Unik! Pasukan Katak TNI AL Pernah Dibekali Kondom Saat Jalani Operasi Berat Rebut Papua dari Belanda
Satu ini kisah elite TNI AL, bernama Komando Pasukan Katak yang pernah ditugaskan dalam misi perebutan wilayah NKRI.
Pasukan Kopaska yang diberangkatkan dari Jakarta ke Surabaya melalui misi sangat rahasia kemudian menuju ke gudang senjata PAL (Penataran Angkatan Laut) untuk mengambil senjata dan bahan peledak serta peralatan khusus lainnya.
Tapi mereka terkejut, karena hampir semua senjata telah digunakan oleh pasukan lain dan sukarelawan, demi melaksanakan operasi tempur Jayawijaya.

Pasukan Kopaska yang memiliki motto Tan Hana Wighna Tan Sirna (Tidak Ada Rintangan yang Tidak Dapat Diatasi) tetap memiliki semangat tempur, tinggi meski hanya berbekal persenjataan yang tersisa.
Persenjataan itu, antara lain senapan laras panjang yang hanya efektif untuk keperluan pertempuran jarak dekat.
Seperti Madsen M-50 buatan Denmark.
Baca Juga:
Penderitaan Vanessa Angel, Jadi Bahan Meme Hingga Disindir Artis & Mantan Pacar Usai Digerebek
Ikut Berkomentar Soal Prostitusi Online Artis, Dinar Candy: Jangankan Prostitusi, Pacaran Aja Nggak
Ramalan Zodiak Selasa, 8 Januari 2019, Cancer Tidak Percaya Diri Soal Cinta, Scorpio Jago Menipu
Kartini Manoppo, Pramugari Garuda yang Mampu Pikat Soekarno dan Dijadikan Istri Kelima Bung Karno
Terkuak, Cara Mucikari Prostitusi Online Fasilitasi Pelanggannya Untuk Bisa Bobo dengan Artis
Padahal idealnya, personel Kopaska bersenjata senapan serbu AK-47 buatan Rusia.
Mengingat demi mendukung Operasi Trikora, APRI telah membeli senapan AK-47 dalam jumlah besar.
Semula personel Kopaska juga kesulitan menemukan alat pemicu bahan peledak di gudang PT PAL, karena telah dibawa oleh pasukan lain.
Tapi beruntung, mereka masih menemukan beberapa gulung kabel firecord yang merupakan kabel berisi bahan peledak berkekuatan tinggi.
Itu bisa difungsikan sebagai pemicu bahan peledak.
Dalam misi tempurnya, pasukan Kopaska juga selalu dibekali kondom dalam jumlah banyak.
Apa guna kondom itu?

Ternyata, kondom itu untuk kepentingan membungkus bahan peledak atau detonator yang akan digunakan untuk operasi bawah air (underwater demolition).
Saat itu, kebetulan setiap personel Kopaska hanya mendapat pembagian kondom dalam jumlah terbatas.
Mereka sudah membayangkan misi peledakan bawah air akan mengalami kesulitan akibat kekurangan kondom itu.