Mengapa Natal Dirayakan Tanggal 25 Desember? Begini Kisah Awal Mula Perayaan Kelahiran Yesus

Sejarah di balik bagaimana Natal mulai dirayakan pada akhir Desember mungkin tidak ada hubungannya dengan tanggal kelahiran Yesus yang sebenarnya.

Editor: Leonardus Yoga Wijanarko
Tribun Bali/Rizal Fanany
Pohon Natal berbahan pipet terlihat di depan GPIB Maranatha, Jalan Surapati, Denpasar, Sabtu (15/12/2018). Menjelang perayaan Natal sejumlah gereja mendesain pohon natal dengan berbagai keunikan. 

Mengapa Natal Dirayakan Tanggal 25 Desember? Begini Kisah Awal Mula Perayaan 

TRIBUNJAMBI.COM - Sejarah di balik bagaimana Natal mulai dirayakan pada akhir Desember mungkin tidak ada hubungannya dengan tanggal kelahiran Yesus yang sebenarnya.

Setiap menyambut Natal, pusat perbelanjaan berhiaskan dekorasi Natal, serba semarak dan meriah.

Begitu juga di rumah-rumah penganut Khatolik dan Kristen menyambut 25 Desember penuh sukacita.

Mungkin Anda akan sulit membayangkan jika Natal tidak dirayakan pada 25 Desember, melainkan tanggal lainnya.

Namun, perayaan Natal baru dilakukan sekitar tiga abad setelah kelahiran Yesus. Sembilan abad kemudian, penganut Kristen mulai memeringati sebagai hari libur pada tanggal 25 Desember sebagai Hari Natal.

Mengapa begitu? Pertama-tama, Alkitab tidak menyebutkan tanggal lahir khusus untuk Yesus.

Baca: Jadwal Misa Natal di Jambi Tahun 2018, Seluruh Gereja Katolik di Provinsi Jambi, Catat Waktunya

Baca: Terungkap 4 Penyebab Tsunami di Selat Sunda Menurut Vulkanolog ITB yang menelan Korban 222 Orang

Baca: Lowongan Kerja BUMN PT PLN, untuk D3 hingga S-1, Ini Syarat dan Link

Menurut History.com, beberapa ahli Alkitab mencatat bahwa ayat-ayat yang menyebutkan bahwa Yesus diperkirakan dilahirkan pada musim semi, bukan musim dingin.

Tetapi, penyebutan tanggal 25 Desember mungkin berasal dari sejarawan Khatolik Roma, Sextus Julius Africanus.

Pada tahun 221 Masehi, Sextus Julius Africanus mencatat konsepsi tanggal 25 Maret, sembilan bulan sebelum tanggal 25 Desember.

Selain itu, para pemimpin Kristen awal menganggap perayaan ulang tahun sebagai ritual pagan (agama-agama sebelum Kristen).

Perayaan Epiphany yang memeringati tiga Orang Bijaksana yang mengunjungi Yesus saat Paskah--Hari Kebangkitan Yesus.

Paskah dianggap sebagai hari raya keagamaan yang lebih penting oleh penganut Kristen awal.

Tetapi itu tidak berarti bahwa pemimpin Kristen awal tidak mau mengambil bagian orang-orang Pagan.

“Pada abad ketiga, Kekaisaran Romawi, yang pada waktu itu belum mengadopsi agama Kristen, merayakan kelahiran kembali Matahari Tak Terkalahkan (Sol Invictus) pada tanggal 25 Desember," menurut Britannica.com.

Baca: Jadwal Liga Inggris Pekan ke-18, Laga Akhir Tahun Liverpool, MU, Manchester City, Chelsea

Baca: Gembala Menyapa, Pesan Damai Natal 2018 dari Jambi

Baca: Kejadian Alam yang Mendahului, Sebelum Tsunami Selat Sunda Menewaskan Ratusan Orang

"Liburan ini tidak hanya menandai kembalinya hari-hari yang lebih panjang setelah titik balik matahari musim dingin, tetapi juga mengikuti festival populer Romawi yang disebut Saturnalia (di mana orang-orang berpesta dan bertukar hadiah)."

Britannica.com juga menyebutkan bahwa pada tanggal 25 Desember merupakan hari kelahiran dewa Indo-Eropa Mithra, dewa cahaya dan kesetiaan yang kultusnya pada saat itu semakin populer di kalangan tentara Romawi.

Para pemimpin gereja mula-mula mungkin ingin memberikan alternatif bagi perayaan-perayaan Pagan.

Pada 336 Masehi, gereja di Roma secara resmi mulai merayakan kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember.

Pada saat itu, Kaisar Konstantinus telah menjadikan agama Kristen sebagai agama resmi kekaisaran Romawi.

Namun, liburan itu tidak diterima secara luas oleh orang Kristen mula-mula. Kemudian, pada abad kesembilan, Natal menjadi hari libur utama.

Yesus orang Nazaret menjadi panutan dalam iman bagi umat Kristiani. Keteladanan Yesus membuat banyak orang merasa mengenal Yesus secara pribadi. Namun, sejumlah ilmuwan mengungkapkan, ada beberapa hal yang banyak orang tidak tahu tentang Yesus, karena hal tersebut tidak secara langsung dinyatakan di dalam Kitab Suci.

Ilmuwan itu antara lain John F Walvoord yang menjadi editor Bible Knowledge Commentary dan Gordon J Wenham, pakar Perjanjian Lama dan dan ikut menulis Holman Illustrated Bible Dictionary.

Baca: PREDIKSI Bencana yang akan Melanda Indonesia Tahun 2019, Ini yang Terdahsyat

Baca: Daftar Artis yang Jadi Korban Tsunami Selat Sunda, 222 Orang Tewas di Banten dan Lampung

Baca: Kumpulan Ucapan Selamat Natal dan Tahun Baru Dalam Bahasa Inggris dan Indonesia

 

7 Fata Yesus yang Jarang Diketahui

 
1. Yesus mungkin lahir jauh sebelum Natal

Kalender kita saat ini punya hitungan berbeda. Kalender kita seharusnya di hitung dari hari kelahiran Yesus, ini bisa di lihat dari terminologi di bahasa Latin, A.D (anno domini, yang berarti di tahun Tuhan).

Berdasar sejarah Roma, Raja Herodes meninggal sekitar tahun 4 SM. Yesus lahir ketika Raja Herodes masih hidup. Kenyataannya, Herodes memerintahkan sensus mendadak untuk membunuh seluruh anak dan bayi laki-laki di Bethlehem, dengan tujuan menangkap Sang Mesias, Yesus.

Untuk tanggal pastinya memang masih ada perdebatan, tetapi dari Injil Lukas 2 ayat 2, sensus Herodes tersebut terjadi pada abad 6 SM. Oleh karena itu, Yesus diperkirakan lahir pada tahun 4-6 SM.

Baca: TERUNGKAP Penyebab Tsunami Selat Sunda Tak Didahului Gempa, Analisis Jess Phoenix

Baca: 15 Tempat Wisata Kota Jambi - Wisata Alam, Sejarah, Batik hingga Memancing di Danau Sipin

2. Yesus melindungi orang Yahudi saat eksodus

Trinitas selalu bekerja bersamaan dan menjadi satu kesatuan. Dan di saat orang Yahudi lari dari kejaran prajurit Farisi, di dalam Injil di jelaskan secara detail, Yesus membantu mereka melalui masa-masa tersebut.

Dalam Injil Paulus, 1 Korintus 10: ayat 3-4 tertulis "Mereka semua makan dari roh yang sama dan minum dari roh yang sama; Mereka minum dari roh batu yang menemani mereka, dan batu itu adalah Kristus,".

Ini bukanlah pertama kali Yesus disebut dalam Perjanjian Lama dan ada di dalam Injil, meski dalam bentuk rupa Allah.

3. Yesus bukan hanya sebagai tukang Kayu, tetapi juga ahli bangunan

Injil Markus 6:3 menulis Yesus sebagai tukang kayu, tetapi yang dimaksud artinya lebih luas. Lebih dari sekedar tukang kayu, tetapi seseorang yang mempunyai keahlian konstruksi.

Orang Yunani, pada tahun 700 SM, menyebut tukang kayu sebagai "tekton" yang tidak hanya memahami perkayuan, tetapi juga memahami tentang material bangunan.

Sejumlah ahli Injil menyebut bahwa pada masa Yesus, kayu sangat langka. Hampir seluruh rumah pada saat itu terbuat dari batu. Yesus belajar membuat rumah dan sinagoga di seluruh Galilea dari sang ayah, Yusuf.

Foto yang diduga Yesus Kristus pada kain kafan turin itu supranatural. (ist)

Baca: Ramalan Zodiak Senin 24 Desember 2018 - Taurus Lajang Akan Bertemu Seseorang, Cancer Waspada Alergi

Baca: Tren Digital yang Bakal Barak di Tahun 2019 - Mulai Al hingga Cloud

4. Yesus menguasai lebih dari tiga bahasa

Kita mengetahui bahwa bahasa ibu Yesus adalah Aram, bahasa bangsa Israel. Yesus juga bisa menguasai bahasa Ibrani untuk berkhotbah di sinagoga. Saat itu, sejumlah sinagoga menggunakan kitab suci Septuaginta, kitab suci Ibrani yang diterjemahkan ke bahasa Yunani.

Saat Yesus berbicara dengan orang orang di luar Galilea, diperkirakan Yesus menggunakan bahasa Yunani. Bahasa Yunani yang paling umum di gunakan oleh orang-orang daerah Timur Tengah untuk pada masa itu.

Nah, di saat Yesus berbicara dengan orang Romawi, kemungkinan Yesus menggunakan bahasa Latin, seperti tertulis di Injil Matius 8 ayat 13.

Daebak! Drama Korea Terius Behind Me Puncaki Rating Pemirsa untuk Drama Rabu-Kamis

2 Pemeran Goblin ini Bakalan Reuni di Drama Korea terbaru tvN Touch Your Heart

Tayang Rabu-Kamis, Drama Korea Terius Behind Me & Heart Surgeons Bersaing Rebut Rating Tertinggi

5. Yesus tidak berparas rupawan

Belum ada deskripsi fisik Yesus secara gamblang di Injil, tetapi Yesaya bernubuat dan menjadi petunjuk penting sosok Yesus. "Dia tidak tampan atau cantik yang dapat menarik perhatian kita, tidak ada yang spesial dari diri-Nya yang bisa membuat kita terbuai," (Kitab Yesaya 53: 2b NIV).

Setelah Kerajaan Roma menghabisi pengikut Yesus, pada abad 350 masehi kaum Kristen awal menggambarkan Yesus untuk pertama kalinya. Yesus digambarkan memiliki rambut panjang.

Gaya rambut panjang sangat sedang tren pada masa Abad Pertengahan, namun Rasul Paulus justru menulis di 1 Korintus 11:14 bahwa rambut panjang adalah "haram". Namun demikian, Yesus pernah berucap bahwa Dia hadir untuk apa yang Dia katakan dan lakukan, bukan bagaimana tampaknya Dia.

Baca: Tiba-tiba Muncul Memar Tanpa Sebab? Waspada 6 Penyakit Ini Ya!

6. Yesus sosok yang mengagumkan

Berdasar uraian di dalam Injil, ada dua peristiwa yang menuliskan Yesus membuat orang-orang terkagum kagum.

Yesus membuat orang Nazareth "terpana" di saat orang orang kehilangan keimanan terhadap dirinya, Yesus tidak menunjukan mujizat (Injil Markus 6: 5-6). Tidak hanya orang Nazaret, tetapi juga orang Romawi juga terkagum-kagum, seperti tertulis di Injil Lukas 7 ayat 9.

7. Yesus bukan vegatarian

Dalam Perjanjian Lama, Allah memberikan petunjuk hewan apa saja yang bisa digunakan untuk berkurban dalam berdoa. Tentunya, hal ini bertentangan dengan paham para vegetarian di jaman modern tentang daging atau hewan.

Tuhan tidak memberikan larangan bagi para pengikutnyanya meski sempat memberikan petunjuk agar tidak mengkonsumsi makanan tidak sehat seperti, kelinci, babi, ikan tak bersirip, serangga atau kadal.

Yesus sebagi penganut Yahudi yang taat akan merayakan Hari Paskah Orang Yahudi dan menikmati daging domba. Injil juga menyebutkan bahwa Yesus makan ikan, dan ini membuat aturan diet bagi kaum Nasrani dihapus.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved