Konflik Harimau Sumatera di 2018, Terkam Manusia hingga Terjebak di Kolong Ruko

Selain konflik dengan manusia, ada juga beberapa kasus harimau sumatera yang menerkam ternak warga.

Editor: hendri dede
cature
Harimau Sumatera muncul di pemukiman warga di Desa Pulau Burung, Riau. 

Kasus Harimau Terkam Manusia, Terkam Manusia hingga Terjebak di Kolong Ruko

TRIBUNJAMBI.COM - Kasus harimau sumatera seringkali ditemukan di berbagai wilayah khususnya taman nasional.

Sejak Januari hingga Desember 2018, terdapat beberapa kasus kemunculan dan konflik harimau sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) di Provinsi Riau.

Berdasarkan data dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, tercatat sembilan kasus kemunculan dan konflik harimau sumatera.

"Ada sembilan kasus yang kami tangani. Tiga yang paling menonjol yaitu harimau Bonita di Kabupaten Indragiri (Inhil), harimau mati di Kabupaten Kuantan Singingi, dan harimau Atan Bintang terjebak di kolong ruko pasar di Kabupaten Inhil," kata Humas BBKSDA Riau Dian Indriati pada Kompas.com, Selasa (25/12/2018).

Baca: VIDEO: Bani Seventeen Dimakamkan di Yogya, Turut Melayat Eross Sheila On 7

Baca: Aura Kasih Pendamping Dylan Sahara Saat Menikah, Kini Setelah Meninggal Momen Ini Terbayang Lagi

Baca: Rayakan Natal, Gempi Jadi Alasan Gisel Akan Rayakan Natalan Bersama Keluarga Gading Marten

Selain konflik dengan manusia, ada juga beberapa kasus harimau sumatera yang menerkam ternak warga disejumlah wilayah.

Lainnya, kemunculan harimau di perkebunan maupun di permukiman warga yang ditemukan jejaknya.

"Pada 4 Juli lalu ditemukan jejak harimau sumatera di kebun karet warga Desa Koto Tuo, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar. Namun setelah dilakukan pencarian, tim tidak menemukannya. Beberapa kasus kemunculan harimau sumatera juga ada di Inhil dan Kuasing," kata Dian.

Dia menambahkan, beberapa waktu lalu kamera trap merekam induk harimau sumatera bersama sejumlah anaknya.

"Ada beberapa harimau yang melahirkan anak yang terekam kamera trap kami," kata Dian.

Berikut 3 konflik harimau sumatera di tahun 2018 yang dirangkum Kompas.com:

1. Harimau Sumatera 'Bonita' terkam manusia

3 Januari 2018

Seorang warga bernama Jumiati (34) tewas diterkam harimau sumatera di Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil).

Korban diterkam saat pulang dari bekerja bersama dua orang temannya di perkebunan kelapa sawit PT THIP.

Setelah diterkam hingga tewas, jasad Jumiati ditemukan mengenaskan di kebun sawit. Namun harimau tidak memakan korban.

Sejak kejadian itu, petugas BBKSDA Riau, TNI dan kepolisian diterjunkan ke lokasi untuk melakukan penangkapan atau evakuasi.

Dalam upaya penangkapan, harimau sering muncul di perkebunan kelapa sawit perusahaan. Harimau pun diberi nama Bonita.

10 Maret 2018

Harimau sumatera menerkam Yusri Effendi (34) di Dusun Sinar Danau, Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Inhil.

Korban diterkam usai membuat bangunan sarang burung walet di Dusun Sinar Danau. Saat itu kondisi korban ditemukan di atas rumput di danau dalam kondisi mengenaskan. Jasad korban juga tidak dimakan.

Korban kedua ini juga disebut akibat serangan harimau yang sama, yakni Bonita. Tewasnya dua orang warga ini menghebohkan jagat raya.

Baca: Bupati Al Haris Belum Terima Laporan Soal PETI, Ini yang akan Dilakukannya ke Kades dan Camat

Baca: 15 Tahanan di Lapas Klas IIA Jambi, Mendapat Remisi Natal

Baca: 7 Artis Ini Pernah Disantet, Mulai Keluar Keris dari Perut, Sampai Kisah 3 Paranormal Tak Mempan

Baca: Pantau Perayaan Natal di Kota Jambi, Wakapolda Minta Doa untuk Korban Tsunami Banten dan Lampung

Oleh sebab itu, petugas gabungan terus bekerja melakukan pencarian terhadap Bonita untuk dievakuasi.

Pada 20 April 2018, Bonita berhasil ditangkap setelah dilakukan dua kali penembakan obat bius.

Kemudian, Bonita dibawa ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD) Sumatera Barat untuk di observasi.

2. Harimau Sumatera mati

25 September 2018

Seekor harimau sumatera betina ditemukan mati tergantung di pinggir jurang di hutan perbatasan Desa Muara Lembu dengan Desa, Kecamatan Singingi, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau.

Kematian harimau ini akibat jerat yang dipasang oleh oknum yang tidak bertanggung. Sebab harimau ditemukan tergantung dengan tali jerat melilit di pinggangnya.

Setelah ditelusuri tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, ditemukan beberapa jerat di sekitar lokasi.

Bangkai harimau akhirnya dibawa ke BBKSDA Riau untuk dilakukan neokropsi. Dari hari neokropsi, harimau ini ternyata bunting yang mengandung dua anak.

Namun, kedua anak itu juga ikut mati akibat tali jerat yang melilit di antara perut dan pinggangnya.

Dalam kasus ini, satu orang pelaku pemasang jerat ditangkap petugas BBKSDA Riau berinisial E dan sudah ditetapkan sebagai tersangka.

3. Harimau Sumatera terjebak di kolong ruko

Baca: 15 Tahanan di Lapas Klas IIA Jambi, Mendapat Remisi Natal

Baca: Sinopsis Film Pengabdi Setan dan Danur 2, Tayang Perdana di Televisi, Simak dan Catat Tanggalnya

Baca: Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo Open House Rayakan Natal 2018, Nikmati Hidangan Khas Solo

14 September 2018

Warga dihebohkan dengan kemunculan harimau sumatera di kawasan Pasar Desa Pulau Burung, Kecamatan Pulau Burung, Inhil.

Harimau jantan yang berusia tiga tahun dinamai Atan Bintang berulang kali keluar masuk dari hutan ke pasar tersebut, hingga akhirnya terjebak di kolong ruko pasar.

Proses evakuasi cukup sulit. Petugas BBKSDA Riau bersama kepolisian dan TNI berupaya mengevakuasi harimau dari kolong yang sempit itu. Namun, pada 16 September 2018, Atan Bintang berhasil dievakuasi setelah ditembak bius.

Selanjutnya, Atan Bintang dibawa ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD) Sumatera Barat untuk dilakukan observasi.
Kepala BBKSDA Riau Suharyono mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan harimau masuk ke permukiman masyarakat.

"Barang kali sudah saya sampaikan berkali-kali, fregmentasi habitat ya, pertama. Kemudian perubahan fungsi kawasan hutan tempat ruang hidup dia berubah menjadi tanaman yang membuat dia tidak nyaman," ujar Suharyono dalam wawancara dengan Kompas.com, Sabtu (17/11/2018) lalu.

Kedua, kata dia, proses fregmentasi tadi juga berakibat pada ketersediaan pakan harimau sumatera.

"Perburuan yang semakin banyak di Provinsi Riau membuat pakannya berkurang. Sehingga dia keluar dari habitatnya mencari makan. Ketemu anjing, dia makan anjing, ketemu ayam, ya makan ayam, begitu," ujar Suharyono.

Menurut dia, kalau tersedia pakan yang cukup di habitatnya, tidak ada binatang yang rakus sebenarnya, karena binatang akan makan sesuai dengan kebutuhannya.

"Harimau tidak akan menumpuk makanan dan makan secukupnya," kata Suharyono.

Sebagaimana diketahui, harimau sumatera adalah satwa yang dilindungi UU nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Namun, satwa ini terancam punah akibat perburuan liar dan juga perubahan fungsi hutan.(*)

Baca: Memberikan Rasa Aman Pada Perayaan Natal, Kapolda Jambi Irjen Pol Muchlis Langsung Cek Rumah Ibadah

Baca: Ini Pembagian Empat Zona Kampanye, Tak Musti Dihadiri Calon Presiden

Baca: LIVE STREAMING! Pemakaman Dylan Sahara Istri Ifan Seventeen di Ponorogo, Suasana Rumah Duka

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved