Makamnya Ditemukan 50 Tahun Pasca Meninggal: Dia Wanita Tangguh Dimiliki Negeri Ini

TRIBUNJAMBI.COM- Berasal dari keluarga bangsawan tidak membuat Cut Nyak Dien memilih hidup nyaman

Editor: ridwan
Facebook/Seuramoe Mekkah
Cuk Nyak Dien 

Di tengah perang yang berkecamuk, pasangan Cut Nyak Dien dan Teuku Umar mempunyai seorag putri Cut Gambang yang ketika dewasa dinikahkan dengan Teuku Di Buket, putra Teuku Cik Di Tiro yang juga pejuang dan pahlawan Aceh.

Dalam perjalanan hidup mereka, anak dan menantu Cut Nyak Dien itu akhirnya juga gugur di medan perang.

Ujian berat kembali dialami Cut Nyak Dien ketika pada 11 Februari 1899 Teuku Umar gugur.

Tapi semangat tempurnya tetap menyala-nyala dan ia bertekad berjuang sampai titik darah penghabisan.

Sementara itu Belanda yang mengetahui kekuatan pasukan Cut Nyak Dien kian melemah dan hanya bisa menghindar dari hutan-hutan terus melancarkan tekanan.

Akibatnya kondisi fisik dan kesehatan Cut Nyak Dien makin melemah namun ia tetap melanjutkan pertempuran.

Melihat kondisinya seperti itu, panglima perang Cut Nyak Dien, Pang Laot Ali, menawarkan menyerahkan diri ke Belanda.

Tapi Cut Nyak Dien justru marah sekali dan menegaskan untuk terus bertempur.

Akhirnya Cut Nyak Dien berhasil ditangkap oleh pasukan khusus Belanda yang dipimpin oleh Letnan van Vurren.

Seperti biasa setelah ditangkap, dan untuk menghindarkan pengaruhnya terhadap masyarakat Aceh, Cut Nyak Dien diasingkan ke Pulau Jawa, tepatnya ke daerah Sumedang, Jawa Barat.

Di tempat pengasingannya, Cut Nyak Dien yang sudah renta dan mengalami gangguan penglihatan itu lebih banyak mengajar agama.

Ia tetap merahasiakan jati diri yang sebenarnya sampai akhir hayatnya.

Cut Nyak Dien wafat pada tanggal 6 November 1908 dan dimakamkan di Sumedang.

Makam Cut Nyak Dien baru diketahui secara pasti pada 1960 atau sekitar 50 tahun setelah kematiannya. Waktu itu, Pemda Aceh memang sengaja menelusuri kuburannya.

Perjuangan Cut Nyak Dien bahkan membuat seorang penulis dan sejahrawan Belanda, Ny Szekly Lulof kagum dan menggelarinya Ratu Aceh. (Agustinus Winardi)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved