Tentara Bayaran Paling Ditakuti Militer Dunia, Mampu Bertarung di bawah Suhu Nol Derajat

Ketika para tentara bayaran Rusia dikirim ke Suriah, sebenarnya menurut hukum Rusia sendiri merupakan tindakan ilegal.

Editor: Suci Rahayu PK
Ilustrasi Tentara bayaran 

Tentara Bayaran Paling Ditakuti Militer Dunia, Mampu Bertarung di bawah Suhu Nol Derajat

TRIBUNJAMBI.COM - Pada perhelatan piala Dunia 2018 lalu, Pemerintah Rusia selain mengerahkan pasukan khusus Spetsnaz dan pasukan antiteror Federal (FSB) serta pasukan Garda Nasional, juga mengerahkan para tentara bayaran yang tangguh.

Ribuan tentara bayaran yang diturunkan untuk mengamankan perhelatan Piala Dunia 2018 waktu itu terdiri para pasukan tempur yang terlatih dan sudah memiliki pengalaman perang di Ukraina serta Suriah.

Baca: Hotman Paris Pernah Terlibat Asmara dengan Asprinya, Ini Deretan Artis Cantik yang Pernah Jadi Aspri

Baca: Politik memanas, Tentara Bayaran Rusia Masuki Venezuela Untuk Lindungi Presiden Nicolas Maduro

Baca: Gempa Bumi Tektonik Berkekuatan 5,6 SR Guncang Papua Senin (28/1) Malam

Sebagian besar tentara bayaran Rusia berasal dari orang-orang Kossak yang terkenal tangguh dan nenek moyangnya merupakan para tentara yang pernah bertempur melawan pasukan Nazi Jerman pada PD II.

Selain jago bertempur sambil menunggang kuda, dalam PD II, para tentara dari Kossak juga dikenal sebagai prajurit yang tahan bertarung di bawah suhu nol derajat.

Tentara bayaran
Tentara bayaran ()

Para keturunan prajurit Kossak yang jago bertempur itu banyak yang direkrut sebagai tentara bayaran dan mendapat pelatihan militer dari petinggi pasukan khusus Rusia, Dmitry Utkin.

Ketika para tentara bayaran Rusia dikirim ke Suriah, sebenarnya menurut hukum Rusia sendiri merupakan tindakan ilegal.

Tapi karena rezim Bashar al Assad di Suriah berani membayar mahal, para tentara bayaran yang didominasi orang-orang Kossak itu terus dikirim ke Suriah sejak tahun 2015.

Tujuan utama Rusia mengirim tentara bayaran ke Suriah secara diam-diam adalah lebih baik bagi Rusia memerangi ISIS di Suriah daripada `menunggu' pasukan ISIS memasuki Rusia untuk melancarkan teror.

Piala Dunia 2018 yang berlangsung di Rusia lalu, memang dibayangi oleh ancaman ISIS yang akan melancarkan serangan teror.

Baca: Kronologis Baku Tembak Prajurit TNI dengan OPM di Papua, Saat Rombongan Bupati Nduga Diserang

Baca: Maret Penerimaan CPNS, BKD Muarojambi Prioritaskan Formasi Guru

Oleh karena itu dengan mengerahkan para tentara bayaran yang sudah kenyang pengalaman tempur di Suriah melawan ISIS, para tentara yang sedang bertugas mengamankan Piala Dunia tersebut bisa `mengendus' rencana serangan teror oleh ISIS secara dini.

Rusia sendiri dermikian percaya pada para tentara bayaran Kossak untuk mengamankan Piala Dunia 2018 meski berpura-pura tidak mengakui eksistensinya.

Sikap pura-pura pemerintah Rusia itu terkuak ketika Presiden Putin dan Dmitry Ukin hadir dalam suatu acara resmi Defender of the Fatherland Day untuk memberi perhargaan khusus kepada para tentara bayaran Kossak yang telah dianggap berjasa bagi Rusia.

Baca: Mengonsumsi Mi Instan saat Diet bukan Pilihan yang Tepat, Salah-salah Malah Tambah Gemuk

Baca: Sniper Cantik Ini Membunuh 59 Prajurit, Tapi Shanina Tewas dengan Kondisi Menyedihkan

Perang Yaman:

Kisah mencengangkan lainnya adalah dirilis situs BuzzFeedNews.com, Rabu (17/10/2018) tentang aksi tentara bayaran di medan perang Yaman.

Kisah di situs BuzzFeedNews ini juga dikutip media terkemuka Israel, Haaretz.com, dengan sudut pandang berbeda.

Haaretz menyoroti sosok Mohammed Dahlan, satu di antara tiga orang di balik korporasi bisnis tentara bayaran yang dikendalikan dari AS dan Uni Emirat Arab ini.

Mohammad Dahlan adalah warlord terkenal di Tepi Barat (Palestina) pada masanya. Ia mengepalai pasukan bersenjata Otoritas Palestina yang acapkali membuat gentar Israel.

Baca: Kasus Pipanisasi, Hendri Sastra Divonis 2 Tahun 6 Bulan

Memasok tentara-tentara bayaran dari berbagai penjuru dunia ke berbagai medan konflik di Timur Tengah.

Ia berkongsi dengan Abraham Golan, bekas Legiun Asing Prancis berdarah Yahudi Hongaria.

Jejak berdarah bisnis Mohammad Dahlan terendus di Aden, Yaman. Suatu hari di bulan Desember 2015, tentara bayaran yang dikirimnya bergabung dengan pasukan Uni Emirat Arab (UEA).

Konvoi kecil dua kendaraan tempur pasukan UEA dan dua SUV berisi prajurit bayaran bekas Pasukan Khusus AS dan jebolan Legiun Asing Prancis.

Mereka merangsek ke kantor cabang Al Islah. Gerakan penyerbuan mereka terekam sangat jelas di video drone yang juga dirilis BuzzFeedNews.com

Paling depan sebagai pembuka adalah ranpur pasukan UEA, persis dengan ranpur yang dipakai pasukan AS di berbagai medan perang.

Di tengah ada SUV berisi sejumlah tentara bayaran. Penutupnya ranpur pasukan UEA sebagai perlindungan.

Saat konvoi terhenti di depan deretan bangunan, sejumlah pria bersenjata berloncatan keluar dari SUV sembari menembak.

Salah seorang menenteng tas berisi bom yang dilempar ke depan gedung cabang Al Islah.

Para penyerang mundur dan masuk ranpur penutupm Sesaat kemudian bom meledak di gedung yang diserbu. Setelah ranpur pergi, mobil SUV yang semula dipakai penyerang, giliran meledak hancur.

Baca: GALERI FOTO: 20 Foto Ini Diperoleh Tanpa Terduga Momennya, Hasilnya Bikin Takjub

Belakangan dikabarkan serangan pembunuhan di Kota Aden itu gagal.

Target yang diincar, Anssaf Al Mayo sudah meninggalkan gedung beberapa saat sebelumnya.

Al Islah sendiri adalah organisasi di Yaman yang diklaim UEA cabang Ikhwanul Muslimin (Moslem Brotherhood) yang terlarang di Mesir, Saudi, dan Emirat.

Ada sekurangnya 23 sosok di Yaman, yang daftarnya diberikan intelijen UEA ke pasukan bayaran yang di-hire Dahlan bersama Abraham Golan dan Isaac Gilmore.

Mereka menggunakan bendera kontraktor keamanan Spear Operations Group yang berbasis di Delaware, AS. Spear ini mirip dengan kontraktor keamanan lain seperti Blackwater dan Dynn Corp yang legendaris.

Gilmore sendiri eks prajurit pasukan khusus AS yang kenyang pengalaman di medan tempur mematikan di Irak dan Afghanistan.

Sedang Abraham Golan berpengalaman di ladang tempur Balkan.

Ia kebal dekat dengan tokoh fenomenal Serbia yang dikenal dengan julukan Motorola alias Arkan.

Dahlan sejak tersingkir dari Palestina setelah kematian Yasser Arafat, pindah dan bermukim di Uni Emirat Arab.

Kehidupan baru di jazirah Arab itu benar-benar membalikkan perjalanan hidupnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved