Pasukan Elite Dunia dengan Latihan Ekstrem, 'Neraka' yang Disebut Latihan
Untuk menciptakan prajurit yang hebat, kuat dan disiplin, beberapa negara lebih memilih memberikan pelatihan militer yang sangat ekstrem.
Pasukan Elite Dunia dengan Latihan Ekstrem, 'Neraka' yang Disebut Latihan
TRIBUNJAMBI.COM - Demi menjaga pertahanan dan keamanan suatu negara memang dibutuhkan para tentara yang kuat dan mampu bertarung dalam segala kondisi.
Setiap negara pasti memiliki cara tersendiri dalam melatih tentara mereka.
Untuk menciptakan prajurit yang hebat, kuat dan disiplin, beberapa negara lebih memilih memberikan pelatihan militer yang sangat ekstrem.
Baca: Tentara Bayaran Paling Ditakuti Militer Dunia, Mampu Bertarung di bawah Suhu Nol Derajat
Baca: Politik memanas, Tentara Bayaran Rusia Masuki Venezuela Untuk Lindungi Presiden Nicolas Maduro
Baca: Soekarno Masuk Daftar Pimpinan Negara yang Harus Dibunuh Amerika Serikat, CIA Disebut Jadi Dalangnya
Berikut beberapa pasukan khusus dengan latihan militer paling ekstrim di dunia.
Tak ada tempat untuk yang lemah. Yang ragu-ragu silahkan pulang.
1. The Chinese People’s Liberation Army (China)

Sebagai kekuatan militer terbesar di dunia, angkatan bersenjata China adalah sekelompok personel pasukan paling disiplin dan terlatih.
Selain keras, tentara China juga dikenal dengan latihan milternya yang tak cukup saja dibilang aneh namun membahayakan keselamatan.
Para tentara merah China dipertaruhkan nyawanya dalam suatu latihan militer, di mana mereka akan saling melemparkan granat dengan perhitungan waktu yang dituntut harus akurat.
Tak main-main, granat yang dibuat berlatih merupakan granat aktif yang jika perhitungan mereka sedikit saja meleset, bisa dipastikan para tentara merah tersebut akan tewas dalam latihan.
Latihan militer yang ekstrem ini disebut dengan "Hot Potato".
2. Storm Corp Soliders (Korea Utara)
Banyak yang mengidentikkan Korea Utara dengan citra negara paling disiplin di dunia.
Pemerintah Korea Utara tidak pernah secara terbuka menyatakan siapa saja anggota Korps Storm atau bagaimana mereka bekerja.
Meski demikian cerita pelatihan dan disiplin mereka akan membuat dingin tulang punggung Anda.
Latihan anggota Korps Storm antara lain Pertarungan 3-15 lawan sekaligus, meninju pohon 5.000 kali, meninju kaleng-kaleng sampai tangan mereka merobek, dan kemudian meninju garam.
Anda tidak bisa mengenali agen Storm Corp dengan hanya melihat ke arahnya tapi dengan berjabat tangan dengannya. Tangan mereka sekeras batu.
3. US Navy SEAL (Amerika Serikat)

Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) SEAL yang pernah menewaskan pemimpin Al Qaeda, Osama Bin Laden, dikenal karena keberanian dan kekuatan mereka.
Metode latihan SEAL dikenal cukup berat dan keras.
Bahkan data yang ada menyebutkan, angka putus sekolah (pendidikan) di SEAL hampir 75-80% pada saat pelatihan berakhir.
Dengan latihan keras tidak mengherankan jika pasukan SEAL dikenal memiliki beberapa statistik menakjubkan, salah satunya di perang Vietnam.
Kata SEAL merupakan singkatan dari "Sea, Air, and Land." Ada 8 tim SEAL secara total.
4. South Korean Special Warfare Forces (Korea Selatan)

