Pertempuran Laut Aru 1962, Kendali Macet, KRI Macan Tutul 'Dihantam Torpedo Kapal Perang Musuh

Yos Sudarso memerintahkan mundur. Namun, kendali KRI Macan Tutul macet, sehingga kapal itu terus membelok ke kanan.

Penulis: Duanto AS | Editor: Duanto AS
sumber foto: IST
KRI Macan Tutul. 

TNI Angkatan Darat lebih dulu melakukan penyusupan sukarelawan. Dengan bantuan TNI AL mengangkut pasukan menuju pantai Papua bagian barat. Sementara itu TNI AU mengirim 2 pesawat Hercules untuk mengangkut pasukan.

Misi itu sangat rahasia, sehingga hanya ada beberapa petinggi di markas besar TNI AU yang mengetahui.

Walaupun sebenarnya tidak rumit, TNI AU hanya bertugas untuk mengangkut pasukan dengan pesawat Hercules, hal lainnya tidak menjadi tanggung jawab TNI AU.

Di sisi lain, Kepolisian Republik Indonesia juga menyiapkan pasukan Brigade Mobil di kepulauan Ambon sebagai persiapan menyerbu ke Papua bagian barat. Sementara itu Resimen Pelopor (unit parakomando Brimob) disiagakan di Pulau Gorom.

Yos Sudarso
Yos Sudarso ()

Masuk laporan, bahwa satu tim Menpor berhasil menyusup ke Papua bagian barat melalui laut dengan mendarat di Fakfak. Tim Menpor ini terus masuk jauh ke pedalaman Papua bagian barat melakukan sabotase dan penghancuran objek-objek vital milik Belanda.

Pada 12 Januari 1962, pasukan berhasil didaratkan di Letfuan. Pesawat Hercules kembali ke pangkalan. Namun, pada 18 Januari 1962, pimpinan angkatan lain melapor ke Soekarno bahwa karena tidak ada perlindungan dari TNI AU, sebuah operasi menjadi gagal.

Pertempuran Laut Aru

Ini menjadi momen menegangkan dalam perjuangan merebut Papua. Pertempuran Laut Aru pecah pada 15 Januari 1962.

Saat itu, 3 kapal milik Indonesia, yaitu KRI Macan Kumbang, KRI Macan Tutul yang membawa Komodor Yos Sudarso, dan KRI Harimau yang dinaiki Kolonel Sudomo, Kolonel Mursyid, dan Kapten Tondomulyo, berpatroli.

Menjelang pukul 21,00 WIT, Kolonel Mursyid melihat tanda di radar bahwa di depan lintasan 3 kapal itu, terdapat 2 kapal di sebelah kanan dan sebelah kiri. Tanda itu tidak bergerak, di mana berarti kapal itu sedang berhenti.

Ketika 3 KRI melanjutkan laju mereka, tiba-tiba suara pesawat jenis Neptune mendekat. Pesawat itu menghujani KRI itu dengan bom dan peluru yang tergantung pada parasut.

Kapal Belanda menembakan tembakan peringatan yang jatuh di dekat KRI Harimau.

Kolonel Sudomo memerintahkan untuk memberikan tembakan balasan, namun tidak mengenai sasaran.

Akhirnya, Yos Sudarso memerintahkan untuk mundur. Namun, kendali KRI Macan Tutul macet, sehingga kapal itu terus membelok ke kanan.

Kapal Belanda mengira itu merupakan manuver berputar untuk menyerang, sehingga kapal itu langsung menembaki KRI Macan Tutul.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved