LIPUTAN KHUSUS
Warga Jambi Kirim Surat ke Presiden, Kesabaran Itu Berakhir, Dinding Retak dan Lantai Ambles
"Waktu itu tidak ketemu, akhirnya cuma nitip untuk Presiden ke staf kepresidenan. Kemarin infonya ada orang kementerian ..." katanya.
Penulis: tribunjambi | Editor: Duanto AS
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Sudah bertahun-tahun warga Kelurahan Payo Selincah, Kecamatan Paal Merah, Kota Jambi, menahan diri. Namun, kesabaran itu ada batasnya.
Sejumlah warga harus merasakan dampak negatif dari aktivitas pembangkit listrik di Kelurahan Payo Selincah, Kecamatan Paal Merah, Kota Jambi.
Puluhan rumah di sekitar pembangkit yang ada di sana mengalami kerusakan. Mulai dari dinding retak hingga lantai ambles. Ada sejumlah pembangkit di sana. Ada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), pembangkit listrik tenaga gas (PTLG).
Keluhan warga ini sejatinya telah berlangsung beberapa waktu. Sejumlah langkah juga sudah ditempuh. Namun, sejumlah warga masih mengeluhkannya.
Seperti yang disampaikan Hafsah. Nenek yang tinggal di RT 25 Lorong Berdikari, Payo Selincah itu bahkan ingat bagaimana ketika lingkungan di tempat tinggalnya masih rindang dengan pepohonan dan udaranya bersih. Bahkan, kata dia, jauh dari keriuhan suara mesin dan kendaraan bertonase besar.
Saat dibincangi beberapa hari lalu, apa yang dia keluhkan terjadi. Sejumlah mobil bertonase besar yang mengangkut kayu ditutupi terpal melintas.
Ada getaran, diiringi debu dari jalan berterbangan. Pekatnya debu terasa hingga ke kursi kayu di rumah nenek Hafsah. Adapun kondisi truk, oleng mengikuti kondisi jalan yang berlubang.
Truk menuju pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang dikelola oleh PT RPSL (Rimba Palma Sejahtera Lestari).
"Sudah payah tenang di sini, belum debu, dikit-dikit rumah retak," ujarnya.
Baca Juga:
Penampilan Sederhana Suhay Salim saat Menikah di KUA, Cuma Pakai Celana Jins
REKAMAN VIDEO KM Gerbang Samudra I Terbakar, 130 Penumpang di Dalamnya, 3 Orang Hilang
Anaknya Bupati di NTT, Sang Ibu Masih Jualan di Pasar, Tak Diduga Reaksinya Ketika Uang Ditolak. . .
Kondisi Zumi Zola di Dalam Rumah Tahanan, Jelang Vonis pada 6 Desember 2018
Kusmiati, cucu Hafsah mengatakan sudah berkali-kali ia membawa neneknya ke rumah sakit untuk berobat. Lantara ia sering merasakan pusing. "Setelah diceritakan kondisinya memang dokter bilang terlalu berbahaya kalau tinggal didekat aliran sutet," ujar Kusmiati saat dibincangi.
"Waktu masih Zumi Zola kami pernah sampaikan, kemudian dia kirim dokter pribadinya ke sini dan setelah melihat kondisi lingkungan sini dia bilang kalau dekat Sutet tidak sehat, cairan di otak bisa kering makanya nenek sering sakit kepala," sambungnya. Memang tepat di depan rumahnya, berjarak sekitar 30 meter berdiri kokoh jaringan Sutet.
Pengakuan Hafsah, rumahnya setiap tahun harus diperbaiki karena dindingnya yang retak. Tak hanya dinding, lantai dan sumur pun rusak.

"Kami sudah enam kali bikin sumur karena polongan hancur akibat getaran mesin," katanya.
"Lantai juga retak-retak, beberapa bulan lalu kami ada dibantu PLN perbaiki lantai yang retak pas dibongkar ternyata tanahnya amblas sampai dua meter. Itu kami minta ditimbun pakai batu kali karnea takut amblas lagi," sambung Kusmiati.
Ia menambahkan setidaknya ada 9 rumah yang mengalami kerusakan di lorong tersebut. Sedangkan di RT 24 ada 20 rumah yang terdampak namun sebagian sudah dibebaskan oleh PLN. “Masih ada beberapa rumah," ujarnya.
Kondisi ini sudah pernah ia adukan ke Pemerintah Kota Jambi.
"Sudah pernah Pak Sekda waktu itu Pak Fauzi yang sidak kemari. Tapi pas waktu itu tiba-tiba tidak ada truk lewat sampai selesai sidak," ujarnya heran.
Bahkan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) juga sudah ke lokasi untuk memeriksa kadar polusi udara. Tapi, anehnya ketika itu seharian tak ada truk yang melintas, bahkan mesin pembangkit juga tak menyala seharian.
“Kami nanya tapi petugasnya bilang tidak masalah," sambung Kusmiati seraya bilang ketika itu adalah hari libur.
Tak sampai di sana, upaya mereka bahkan sampai di pusat kekuasaan. Pada momen Idul Fitri pada Juni lalu ia nekat datang ke Istana Presiden di Bogor untuk mengikuti opeh house Presiden.
"Waktu itu tidak ketemu, akhirnya cuma nitip untuk Presiden ke staf kepresidenan. Kemarin infonya ada orang kementerian turun. Tapi sampai sekarang tidak ada hasilnya," katanya.
Ia pun berharap masih ada solusi dari pemerintah mengenai kondisi tempat tinggalnya saat ini yang tak lagi menjanjikan kenyamanan.
"Rumah kami ini sudah ada sejak tahun 1960-an PLN baru ada 2013 lalu, itu pun informasinya bukan PLN yang mau dibangun. Makanya kami terkejut, kami sudah ngadu sampai ke Presiden tapi belum ada solusi,” pungkasnya.

Catatan Tribun, pada Juni lalu persoalan ini pernah dibahas bersama. Itu menyusul sejumlah warga dari RT 24,25, dan 26 Kelurahan Payo Selincah, mendatangi DLH Kota Jambi. Difasilitasi DLH, mereka menggelar pertemuan bersama pihak PLN dan manajemen Pembangkit Tenaga Listrik Uap (PLTU) milik PT RPM.
Dari pertemuan tersebut, DLH Kota Jambi meminta pihak PLTU untuk melakukan beberapa hal yang sudah disepakati. Di antaranya meminta komitmen perusahaan mengurangi kebisingan dengan melakukan rekayasan teknologi, mengurangi dampak debu.
Terpisah, Kepala DLH Kota Jambi Ardi dikonfirmasi lewat telrpon pada Kamis (29/11) mrmbenarkan adanya laporan warga mengenai permohonan untuk pengecekan tingkat pencemaran udara di RT 25.
Pihaknya sudah melakukan pengecekan pada April 2018 lalu hasil pemeriksaan sudah disampaikan kepada warga dan hasilnya pun menunjukan tingkat polusi masih cukup baik.
Ia membantah jika disebut petugasnya tidak serius melakukan pengecekan. "Masa PLN libur hari Minggu. Jelas kok hasilnya sudah disampaikan dalam pertemuan dengan warga," katanya.
Namun Ardi mengaku belum tahu perihal menyebabkan rusaknya polongan sumur warga dan dinding rumah.
"Kalau soal itu kami belum tahu, tidak ada laporan sampai ke kami. Kalau ada pasti kita tindak lanjuti. Yang jelas sudah ada kesepakatan pihak PLN dengan masyarakat di sana,"
Sementara itu, salah seorang manajer PT RPSL, Galih mengakui bahwa lorong yang melintas menuju pabrik merupakan tanggung jawab pihaknya. Ia mengatakan bahwa setiap tahunya jalan tersebut terus dilakukan perbaikan.
"Iya, tapi kita terus lakukan perbaikan tiap tahun," sebutnya Minggu (2/12) malam.

Terkait dengan polusi udara akibat aktivitas di perusahaanya, ia mengaku masih menunggu kajian dari Pemkot Jambi. "Masih menunggu kajianya, dari pemerintah kota," katanya, saat dihubungi via telepon.
Galih membantah jika perusahaanya tidak pernah memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak akibat aktivitas perusahaanya.
"Setiap tahun kami berikan bantuan. Kami memberikan melalui camat setempat. Nanti dari pihak kecamatan baru membagikanya," kata dia.
Terkait permintaan uang ganti rugi dari sejumlah masyarakat, Galih mengaku masih mengkaji dan menunggu keputusan dari pimpinanya.
"Banyak permintaan masyarakat, kami harus mengkajinya dulu," jelasnya. (tim)
TRIBUN JAMBI DI INSTAGRAM:
Baca Juga:
Hotman Paris Bilang Gugatan ke Boeing sudah Diajukan, Keluarga Peluang Dapat Jutaan Dolar
REKAMAN VIDEO KM Gerbang Samudra I Terbakar, 130 Penumpang di Dalamnya, 3 Orang Hilang
Pramugari AirAsia Ini Diburu Netizen Gara-gara Parasnya Seperti Ini
Nasib Istri dan Anak setelah Zumi Zola di Penjara, Jelang Vonis 6 Desember