Jika di Korea Utara metode latihannya adalah dengan memukul-mukul media tertentu, di Korea Selatan, South Korean Special Warfare Forces (SKSWF) harus berlatih di luar ruangan saat musim dingin bersalju.
Bahkan para anggota SKSWF ini hanya menggenakan sepatu boots dan celana panjang saja, tanpa memakai baju dalam berlatih.
Program latihannya meliputi, berenang di sungai yang sudah membeku, berguling-guling dan merayap di daratan es sampai dengan berlatih perang di hutan di bawah suhu yang tak kalah ekstrem dinginnya.
5. The Indian Army (India)

Tentara India identik dengan kata "disiplin".
Kadet tidak bisa menghindari jadwal pelatihan terberat, yang dibuat secara ilmiah untuk GC (Gentleman Cadets) untuk mengembangkan atribut fisik dan mental mereka.
Latihan fisik meliputi latihan, olahraga, dan renang. Mereka diajarkan untuk bekerja sebagai tim setiap saat.
Beberapa hukuman berat selama pelatihan termasuk Maharaja (mengangkat tubuh Anda secara vertikal dengan dukungan kepala), merangkak di parit kabel, dan merayap di atas air dingin.
6. Spetsnaz (Rusia)

Tentara Rusia khususnya Spetsnaz diharuskan menahan rasa sakit dengan latihan yang terbilang tak masuk akal.
Salah satu cara yang dilakukan yakni membakar beton dan meletakkan di atas perut seorang prajurit. Selanjutnya batu tersebut akan dipukul dengan palu oleh tentara lainnya.
Sudah tentu, tentara yang menahan beton tersebut tidak boleh bergerak atau bersuara sedikit pun.
Bukan hanya itu, anggota tentara juga harus latihan menahan sakit dengan cara ditembak dari jarak dekat.
Meski menggunakan jaket anti peluru, banyak prajurit yang cedera karena tembakan yang begitu dekat di dada.
7. Shayetet 13 (Israel)

Sering disebut-sebut memiliki kesamaan dengan Delta Force dan US Navy SEALs, Shayetet 13 Israel adalah salah satu kekuatan militer paling efisien di dunia.
Armada pasukan tentara ini juga dikenal paling tertutup di antara pasukan pertahanan Israel. Pelatihan mereka adalah 20 bulan.
Selain senjata api dan latihan senjata berat, anggota Shayetet 13 diajarkan seni bela diri nasional
Israel: Krav Maga. Shayetet 13 memiliki motto tidak resmi "Ketika keadaan menjadi sulit, orang-orang Yahudi menjadi kesal."
8. Militer Elit (Afrika Selatan)

Pasukan elit Afrika Selatan adalah contoh lain dari pelatihan fisik dan mental yang tangguh.
Tidak semua sampai pada akhir pelatihan, terutama karena besarnya disiplin dan ketrampilan yang terlibat dalam proses pelatihan.
Di kamp pelatihan pasukan ini, anggota harus melalui proses seleksi yang sulit yakni pelamar tidak diberi makanan dan tidak diperbolehkan untuk tidur.
Kemudian para pasukan melakukan rintangan di semak belukar, makan 5 hari sekali, dan harus tidur dalam posisi berdiri untuk menjaga hyena (hewan khas Afrika sejenis beruang) menjauh.
Selain kegiatan pelatihan reguler lainnya, mereka juga diwajibkan untuk mengikuti pelatihan parasut.
9. Kopassus

Pasukan Elite TNI AD atau yang lebih dikenal dengan nama Komando pasukan Khusus (Kopassus), memang sudah terkenal kehebatannya.
Namun sebelum seorang prajurit mendapatkan baret merah dan brevet komando kebanggaan korps tersebut, para prajurit harus melewati pelatihan khusus yang nyaris melewati kemampuan batas manusia.
Tahapan pertama yang harus dilalui adalah Tahap Basis, yaitu pemusatan pelatihan di Pusat Pendidikan Pelatihan Khusus, Batujajar, Bandung.
Di sini para calon prajurit komando dilatih keterampilan dasar seperti menembak, teknik dan taktik tempur, operasi raid, perebutan cepat, serangan unit komando, navigasi darat dan berbagai keterampilan lain.

Selesai latihan basis, dilanjutkan dengan Tahap Hutan Gunung yang diadakan di Citatah, Bandung.
Di sini para calon prajurit komando berlatih untuk menjadi pendaki serbu, penjejakan, anti penjejakan, survival di tengah hutan.
Dalam Pelatihan Survival para calon Prajurit komando harus bisa hidup di hutan dengan makanan alami yang tersedia di hutan.
Dengan latihan ini Para Prajurit Komando harus bisa membedakan tumbuhan yang beracun dan dapat dimakan, dan juga mampu berburu binatang liar untuk mempertahankan hidup.
Tahap latihan hutan gunung diakhiri dengan long march dari Situ Lembang ke Cilacap dengan membawa amunisi, tambang peluncur, senjata dan perlengkapan perorangan.
Dalam bukunya yang berjudul Pramono Edhie Wibowo dan Cetak Biru Indonesia ke Depan yang diterbitkan QailQita Publishing tahun 2014, Mantan Kepala Staf TNI AD Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo membeberkan pengalamannya saat mengikuti latihan Kopassus.
Mengintip Neraka di Cilacap
Latihan terberat sudah menanti saat sampai di Cilacap. ini adalah latihan tahap ketiga yang disebut latihan Tahap Rawa Laut, calon prajurit komando berinfliltrasi melalui rawa laut.
Di sini materi Latihan meliputi navigasi Laut, Survival laut, Pelolosan, Renang ponco dan pendaratan menggunakan perahu karet.
Para calon prajurit komando harus mampu berenang melintasi selat dari Cilacap ke Nusakambangan.

“Latihan di Nusakambangan merupakan latihan tahap akhir, oleh karena itu ada yang menyebutnya sebagai hell week atau minggu neraka. Yang paling berat, materi latihan ‘pelolosan’ dan ‘kamp tawanan’,” kata Pramono.
Dalam latihan itu para calon prajurit komando dilepas pagi hari tanpa bekal, dan paling lambat pukul 10 malam sudah harus sampai di suatu titik tertentu.
Selama “pelolosan” si calon harus menghindari segala macam rintangan alam maupun tembakan dari musuh yang mengejar.
Dalam pelolosan itu, kalau siswa sampai tertangkap maka itu berarti neraka baginya karena dia akan diinterogasi layaknya dalam perang.
Para pelatih yang berperan sebagai musuh akan menyiksa prajurit malang itu untuk mendapatkan informasi.
Dalam kondisi seperti itu, si prajurit harus mampu mengatasi penderitaan, tidak boleh membocorkan informasi yang dimilikinya.
Untuk siswa yang tidak tertangkap bukan berarti mereka lolos dari neraka.

Pada akhirnya, mereka pun harus kembali ke kamp untuk menjalani siksaan.
Selama tiga hari siswa menjalani latihan di kamp tawanan. dalam kamp tawanan ini semua siswa akan menjalani siksaan fisik yang nyaris mendekati daya tahan manusia.
“Dalam Konvensi Jenewa, tawanan perang dilarang disiksa, namun para calon prajurit Komando itu dilatih untuk menghadapi hal terburuk di medan operasi. Sehingga bila suatu saat seorang prajurit komando di perlakukan tidak manusiawi oleh musuh yang melanggar konvensi Jenewa, mereka sudah siap menghadapinya,” tulis Pramono Edhie.
Beratnya persyaratan untuk menjadi prajurit kopassus dapat dilihat dari standar calon untuk bisa mengikuti pelatihan.
Nilai standar fisik untuk prajurit nonkomando adalah 61, namun harus mengikuti tes prajurit komando, nilainya minimal harus 70.
Begitu juga kemampuan menembak dan berenang nonstop sejauh 2000 meter.
“Hanya mereka yang memiliki mental baja yang mampu melalui pelatihan komando. Peserta yang gagal akan dikembalikan ke kesatuan Awal untuk kembali bertugas sebagai Prajurit biasa,” tutup mantan Danjen Kopassus ini. (Dari berbagai sumber)