Fenomena Supermoon 19 Februari Bisa Disaksikan Sore Ini, Ustaz Abdul Somad Uraikan Amalan Salat

Saksikan Supermoon Senin malam ini, bisa disaksikan di Indonesia. Simak waktu terbaik memotret. UAS anjurkan salat gerhana

Editor: Nani Rachmaini
pixabay.com
Ilustrasi 

Fenomena Supermoon 19 Februari Bisa Disaksikan Sore Ini, Ustaz Abdul Somad Uraikan Amalan Salat

TRIBUNJAMBI.COM - Supermoon adalah fenomena alam saat bulan berada dalam jarak terdekatnya dengan Bumi dan fenomena ini selalu terjadi pada saat bulan sedang dalam fase purnama.

Hal ini membuat kita melihat Bulan purnama lebih terang dan lebih dekat daripada biasanya.

Fenomena bulan super alias supermoon diprediksi terjadi di Indonesia pada Selasa (19/2/2019) sore hingga malam ini.

Fenomena langit supermoon ini terjadi untuk yang kedua kalinya.

Sebelum supermoon hari ini, peristiwa langit yang sama sudah terjadi di 21 Januari lalu.

Baca: Sedang Berlangsung, Supermoon 19 Februari Puncaknya 16.02 WIB, Terjadi Tsunami? Ini Kata BMKG

Baca: Deretan Merk Asli Indonesia yang Dikira Brand dari Luar Negeri, Ternyata Sudah Ada yang Mendunia

Baca: Besok Gubernur Jambi Fachrori Umar Reshuffel Ratusan Pejabat Eselon III dan IV, 200 Pejabat Diganti

Karena jaraknya ini pula, bulan akan terlihat lebih besar daripada biasanya sehingga kita bisa mengamatinya lebih jelas lagi.

Bulan super diperkirakan terjadi pada pukul 16.02.

Ustaz Abdul Somad Anjurkan Salat Gerhana

Supermoon atau peristiwa langit sejenisnya sebenarnya bukan fenomena yang aneh di ajaran islam.

Lalu apa yang harus dilakukan oleh seorang Muslim saat menghadapi fenomena langka ini?

Melansir dari laman Grid ID yang tayang pada 1 Februari 2018 silam, ada beberapa poin yang bisa disikapi dari peristiwa langit Supermoon 2019 dan gerhana bulan nanti malam.

Ustadz Abdul Somad pernah menyampaikan larangan pada kepercayaan tentang mitos seputar fenomena langit itu.

Beragam mitos mewarnai peristiwa gerhana baik matahari maupun bulan.

Masing-masing daerah dan negara memiliki cerita sendiri terkait fenomena alam tersebut.

Baca: Ustadz Abdul Somad Bahagia Bertemu Sosok Ini di Mekkah, Sampai Dicari ke Kairo & Malaysia

Ada suatu masyarakat yang percaya saat gerhana, sebaiknya membuat suara menjadi gaduh agar cepat berlalu.

Misalnya dengan cara memukul gendang, besi dan sebagainya.

Atau wanita hamil dilarang keluar rumah saat gerhana bulan sedang berlangsung.

Pada mitologi kuno yang mengatakan matahari hilang karena dicuri atau dimakan serigala.

Agar serigala ketakutan dan memuntahkan kembali sang bulan, orang-orang harus membuat suara berbisik dengan memukul benda-benda yang ada di dalam rumah.

Masih banyak masyarakat Tiongkok percaya gerhana bulan terjadi lantaran ada seekor naga yang marah dan memakan bulan.

Untuk menghindari hal itu, biasanya masyarakat Tiongkok akan membunyikan petasan agar naga-nya ketakutan.

Mitos-mitos yang berkaitan dengan gerhana bulan itu kerap masih dipercayai sejumlah orang.

Namun, Ustadz Abdul Somad menyampaikan kepada umat muslim agar menyikapi gerhana bulan dengan cara yang benar.

Menurut Ustadz Somad, peristiwa gerhana bulan bukan sesuatu yang baru.

Sejak berabad-abad tahun yang lalu, gerhana bulan mewarnai kehidupan manusia.

Bahkan pernah saat gerhana bulan, anak Nabi Muhammad SAW bernama Ibrahim meninggal dunia.

Saat itu putra Nabi berusia 18 bulan.

Baca: Tsunami Banten & Lampung, Penjelasan Ustaz Abdul Somad dan UAH, Ini Termasuk Pertanda Kiamat

Baca: Sedang Berlangsung, Supermoon 19 Februari Puncaknya 16.02 WIB, Terjadi Tsunami? Ini Kata BMKG

Baca: Besok Gubernur Jambi Fachrori Umar Reshuffel Ratusan Pejabat Eselon III dan IV, 200 Pejabat Diganti

Lalu, orang-orang mengatakan bahwa kematian anak Nabi itu membuat bulan bersedih.

Nabi Muhammad marah karena bulan gerhana bukan anaknya meninggal.

Tetapi itu tanda-tanda kekuasan Allah.

Sehingga umat muslim dianjurkan untuk melaksanakan shalat gerhana bulan.

Sikap Umat Islam Pada Peristiwa Gerhana Bulan

Grid ID mengutip tulisan Ketua Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh, Tgk Muhammad Fadhil Rahmi Lc, yang dikirim melalui surat elektronik kepada Serambinews.com, beberapa waktu lalu

Hal tersebut berkaitan dengan Gerhana Bulan dan bagaimana umat islam harus menyikapinya.

Gerhana bulan dalam bahasa Arab disebut “khusuf”. Dalam Islam saat terjadi fenomena gerhana bulan kita dianjurkan untuk mengerjakan salat sunah dua rakaat atau disebut juga salat sunah khusuf.

Ulama bersepakat bahwa salat sunah ini hukumnya sunah muakkad baik bagi laki-laki atau perempuan.

Pada masa Rasulullah pernah terjadi gerhana. Sebagaimana diriwayatkan dari 'Aisyah r.a;

"Bahwasanya Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengendari kendaraan di pagi hari lalu terjadilah gerhana. Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melewati kamar istrinya (yang dekat dengan masjid), lalu beliau berdiri dan menunaikan shalat". (HR. Bukhari no. 1050).

Baca: Jelang Konser Tunggal Siti Nurhaliza - Rela Bersepeda 30 KM, Perjalanan Karir hingga Tiket Konser

Baca: Deretan Merk Asli Indonesia yang Dikira Brand dari Luar Negeri, Ternyata Sudah Ada yang Mendunia

Baca: Pasca Kematian Hori dan Ayu Begini Kondisi Terbaru Harimau dan Singa di Kebun Binatang Taman Rimba

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mendatangi tempat shalatnya (yaitu masjidnya) yang biasa dia shalat di situ.

Dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda ”Jika kalian melihat gerhana tersebut (matahari atau bulan), maka bersegeralah untuk melaksanakan shalat".

Hadits tersebut di atas menunjukkan perintah melakukan shalat saat terjadi gerhana, baik gerhana matahari atau bulan dan waktu pelaksaanaan shalat gerhana adalah saat terjadinya gerhana.

Adapun tata cara pelaksanaan shalat gerhana seperti yang diriwayatkan dari 'Aisyah.

Beliau menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri.

Kemudian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut, namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya.

Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya.

Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut.

Pada raka’at berikutnya, beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama.

Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.

Setelah itu beliau berkhutbah di hadapan orang banyak, beliau memuji dan menyanjung Allah.

Kemudian bersabda, "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah.

Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang.

Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”

Baca: Pasca Kematian Hori dan Ayu Begini Kondisi Terbaru Harimau dan Singa di Kebun Binatang Taman Rimba

Baca: Sedang Berlangsung, Supermoon 19 Februari Puncaknya 16.02 WIB, Terjadi Tsunami? Ini Kata BMKG

Baca: Besok Gubernur Jambi Fachrori Umar Reshuffel Ratusan Pejabat Eselon III dan IV, 200 Pejabat Diganti

Nabi selanjutnya bersabda Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu dari pada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina.

Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis”. HR. Bukhari.

http://cdn2.tstatic.net/banjarmasin/foto/bank/images/supermoon_20161116_173213.jpg
Supermoon muncul di atas Valley of the Gods dekat Mexican Hat, Utah. (Jim Lo Scalzo/EPA via National Geographic) (Jim Lo Scalzo/EPA via National Geographic)

Amalan Saat Gerhana

Adapun amalan yang dilakukan saat terjadi gerhana, diriwayatkan dari 'Aisyah "bahwasanya Nabi sallallahu alaihi wasallam bersabda ‘sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua tanda kebesaran Allah, terjadinya gerhana bukan karena kematian seseorang, maka jika kalian melihat gerhana berdo'alah, bertakbirlah, dan bersedekahlah, lalu dirikanlah shalat". (H.R. Bukhari)

Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Rasulullah salallahu alaihi wasallam ketika terjadi gerhana beliau berdiri dan melakukan shalat.

Lalu beliau bersabda "jika kalian melihat hal yang demikian (gerhana) maka bersegeralah mengingat Allah, berdoalah, dan beristighfarlah". (H.R. Bukhari).

Dua hadits di atas menunjukkan bahwa amalan yang dikerjakan pada saat terjadinya gerhana matahari atau bulan adalah perbanyak bertakbir, berdo'a, bersedekah, dan beristighfar.

Baca: Selain Untuk Bumbu Dapur, Daun Salam Baik Untuk Mengobati Diabetes

Baca: Sedang Berlangsung, Supermoon 19 Februari Puncaknya 16.02 WIB, Terjadi Tsunami? Ini Kata BMKG

Baca: Pasca Kematian Hori dan Ayu Begini Kondisi Terbaru Harimau dan Singa di Kebun Binatang Taman Rimba

Mengenai makna perintah melakukan shalat gerhana sesungguhnya hal tersebut adalah rahasia Allah.

Akan tetapi banyak ditafsirkan bahwa tujuan dari melakukan ibadah ini adalah untuk mengagumi kuasa Allah, berupa gerhana yang luar biasa.

Di sisi lain ibadah tersebut juga disyariatkan untuk membantah mitos yang terjadi pada masa Rasulullah, bahwa gerhana menyangkut dengan kematian seseorang.

(*)

TONTON VIDEO: Aksi Dua Pemuda Asal Surabaya Lakukan Perjalanan Menuju Sabang, Provinsi Aceh

IKUTI INSTAGRAM KAMI: TER-UPDATE TENTANG JAMBI

Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul Malam Ini Gerhana Bulan & Supermoon 2019, Ustadz Abdul Somad Cerita Gerhana Zaman Rasulullah

Dan di bangkapos.com dengan judul Jangan Lewatkan, Malam Ini Supermoon akan Hiasi Langit Indonesia, Waspadai Dampaknya

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved