Profil dan Sejarah Sat 81 Kopassus Terbentuknya Pasukan Siluman yang Diturunkan Memburu KKB Papua

Dalam penugasan, Sat-81 bergerak dalam unit kecil yang disebut Seksi berkekuatan 10 orang atau Unit 4-5 orang

Penulis: Andreas Eko Prasetyo | Editor: bandot
Sat-81 Kopassus 

TRIBUNJAMBI.COM - Satuan 81 Anti Teror (Sat 81) Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dikabarkan diturunkan ke Papua untuk memburu Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). 

Diturunkannya pasukan elite tersebut, pasca pembunuhan sejumlah pekerja PT Istaka Karya yang membangun jalan di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, pada Minggu (2/12/2018).

Sebelumnya tim gabungan TNI dan Polri diterjunkan ke Papua untuk memburu kelompok bersenjata (KKB) yang menyerang pekerja BUMN PT Istaka Karya yang mengerjakan proyek jalan Trans Papua di Kabupaten Nduga, Papua.

Sejumlah orang berhasil diselamatkan dari Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, oleh tim gabungan TNI-Polri.

Terbaru Satuan 81 (Sat 81) Kopassus diterjunkan atas perintah Presiden untuk memburu KKB di bawah pimpinan Egianus Kogoya. 

Sat 81 merupakan satuan elite prajurit pilihan Kopassus yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata.

Bahkan Sat 81 disebut sebagai pasukan siluman. 

Baca: Satuan Elite Kopassus Diturunkan Mengejar KKB di Papua, Bocoran Perintah Langsung Dari Presiden

Baca: Daftar Danjen Kopassus sejak 1952-Sekarang, Ungkap Misi Rahasia dengan CIA

Baca: 20 Tahun Kemudian, Siswa yang Nonton Aksi Kolonel Makan Telur Sanca Itu Jadi Danjen Kopassus

Komando Pasukan Khusus (Kopassus) menjadi satu diantara pasukan yang disegani.

Kemampuan dan keterampilan bertempur satu diantara tentara elite TNI AD ini bikin musuh bergidik mendengarnya.

Namun tahukah Anda pasukan khusus ini ternyata mempunyai unit yang lebih khusus yang diisi para prajurit terbaik Kopassus.

Misi yang dijalankan juga tak main-main, penuh risiko dan bertaruh nyawa.

Sebagai pasukan khusus TNI AD yang sangat terlatih, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) memang penuh rahasia.

Baik dari segi latihan dan operasi tempurnya, sepak terjang Kopassus memang sangat dirahasiakan.

Sebagai gambaran, seorang wanita yang bersuamikan seorang prajurit Kopassus sudah sangat biasa ditinggal pergi suaminya tanpa memberitahukan jenis apa tugasnya dan juga lokasinya.

Prajurit TNI dari Sat 81 Kopassus
Prajurit TNI dari Sat 81 Kopassus ()

Kadang para prajurit Kopassus sendiri baru diberi tahu jenis dan lokasi misi tempurnya saat berada di pesawat terbang atau kapal laut yang mengangkutnya.

Tapi Kopassus masih memiliki pasukan antiteror yang dikenal sebagai Satuan Penanggulan Teror (Gultor) 81 yang baik misi tempur maupun misinya, bahkan para personelnya juga sangat dirahasiakan.

Hanya saja untuk ukuran Indonesia, Sat-81 meski sangat rahasia dan berada di bawah Kopassus TNI AD telah menjadi kiblat pasukan khusus lokal.

Mulai soal latihan, kemampuan, perlengkapan hingga persejataan, dan teknik operasi-operasi senyapnya.

Dari sejarahnya keputusan mendirikan Gultor tidak terlepas dari peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 GA 206 Woyla di Bandara Don Muang, Bangkok, 31 Maret 1981.

Soal pembebasan Woyla ini, sejumlah literatur menyebutkan bahwa kesuksesan operasi melibatkan four-man squad Delta Force, AS.

Baca: Ramalan Zodiak Selasa 11 Desember 2018 - Beberapa Zodiak Beruntung Bisnis dan Karier, Manfaatkan Ya!

Baca: Harbolnas 12.12, Khusus Hari Ini (11/11) Edisi Khusus Produk Lokal, Mulai UMKM hingga Fashion

Baca: Ramalan 10 Shio Tahun 2019, Ini Arti di Balik Tahun Shio Babi Tanah

Namun seberapa jauh peran Delta atau apakah memang ada pembagian tugas antara Delta dan tim Kopassus, masih perlu penjelasan dari otoritas terkait.

Dalam buku Benny Moerdani: Profil Prajurit Negarawan (1993), disebutkan bahwa Benny memang mengajukan pinjaman flak jacket kepada CIA.

 

Simulasi pasukan gultor TNI saat laksanakan operasi pembebasan sandera
Simulasi pasukan gultor TNI saat laksanakan operasi pembebasan sandera

Hanya saja urung dipakainya karena para personel Kopassus ternyata sudah ada di pesawat. Di buku yang sama dijelaskan bahwa semua bentuk pinjaman ditolak oleh Benny.

L.B. Moerdani saat itu menjadi sutradara operasi. Sedangkan komandan lapangan diserahkan kepada Letkol Inf Sintong Panjaitan.

Operasi pembebasan sandera yang diwarnai baku tembak itu sendiri berhasil dengan gemilang.

Unit Operasi Woyla inilah yang dijadikan cikal bakal Detasemen 81 (Den-81) yang dibentuk 30 Juni 1982.

Hanya saja kalau melihat kondisi waktu itu, bisa dibayangkan repotnya menyiapkan satuan dadakan ini.

Pasalnya saat bersamaan tengah berlangsung Latihan Gabungan ABRI di Timor Timur dan Halmahera, Maluku.

Disamping operasi militer yang tengah digelar di Timor Timur sejak 1975.

Seluruh petinggi ABRI, kecuali Wakil Panglima ABRI/Pangkokamtib Laksamana Sudomo, berkumpul di Ambon.

Dengan demikian berarti hampir semua kekuatan TNI (Kopassandha) tidak berada di Jakarta.

Laporan soal pembajakan ini diterima Benny dari Sudomo yang mengirimkan telegram.

 

Gultor TNI laksanakan operasi antiteror dari udara dengan cara rapelling
Gultor TNI laksanakan operasi antiteror dari udara dengan cara rapelling (Puspen TNI)

Sintong yang karena lagi sakit tidak ikut ke Ambon tengah berada di Markas RPKAD ketika telepon mengabarkan berita pembajakan itu.

Sore itu juga, Sintong mengumpulkan 70-an prajurit Kopassandha yang masih ada di markas.

Setelah diseleksi, akhirnya terpilih 35 personel.

Keputusan membentuk Den-81 memang datang dari Kepala Badan Intelijen Strategis ABRI saat itu Letjen TNI L.B.Moerdani.

Ia memerintahkan dibentuknya kesatuan baru setingkat detasemen di lingkungan Kopassandha.

Terpilih sebagai komandan pertama Mayor Inf. Luhut Panjaitan dan wakil Kapten Inf. Prabowo Subianto.

Sebagai persiapan, kedua perwira jempolan ini sebelumnya telah dikirim ke Jerman Barat untuk menyerap ilmu antiteror di GSG-9 (Grenzschutzgruppe-9).

Satuan ini sebenarnya adalah satuan elit para militer kepolisian Jerman Barat yang dibentuk sebagai buntut malapetaka ‘Black September’ Olimpiade Munich, September 1972.

Diakui sejumlah perwira Sat-81, hingga saat ini GSG-9 dijadikan barometer dalam penyempurnaan organisasi beserta segala kelengkapannya.

Reputasi yang tinggi dalam misi-misi antiteroris, memang menjadi GSG-9 model di banyak negara.

Kesuksesannya memberangus tiga dan empat pembajak airline Lufthansa di Bandara Mogadishu, merupakan prestasi spekatkuler yang makin melambungkan nama GSG-9.

Baca: Tips Rahasia Rozita, Usia 45 Tahun Tapi Tampil dengan Body Goals Gadis 20 Tahun

Baca: Mengungkap Sosok Artis Muda FYN, Teman Kencan Tubagus Chaeri Wardana di Hotel, Kerap Main di FTV

Sebenarnya pada tahun 1979 Benny (waktu itu Benny menjabat Kepala Pusat Intelstrat) sudah pernah menyampaikan kerisauannya kepada Sintong soal makin meningkatnya ancaman teror.

Sementara saat itu ABRI belum punya pengalaman memadai menghadapi musuh berwujud terorisme.

Hasil dari pertemuan itu, Benny meminta Sintong mempersiapkan pembentukan sebuah pasukan antiteror.

Benny pun lalu memberi kesempatan kepada Sintong melakukan studi banding ke luar negeri, Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat adalah tiga negara yang dikunjungi Sintong.

Sat 81 Gultor
Sat 81 Gultor (MiliterMeter.com)

Dalam perkembangan lanjutannya, Den-81 sempat mengalami penyesuaian.

Pada era 1995-2001, Den-81 dimekarkan menjadi Grup 5 Anti-Teror.

Barulah pada tahun 2001, satuan ini mengalami reorganisasi menjadi Satuan 81 Penanggulangan Teror alias Sat-81 Gultor.

Secara organisatoris, Gultor langsung dibawah komando Komandan Jenderal Kopassus.

Jabatan komandan Sat-81 (atau Grup) diisi perwira berpangkat kolonel.

Proses rekrutmen Gultor dimulai sejak seorang prajurit selesai mengikuti pendidikan para dan komando di Batujajar. Dari sini, mereka akan ditempatkan di satuan tempur Grup I dan Grup 2.

Baik untuk orientasi atau guna mendapatkan pengalaman operasi.

Sekembalinya ke markas, prajurit tadi ditingkatkan kemampuannya untuk melihat kemungkinan promosi penugasan ke satuan antiteror.

Untuk antiteror, pendidikan dilakukan di Satuan Latihan Sekolah Pertempuran Khusus, Batujajar.

Kualifikasi tambahan diberikan berupa free fall, sniper, pendaki serbu, pertempuran jarak dekat, perang kota, gerilyawan lawan gerilyawan, selain militer dan antiteror.

Total pendidikan sekitar enam bulan.

Dalam penugasan, Sat-81 bergerak dalam unit kecil yang disebut Seksi berkekuatan 10 orang atau Unit 4-5 orang.

Untuk penyamaran, Sat-81 tidak mengenakan tanda kepangkatan di lapangan.

Dengan informasi yang serba terbatas, diperkirakan Sat-81 saat ini berkekuatan 1000-an personel.

Masa penugasan juga ketat, maksimal berusia 22-23 tahun.

Satgultor dilatih untuk bergerak dalam unit kecil, dengan durasi sangat cepat, bukan lagi dalam hitungan jam, tapi menit.

Tapi jika yang dihadapi pasukan gerilya, bukan Satgultor yang dikirimkan.

Namun satuan lainnya seperti Grup 1 dan Grup 2 (kualifikasi para komando), atau Grup 3 (Sandi Yudha, operasi senyap).

Namun dalam perkembangan terkini Sat-81 tidak menggunakan nama 'Gultor' lagi melainkan Sat-81 Kopassus.

KKB Papua Tuding TNI Menghujani Mereka Dengan Bom

Kelompok Kriminal Bersenjata ( KKB) membunuh pekerja PT Istaka Karya yang membangun jalan di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua pada Minggu (2/12/2018).

Tim gabungan TNI dan Polri pun diterjunkan ke Papua untuk mengevakuasi korban dan memburu kelompok bersenjata (KKB) yang menyerang pekerja proyek jalan Trans Papua di Kabupaten Nduga, Papua.

Pihak KKB Papua lewat akun facebook Tentara Pembebasan Nasional PapuaBarat (TPNPB) menuding aparat TNI telah melakukan serangan udara dengan menghujani bom di wilayah mereka.

Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf Muhamad Aidi menjelaskan dari data yang diperoleh, ketika kejadian pembunuhan yang dilakukan kelompok KKB tersebut, terdapat 28 pegawai.

Para pelaku pembunuhan terhadap 19 pekerja proyek jembatan di Nduga, Papua, bersembunyi di hutan-hutan, dan masih terus dikejar dan dilacak, kata juru bicara Kodam Cendrawasih, Kolonel Muhammad Aidi.

Baca: Bukan Pasukan Sembarangan! Sat Gultor 81, Elitnya Kopassus yang Diterjunkan Untuk Buru KKB di Papua

Baca: Mengungkap Sumber Senjata KKB di Papua, Ternyata dari Sini Didapatkannya! Berikut Jenis-jenisnya

Baca: Berani Menantang Perang! Ini Perbandingan Kekuatan KKB dengan TNI dari Segi Senjata dan Anggotanya

Sebelumnya, dalam postingan akun Facebook, TPNPB menyatakan siap perang dengan militer Indonesia namun senjatanya harus sama dengan mereka, pakai senapan.

Tanpa gunakan bom dan helikopter.

Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua (Tribun Jateng)

"Berapa pun militer Indonesia kirim kesini, kami siap lawan hanya senjata lawan senjata kamai punya medan perang disini," ungkap Egianus Kogeya dalam unggahan tanggal 7 Desember 2018.

Kini, ketika tim gabungan TNI dan Polri melakukan evakuasi dan pencarian terhadap korban serangan KKB di Nduga, TPNPB kembali mengeluarkan sebuah pernyataan.

Kini mereka mengaku telah dihujani bom udara oleh TNI.

Hal ini seperti dikutip GridHot.ID dari unggahan akun Facebook TPNPB pada 9 Desember 2018.

"Tentara dan Polisi Indonesia Bohong bahwa tidak melakukan serangan bom udara di Nduga

TPNPBnews: Serangan BOM udara dan tembakan senjata mesin di darat Distrik Yigi dan Mugi, benar-benar terjadi tanggal 5 Desember sampai dengan tanggal 8 Desember 2018.

TNI Polri menyembunyikan fakta.

Justru umumkan di Publik melalui Kapendam Cenderawasih dan Kabid Humas Polda Papua Bohong.

Penipuan terhadap public bahwa tidak melakukan serangan bom udara.

Dari serangan Bom udara dan tembakan senjata mesin dari helicopter di dua Distrik mengorbankan 6 warga sipil pribumi.

Dua diantaranya tewas.

Operasi militer sebagaimana dikatakan Panglima TNI dan Kapolri sedang dilaksanakan di Distrik Yigi dan Mugi Kabupaten Nduga Papua.

Kemarin 8 Desember 2018. Pendoropan pasukan gabungan memasuki dua Distrik Yigi dan Mugi.

Sementara pendoropan pasukan gabungan militer Indonesia kekuatan yang sama kirim ke kabupaten Lanijaya hari ini Minggu 9 Desember 2018," tulis akun TPNPB dalam unggahan tanggal 9 Desember 2018.

Kodam XVII/Cendrawasih akhirnya angkat bicara mengenai adanya tudingan tentang serangan yang dilakukan TNI terhadap Kelompok Kriminal Seperatis Bersenjata (KKSB) di Kabupaten Nduga, Papua.

Dengan menggunakan helikopter tempur dan pengeboman melalui udara.

Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih, Kolonel Inf. Mohammad Aidi mengungkapkan, menanggapi pemberitaan bahwa dalam proses evakuasi,

Pasukan TNI melakukan serangan udara dan serangan bom dan mengakibatkan sejumlah warga sipil tewas menjadi korban, itu sama sekali tak benar.

Baca: Pemain Asia Tenggara ini Dibanderol Rp 88 Miliar Oleh Klub Asal Jepang Sonsadole Sapporo, Siapa Dia?

Baca: Ramalan Zodiak Hari Ini Selasa 11 Desember 2018, Libra Jaga Sikap di Kantor, Perubahan Karir Virgo

Baca: 5 Tips Ketika Bangun Pagi Lebih Bersemangat dan Mood Tinggi, Alarm dan Minum Air bukan Kopi

Baca: Jadi Presiden Paling Miskin di Dunia, 90 Persen Gaji untuk Donasi Kegiatan Amal, Sisanya untuk Hidup

“Kami perlu tegaskan di sini bahwa TNI tidak pernah menggunakan serangan bom, TNI hanya menggunakan senjata standar pasukan infantri yaitu senapan perorangan yang dibawa oleh masing-masing prajurit.

Media dan warga juga bisa melihat bahwa alutsista yang digunakan TNI hanya helly angkut jenis bell dan MI-17.

Tidak ada helly serang apalagi pesawat tempur atau pesawat pengebom,” ungkapnya, pada Minggu (9/12/2018) seperti dikutip dari Kompas.com.

Selain itu juga, lanjut Aidi, TNI hingga saat ini belum pernah melakukan serangan.

Personel TNI yang ditugaskan di Kabupaten Nduga, Papua.
Personel TNI yang ditugaskan di Kabupaten Nduga, Papua. (Tribun Jogja)

Sebaliknya, pada saat TNI dan Polri melaksanakan upaya evakuasi justruKKSB yang menyerang tim evakuasi sehingga terjadi kontak tembak dan mengakibatkan satu orang anggota Brimob menderita luka tembak.

“Perlu juga kami gambarkan bahwa lokasi pembantaian di bukit puncak Kabo adalah kawasan hutan yang terletak sekitar 4-5 km dari pinggir kampung terdekat.

Jadi bila ternyata ada laporan telah jatuh korban akibat kontak tembak tersebut maka dapat dianalisa bahwa korbannya bukan warga sipil murni tapi mungkin saja mereka adalah bagian pelaku yang telah melaksanakan pembantaian,” ucap Aidi.

Baca: 5 Sumber Polusi dan Penyakit di Rumah yang Jarang Diketahui, Nomor 4 Berbahaya, Lakukan Hal Ini

Baca: Unggahannya Malah Bikin Netizen Salah Fokus, Gibran Rakabuming: Tetangga Sebelah

“Mereka mengklaim bahwa mereka telah menentukan zona tempur di kawasan Habema sampai dengan Mbua.

Walaupun itu hanya klaim sepihak karena tidak pernah ada perjanjian antara TNI dan KKSB tentang zona tempur tersebut,” kata dia lagi.

Aidi menegaskan, pernyataan tentang jatuhnya korban sipil, serangan bom dan istilah zona tempur hanyalah upaya propaganda pihak KKSB untuk berusaha menggiring opini publik.

Dia tak habis pikir dengan upaya propaganda itu setelah KKSB membunuh para pekerja secara sadis.

"Ini adalah sikap pengecut dan tidak punya harga diri, sangat hina di mata Tuhan dan di mata kita semua yang hanya berani kepada warga sipil yang tidak berdaya.

Saat TNI bertindak mereka langsung koar-koar melolong bagaikan anjing kejepit minta perhatian kepada publik seolah-olah mereka para KKSB yang teraniaya,” tukas Aidi.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved