Selamat dari Tsunami Lampung, Wanita Hamil 6 Bulan Kisahkan Perjuangan Selamat dari Ombak 2,5 Meter

Tsunami Banten dan Lampung meninggalkan banyak kisah dan perjuangan dari korban yang selamat.

Editor: Suci Rahayu PK
Tribunnews/Jeprima
Dampak kerusakan terjangan tsunami Selat Sunda di kawasan Pantai Carita, Banten, Jawa Barat, Minggu (23/12/2018). Tsunami Selat Sunda menghantam wilayah Banten dan Lampung pada Sabtu, 22 Desember 2018. 

TRIBUNJAMBI.COM - Tsunami Banten dan Lampung meninggalkan banyak kisah dan perjuangan dari korban yang selamat.

Dari sekian banyak korban selamat gulungan gelombang Tsunami Banten dan Lampung yang baru saja terjadi, kisah perjuangan Sulis menarik untuk disimak.

Pemilik warung soto, Sulis berhasil selamat setelah tergulung gelombang Tsunami Banten dan Lampung yang terjadi pada Sabtu (22/12/2018) dan menjadi salah satu korban selamat yang memiliki kisah menarik.

Baca: Ini Identitas Letkol TNI AD yang Jadi Korban Penembakan di Jatinegara, Saksi Sebut Dengar 4 Tembakan

Baca: Penembakan di Jatinegara, Letkol TNI yang Tewas Ditembak Adalah Perwira Polisi Militer AD

Baca: 3 Jimat Titipan Soeharto Kepada Prabowo Sebelum Pimpin Operasi Saat Masih di Militer

Dalam kondisi hamil 6 bulan dan merasa hidupnya nyaris berakhir, Sulis berhasil menjadi korban selamat setelah tergulung gelombang Tsunami Banten dan Lampung.

Diketahui, gelombang tsunami setinggi 2 sampai 2,5 meter menghantam daerah pesisir pantai Banten-Lampung dan sekitarnya.

Petugas mengevakuasi korban tsunami yang melanda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Senin (24/12/2018). Menurut BPBD Lampung Selatan sampai dengan sore pukul 17.00 WIB 24 Desember 2018, jumlah korban meninggal akibat gelombang tsunami yang menerjang pesisir kabupaten Lampung Selatan sebanyak 77 jiwa.
Petugas mengevakuasi korban tsunami yang melanda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Senin (24/12/2018). Menurut BPBD Lampung Selatan sampai dengan sore pukul 17.00 WIB 24 Desember 2018, jumlah korban meninggal akibat gelombang tsunami yang menerjang pesisir kabupaten Lampung Selatan sebanyak 77 jiwa. (TRIBUN LAMPUNG/PERDIANSYAH)

Peristiwa alam ini terjadi pada Sabtu (22/12/2018) malam.

Dilansir Grid.ID dari Banjarmasin Post, bencana nahas ini diduga dipicu oleh aktivitas vulkanik anak gunung Krakatau yang berstatus waspada.

Aktivitas vulkanik yang terjadi di anak gunung Krakatau menyebabkan terjadinya longsoran didalam laut.

Longsoran ini menyebabkan naiknya permukaan air laut karena adanya tekanan besar dari dalam air.

Baca: Jika Tsunami Banten & Lampung Disebabkan Gunung Anak Krakatau, Warga Patut Waspada Karena Alasan Ini

Baca: Bukan Roket, Latihan Tempur atau Guntur, Darimana Suara Dentuman di Langit Bandung-Sumsel Berasal?

Berdasarkan data yang dikumpulkan Posko BNPB hingga Senin (24/12/2018) pukul 07.00 WIB, tercatat 281 orang meninggal dunia, 1016 luka-luka dan 57 hilang.

Salah satu korban yang selamat adalah Sulis, pemilik warung soto di Desa Way Muli Timur yang berada di pesisir pantai Lampung.

Kala peristiwa terjadi, Sulis menuturkan jika dirinya dan dua anaknya sedang bersiap-siap hendak tidur.

Tanpa peringatan apapun, gelombang bsar dengan kekuatan dahsyat menghantam rumahnya.

Hantaman gelombang tsunami membuat dirinya terpisah dengan kedua anaknya.

Pada saat kejadian, Sulis dalam kondisi tengah hamil 6 bulan.

Ilustrasi
Ilustrasi (JGI/Daniel Grill)

Tubuhnya sempat terendam air laut dan tergulung gelombang bersama dengan puing-puing bangunan lainnya.

Sulis pun mengungkap jika dirinya sempat berusaha menyelamatkan diri.

Namun apa daya, karena kondisi yang licin dan dalam keadaan panik, tubuh Sulis pun jatuh dan terendam luapan air laut.

Baca: Kisah Korban - Sedang Berbincang Soal Gunung Anak Krakatau, Pemuda Ini Digulung Ombak Saat Tsunami

Sulis yang terendam air laut pun merasa hidupnya akan segera berakhir.

Namun, Tuhan masih berkata lain terhadapa takdir hidupnya.

Saat merasa hidupnya sudah di ambang batas, Sulis merasakan sebuah tangan menarik tubuhnya ke permukaan air.

"Waktu hendak menyelamatkan diri saya sempat jatuh. Suami saya menyelamatkan anak. Saya terendam luapan air.

Saat itu, saya merasa hidup saya akan berakhir, sampai ada tetangga yang menarik tangan saya," tuturnya.

Tidak ingin kesempatan hidupnya ia sia-siakan untuk kedua kalinya, Sulis bersama suami dan anak-anaknya segera mengikuti arus warga yang menyelamatkan diri ke dataran yang lebih tinggi.

Sulis dan keluarganya menyelamatkan diri dengan berlari ke kaki gunung Rajabasa.

Baca: Pernikahan Siri Guru Mengaji dan Muridnya, Terungkap Setelah Korban Hamil Dua Bulan

Menurut penuturan Sulis, malam itu keadaan sangat mencekam.

Aliran listrik dari PLN mati sehingga ia bersama dengan warga yang lain kalang kabut menyelamatkan diri dalam kegelapan.

Sulis dan keluarga kembali ketika air telah surut dan kondisi pesisir benar-benar aman.

Namun sayang, ketika ia dan sang suami kembali ke rumah, bagian depat rumahnya sudah roboh, hancur terhantam gelombang tsunami.

Tidak hanya itu, warung soto miliknya yang berada di pesisir juga rata dengan tanah bersama dengan rumah miliki tetangganya. (Grid.ID, Tata Lugas Nastiti)

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved