Para Menteri Membangkang Perintahnya, Soeharto Ucap Hal Mengejutkan Ini ke Habibie yang Menemuinya
Presiden Kedua Indonesia ini di masa Orde Baru merupakan sosok yang begitu dihormati dan ditakuti.
Para Menteri Membangkang Perintahnya dan tak menemui Soeharto saat gerakan mahasiswa melengserkan Soeharto. BJ Habibie datang tapi Soeharto Ucap Hal Mengejutkan Ini ke Habibie yang Datang Menemuinya
TRIBUNJAMBI.COM - Tak banyak yang tahu detik-detik sebelum Soeharto lengser dari kursi Presiden pada 21 Mei 2018.
Saat dirinya harus menanggalkan kekuasaan, tak ada yang mau mendekat kepadanya.
Bahkan orang-orang yang dulu selalu berada di sampingnya semua menjauh.
Para menterinya membangkang.
Presiden Kedua Indonesia ini di masa Orde Baru merupakan sosok yang begitu dihormati dan ditakuti.
Namun hal itu berubah setelah terjadinya reformasi pada tahun 1998.
Soeharto ditinggal oleh orang-orang yang dulu dekat dengannya.
Orang-orang yang dulu datang kepadanya, satu persatu mulai meninggalkannya.
Baca: Ajudan Bocorkan Jumlah Harta Soeharto, Uangnya Triliunan? Saya Tahu Persis Berapa Uang Pak Harto
Baca: Ingat Brigjen Krishna Murti ? Kabar Mengagumkan Kini Datang dari Jenderal Viral Itu
Baca: Melihat Peruntungan di Ramalan Zodiak Minggu (30/12/2018), Gemini Terlalu Semangat, Virgo Emosional
Bahkan orang-orang kepercayaannya juga tak lagi mendatanginya.
Kesepian dirasakan oleh Soeharto yang dulu digelari Bapak Pembangunan ini jelang pengumuman pengunduran dirinya.
Soeharto mesti menghadapi saat-saat berat dalam hidupnya sendirian.
Huru-hara terjadi di berbagai pelosok negeri menginginkan dirinya mundur.
Kenyataan ini mesti Ia hadapi tanpa Ibu Tien yang dua tahun sebelumnya meninggal dunia.

Kisah Presiden Kedua RI Soeharto ini Tribunjambi.com lansir dari Intisari.
Setelah bercokol selama lebih dari tiga dekade, Soeharto pun dengan tanpa diduga-duga oleh para menteri memilih mengunduran diri pada 21 Mei 1998.
Konon para spiritualis Jawa yang meyakini kepercayaan Kejawen percaya bahwa wahyu keprabon telah meninggalkan Soeharto.
Wahyu tersebut diyakini hilang sejak kepergian Ibu Tien, dua tahun sebelumnya pada April 1996.
Baca: Video Live Streaming Liverpool vs Arsenal Sesaat Lagi! Rekor Tak Terkalahkan The Reds Terpatahkan?
Baca: Melihat Ramalan Zodiak Untuk Keuangan di Tahun 2019! Taurus Hindari Pemborosan, Aquarius Meningkat
Baca: Pelaku Pembakaran Alquran Diinterogasi dan Digeledah, Polisi Temukan Barang Bukti Terkait Narkotika
Baca: Sniper Berjuluk Si Kematian Putih Ini Tewaskan 500 Tentara Uni Soviet, Kisah Mencengangkan
Bagi penganut Kejawen hal itu meredupkan aura kekuasaan Soeharto.
Bahkan, saat tampil di muka umum, dia tampak renta, tanpa cahaya, sesekali matanya menerawang jauh.
Kekuasaan yang selama ini kokoh didudukinya pun melahirkan gundukan kebencian rakyat yang tak lagi merasa diayomi.
Hingga dia melakukan langkah fatal, bersedia dipilih lagi menjadi presiden keenam kali (1997).
Padahal, alm. Dr. Roeslan Abdulgani, seperti yang diceritakan pada Sulastomo, pernah diminta Ibu Tien untuk membujuk Soeharto agar menolak jika dicalonkan lagi jadi presiden.

Krisis kepemimpinan pada Mei 1998 berdampak terhadap internal kabinet.
Rakyat menginginkan reformasi dan mendesak Soeharto untuk mundur.
Soeharto pun membentuk Kabinet Reformasi, namun ternyata 14 menteri menyatakan untuk tidak bersedia.
Soeharto yang menerima kabar itu pada 20 Mei pun merasa benar-benar terpukul dan ditinggalkan.
Rencananya, pada 21 Mei 1998 Soeharto mengumumkan kabinet itu dan melantiknya pada 22 Mei 1998.
Sekitar pukul 19.30 WIB di Jalan Cendana, Jakarta Pusat, BJ Habibie (wapres) pun menemui Soeharto untuk membahas kabinet itu.
Pembicaraan dengan pimpinan DPR/MPR yang meminta Soeharto mundur akan dilakukan pada 23 Mei 1998.
Sementara Habibie berpikir bahwa Soeharto akan mundur setelah Kabinet Reformasi terbentuk.

Habibie kemudian bertanya mengenai posisinya sebagai wakil presiden.
Soeharto pun dengan mengejutkan menjawab "Terserah nanti. Bisa hari Sabtu, hari Senin, atau sebulan kemudian, Habibie akan melanjutkan tugas sebagai presiden."
Setelah mencapai kesepakatan tentang pembentukan Kabinet Reformasi, pada pukul 22.30 WIB Soeharto memanggil Saadillah Mursjid untuk menyiapkan segala sesuatu, karena besok Soeharto ingin mundur.
Dia merasa ditinggalkan semua orang kepercayaan.
Kesepian, menjadi satu-satunya teman yang menguatkan putusan itu di tengah huru-hara yang pecah menyelimuti negeri.
Baca: Warga Mendengar Nyanyian Misterius, Jadi Geger Setelah 11 Jenazah Bayi Kemudian Hilang
Baca: Keluarganya Terkejut Wanita Cantik Ini Terjun ke Industri Film Dewasa, Lalu ISIS Mengancam Dirinya
Baca: Video: Detik-detik Keributan Dalam Pesawat Garuda Jakarta-Hong Kong, Pilot Usir Perempuan Mabuk