 18 persen tahun lalu menjadi 1,9 miliar, menurut temuan NPD. Makan malam adalah makanan yang paling sering dipesan secara online, dan keluarga adalah pengguna digital terberat pemesanan daring.

Orang-orang yang berusia di bawah 35 tahun dan mereka yang memiliki pendapatan rumah tangga yang lebih tinggi adalah pengguna pemesanan daring di atas rata-rata dengan aplikasi seperti Seamless dan Grubhub. Di Indonesia sendiri juga terdapat beberapa aplikasi yang terhubung dengan ojek online yang dikhususkan untuk pemesanan makanan.

Atas dasar situasi tersebut, orang-orang menjadi kurang memiliki kontrol atas apa yang masuk ke makanan mereka saat mereka memesan—yang turut serta dapat mengurangi kesehatan mereka.

Baca: Hingga Kini, Ratusan Warga 3 Desa dan 1 Kelurahan yang Berunjuk Rasa, Masih Bertahan di Lahan PT BBS

Orang Amerika Serikat sendiri mendapatkan sebagian besar sodium harian mereka—lebih dari 75 persen—dari makanan olahan dan makanan restoran, menurut Centers for Disease Control and Prevention. Orang-orang makan rata-rata 200 kalori lebih banyak per makanan saat mereka makan makanan dari restoran, menurut sebuah penelitian tahun 2015.

4. Kurangi konsumsi garam

"Kelebihan sodium bisa meningkatkan tekanan darah dan risiko terkena penyakit jantung dan stroke," demikian menurut riset CDC. Bersamaan dengan itu, penyakit jantung dan stroke membunuh lebih banyak orang Amerika Serikat setiap tahun daripada penyebab lainnya. Selain itu, mereka mendapatkan 71 persen sodium harian mereka dari makanan olahan dan restoran. Memasak untuk diri sendiri adalah pilihan teraman dan paling sehat.

Hampir 9 dari 10 anak-anak di Amerika Serikat makan lebih banyak sodium daripada yang direkomendasikan, dan sekitar 1 dari 9 anak-anak telah menaikkan tekanan darah, kata CDC. Orang harus mengonsumsi kurang dari 2.300 miligram sodium setiap hari, CDC merekomendasikan. Mereka yang berusia 51 tahun ke atas harus membatasinya sampai 1.500 miligram. Namun, kebanyakan orang Amerika Serikat mengonsumsi 3.400 miligram garam per hari.

5. Hindari minum soda

Sebuah artikel New York Times yang diterbitkan awal bulan ini mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump mengonsumsi "selusin minuman ringan bersoda bebas gula" setiap hari. Namun, para peneliti terpecah atas apakah minuman bersoda bebas gula itu benar-benar membantu orang menurunkan berat badan, menurut sebuah tinjauan ulang tahun 2017 tentang penelitian yang diterbitkan di Canadian Medical Association Journal.

Baca: Hingga Kini, Ratusan Warga 3 Desa dan 1 Kelurahan yang Berunjuk Rasa, Masih Bertahan di Lahan PT BBS

Satu teori: minuman ringan bersoda bebas gula bisa mengondisikan tubuh untuk membutuhkan kalori. Minuman yang dimaniskan secara artifisial terkait dengan peningkatan risiko stroke dan demensia, demikian menurut jurnal Stroke American Heart Association.
Studi tahun 2015 lainnya menemukan bahwa perempuan yang lebih tua yang mengonsumsi dua atau lebih minuman bersoda bebas gula per hari, 30 persen lebih mungkin mengalami masalah kardiovaskular. Apalagi soda biasa berkaitan dengan masalah obesitas.

6. Hati-hati dengan minuman alkohol

Satu dari delapan orang Amerika Serikat melawan kecanduan alkohol, menurut sebuah penelitian pada bulan September 2017 yang dipublikasikan di JAMA Psychiatry.

"Amerika Serikat menghadapi krisis dengan penggunaan alkohol yang saat ini semakin memburuk," katanya. Mengobati kecanduan alkohol sekarang merupakan industri bernilai miliaran dollar AS dan menghabiskan biaya medis sebesar 223 miliar dollar AS.

Sekalipun rendah alkohol, tetap saja terkait dengan beberapa risiko termasuk kanker payudara, kolon, kerongkongan, serta kepala dan leher, demikian menurut penelitian terbaru yang dikaji oleh American Society of Clinical Oncology.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved