Menanti Operasi Militer Besar-besaran yang Diinginkan Wapres Jusuf Kalla Untuk Basmi KKB di Papua
Menanti Operasi Militer Besar-besaran yang Diinginkan Wapres Jusuf Kalla Untuk Basmi KKB di Papua
Menanti Operasi Militer Besar-besaran yang Diinginkan Wapres Jusuf Kalla Untuk Basmi KKB di Papua
TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Pasukan ini dibentuk untuk menumpas kelompok separatis dan bahkan kini teroris, akankah diturunkan untuk menumpas Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua.
Bila benar, Operasi Militer besar-besaran yang disebut Wakil Presiden, Jusuf Kalla merupakan sosok elit di tubuh TNI ini.
Tragedi berdarah yang menewaskan 19 orang di Nduga, Papua cukup menarik banyak perhatian.
Bahkan, sang Pemimpin Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang bertanggung jawab atas tragedi tersebut, sempat menantang Pemerintah Indonesia dan TNI serta Polri untuk berperang.
Baca Juga:
Memang Brutal! Rekam Jejak Egianus Kogeya, Pimpinan KKB yang Pernah Sekap Guru & Petugas Puskesmas
VIDEO: Inilah Sosok Egianus Kogoya, Pemimpin KKB di Papua yang Berani Menantang TNI Untuk Berperang
Pasukan Raider Kostrad Buru KKB di Papua, Wiranto Perintahkan Kejar Sampai Ketemu
Melalui unggahan di akun Facebook Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), Egianus Kogoya, Pemimpin dari KKB tersebut membuat surat terbuka.
Singkat cerita dalam surat terbuka tersebut, KKB siap melakukan perang darat dengan TNI dan Polri.
Tidak hanya itu, satu permintaannya ke Presiden Joko Widodo (Jokowi), Pihak TNI dilarang menggunakan Helikopter dan bom untuk berperang.
Nampak tidak siap dengan pertempuran skala besar, Wakil Presiden Jusuf Kalla pun menanggapi sebaliknya.
Indonesia melalui TNI & Polri harus bertindak dengan skala besar.
Menanggapi tragedi itu, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla pun buka suara terkait tewasnya 19 orang pekerja proyek Trans Papua di Nduga.
Para pekerja menjadi korban pembunuhan keji Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang berafilisisasi dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Jusuf Kalla berujar jika TNI dan Polri bakal lakukan operasi militer skala besar di Papua.

Operasi tersebut harus digelar karena ada pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang selama ini dilakukan oleh kelompok bersenjata.
"Kasus ini ya polisi dan TNI harus operasi besar-besaran, karena ini jelas masalahnya mereka (kelompok bersenjata) yang menembak, mereka yang melanggar HAM tentunya," ujar Jusuf Kalla usai pembuka Kongres Persatuan Insinyur Indonesia (PII), di Padang, Sumatera Barat, Kamis (6/12) seperti dikutip dari TribunJambi.com.
Jusuf Kalla juga mengatakan jika selama ini pemerintah sudah melakukan upaya persuasif agar pihak separatis mau kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.
Namun upaya persuasif pemerintah, TNI dan Polri itu malah dianggap sebagai pelanggaran HAM.
Namun sekarang terbukti siapa pelanggar HAM sebenarnya.
Baca Juga:
Ada 4 Bahaya yang Mengincar Saat Kamu Tidur dengan Kipas Angin yang Menyala ke Arahmu
Jokowi Sebut Menantunya, Bobby Nasution Lebih Siap Terjun ke Dunia Politik Dibanding Gibran
Tidak Ingin Menyakiti Perasaan Wanita, Pria ini Memilih Miliki Banyak Istri dan Menikahi Semuanya
"Ya sering pola seperti ini ingin lebih soft supaya jangan dituduh kita (pemerintah) yang melanggar HAM, padahal ini yangg melanggar HAM itu siapa? mereka kan yang melanggar HAM," ungkap Jusuf Kalla.
Sebelumnya telah terjadi pembunuhan sadis yang dilakukan KKB pimpinan Egianus Kogoya terhadap 19 orang pekerja Trans Papua pada Minggu (2/12) di Nduga.
Dugaan penyebab pembunuhan ketika seorang pekerja trans papua mengambil foto upacara peringatan HUT OPM.
Berang, KKB lantas membantai para pekerja tersebut.
Berikut video pernyataan Jusuf Kalla:
Bila Benar Terjadi Operasi Skala Besar, 5 Pasukan Elit TNI ini Disertakan?
Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla pun menyatakan operasi militer besar-besaran untuk menumpas KKB.
Lalu pasukan khusus TNI ini yang digadang-gadang disiapkan menumpas teroris ini turut disertakan.
Bila benar terjadi, maka akan 'terbangun dari tidurnya' sosok mengerikan ini dalam berperang.
Ya mereka adalah Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab) sebelumnya pasukan ini sudah lama dibentuk.
Dan pada aksi terorisme di Surabaya dan Pekanbaru secara berentetan, membuat pemerintah membangunkan Koopssusgab kembali.
Baca Juga:
VIDEO: Di Balik Ukuran yang Kecil, Ini 7 Manfaat Ikan Teri yang Tak Terduga, Bisa Turunkan BB
VIDEO Menegangkan! Detik-detik Sopir Selamatkan Diri dari Begal Bertopeng, Terdengar Letusan
VIDEO: Sinopsis Film Aquaman Penguasa Kerajaan Bawah Laut, Tayang Bioskop Mulai 12 Desember 2018
Dibentuk untuk memerangi terorisme pada Juni 2015, pasukan khusus gabungan TNI dan Polri sebenarnya pernah melakukan latihan bersama.
Latihan itu berlangsung pada tahun 2004 dan berlokasi di gedung MPR/DPR kompleks Senayan, Jakarta.
Simulasi latihan menggambarkan ketika 40 teroris bersenjata lengkap tiba-tiba menguasai gedung MPR/DPR dan menyandera ketua MPR dan DPR beserta seluruh anggota dewan yang tengah melakukan persidangan.
Akibatnya, situasi sidang untuk menyiapkan Pemilu 2004 berubah mencekam.
Seorang anggota dewan bahkan ditembak teroris demi memberi peringatan kepada yang lain agar tidak melakukan perlawanan.

Selanjutnya, teroris meminta kepada pemerintah RI untuk menebus para sandera dengan tiga hal.
Uang 50 juta Dollar AS, menyiapkan sebuah helikopter dan meminta berbicara langsung dengan Kapolri.
Bila permintaan tidak dipenuhi, teroris yang menyebut dirinya Musang mengancam melakukan pembunuhan dan penghancuran besar-besaran.
Pemerintah segera meminta TNI dan Polri melumpuhkan teroris. Perencanaan disusun dengan cepat. Permintaan teroris juga disediakan.
Tetapi, tanpa sepengetahuan kawanan teroris ( Musang) , ‘hadiah khusus’ tengah disiapkan. Yaitu pasukan khusus gabungan lawan teroris yang sudah terlatih dengan baik.
Musang terus melakukan ulah berlebihan. Merasa posisinya berada di atas angin, mereka melakukan show of force.
Demi melakukan teror lebih besar, Musang pun menembak satu sandera lainnya.
Tindakan semena-mena ini tentu saja memancing kemarahan pemerintah RI. Niat memberikan toleransi akhirnya berubah menjadi tindakan pembasmian.
Baca Juga:
Disebut di Dakwaan, Tubagus Chaeri Wardhana Tiduri Artis Muda, Jaksa Punya Bukti CCTV saat Check In
Warning Bagi Wanita Jangan Sepelekan Sakit di Bagian Perut Bisa Jadi Kanker Ovarium, Ini 6 Gejalanya
Ternyata, Sudah 2 Hari Cekcok dengan Petugas, Larangan Pedagang Jualan Malam Hari
Untuk pertama kalinya, tiga pasukan khusus dari TNI yakni Satuan 81 Kopassus (TNI AD), Detasemen Jala Mangkara (Marinir TNI AL), Detasemen Bravo 90 (TNI AU) dan satu khusus Satuan I Gegana dari Kepolisian RI dikirim untuk memberangus.
Tindakan penyergapan TNI-Polri dilakukan pertama kali melalui penerjunan Denjaka ke atas gedung Nusantara III.
Setelah itu penurunan Bravo 90 menggunakan tali dari helikopter, juga ke gedung yang sama.
Di luar gedung, sepasukan Bravo 90, Denjaka dan Sat-81 bersiap mendobrak gedung. Mereka bersenjata lengkap didukung kendaraan tempur.
Meski berupa simulasi pertempuran, aksi gabungan pasukan khusus melawan teroris dapat dikatakan tidak main-main.

Beberapa kaca di lantai lima gedung Nusantara III dipecahkan melalui tendangan kaki Denjaka dan Bravo 90 yang turun menggunakan tali.
Sementara di bawah, dengan menggunakan peluru tajam, Sat-81 melakukan pendobrakan sekaligus penyerangan ke dalam gedung.
Sat I Gegana dibantu anjing-anjingnya, melakukan penyerangan seraya melumpuhkan bom yang telah dipasang Musang.
Dalam waktu tidak kurang dari 20 menit, tindakan cepat yang dilakukan tim pasukan khusus gabungan membuahkan hasil. Beberapa Musang berhasil ditembak sementara sisanya ditangkap.
Irjen Pol. Dewa Astika saat itu selaku penanggung jawab latihan mengatakan bahwa simulasi pertempuran dilakukan guna menjawab dinamika di dalam negeri.
Skenario latihan pun disesuaikan dengan situasi yang mungkin saja terjadi dalam penyelenggaraan Pemilu 2004.
Selain itu, melalui latihan tersebut TNI dan Polri bermaksud menunjukkan kepada publik bahwa TNI-Polri punya profesionalisme di bidangnya.
Baca Juga:
Demi Moore Pemeran Ghost Kencani Artis Lebih Muda 30 Tahun dari Usianya, Siapa Berondong Itu?
80 Model Berlenggak-lenggok Malam Ini di Jamtos, Tribun Great Expo 2018 Makin Panas!
Cara Baca WhatsApp Tanpa Buka Aplikasi dan Beri Tanda Centang Biru
Segala tindakan membahayakan keamanan bangsa akan dilawan dengan tindakan nyata dan berani.
Latihan gabungan itu juga sekaligus membuktikan kekompakan dan kerjasama antarpasukan elit di tanah air telah terjalin dengan baik.
Yang pasti TNI yang kemudian membentuk pasukan Koopssusgab dengan peralatan pendukung yang lebih baik dan makin canggih, kemampuan untuk membasmi terorisme pun dijamin makin mumpuni.
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
NONTON JUGA VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE: