Kisah Nyata - Usai Ijab Kabul, Pria Ini Umumkan Wanita yang Dinikahinya Positif HIV/Aids

Unik masih ingat betul, tanggal di mana ia dinyatakan positif terinveksi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syndrome (HIV/AIDS).

Editor: Suci Rahayu PK
kompas.com
Gejala yang paling umum dari infeksi HIV adalah demam, ruam dan sakit tenggorokan. 

Terpisah, ‎ODHA lainnya, Puta (38), menuturkan kisahnya. Sekitar 2006, ia menderita sakit, yang didiagnosa sebagai tipes.

Selanjutnya, pada 2007, usai mengalami sesak nafas ia juga didiagnosa menderita TBC.

"Sebulan tak sembuh, malah semakin parah. Berat badan turun drastis. Bahkan, saat itu keluarga sudah dikumpulkan, mungkin mau pesan rumah masa depan (kuburan, red)," kelakar pria asal Salatiga ini.

‎Namun, menurut dia, dikumpulkannya anggota keluarga ini memberi hikmah. Dari sana, dokter mengobrol dan mengorek perilaku Puta, sejak jauh sebelum ia sakit.

Dari sana, muncullah kecurigaan dokter jika Puta terinveksi HIV/AIDS.

"Saat keluarga dikumpulkan itu, dokter mendapat cerita bahwa saya dulu adalah pengguna narkoba suntik‎. Dokter pun meminta keluarga untuk melakukan tes terhadap saya," ujarnya.

Diakui lebih lanjut‎, medio 1980 - 1990-an, ia sekeluarga tinggal di Jakarta.

Pada sekitar 1995 ia mulai berkenalan dengan narkoba, dan secara berkala menyuntikkan obat haram itu ke dalam tubuhnya.

Selanjutnya, sampel darah Puta kemudian diambil dan dibawa ke RS Kariadi.

Hasilnya, Puta memang dinyatakan positif terinveksi HIV/AIDS, bahkan sudah stadium empat.

Puta pun kemudian dirawat selama sekitar tiga bulan di RS Kariadi.

Usai menjalani perawatan, Puta belum tahu bila ia mengidap HIV/AIDS. Saat di rumah, keluara juga sama sekali‎ tak singgung hal itu.

"Namun, saya agak aneh, karena usai saya sakit di rumah banyak buku-buku soal HIV/AIDS. Pernah juga ada orang datang mengantar buku-buku soal itu. Begitulah, cara keluarga memberi tahu saya, tidak diberitahu langsung," ujarnya.

Kendati demikian, Puta sangat shock begitu menyadari ia menderita HIV/AIDS. Ia sempat benar-benar menutup‎ diri selama sebulan, tak keluar rumah.

Beruntung, keluarga terus memberi dukungan.

Selain itu, ia kemudian bergiat dalam kelompok dukungan sebaya (KDS), wadah sesama ODHA untuk saling memberi dukungan.

Dari kegiatan itu, Puta pun mendapat tambatan hati kepada seorang wanita yang sekarang m‎enjadi istrinya.

"Kami menikah pada 2010. Kita sama-sama positif, dan aktif di kegiatan," ujarnya.

Kendati didapati fakta bahwa ODHA dapat kembali ke kehidupan normal, Puta prihatin terkadang masyarakat masih ‎berperilaku diskriminatif.

Menurut dia, ini lantaran mitos bahwa berdekat-dekatan ODHA dapat secara mudah tertular HIV/AIDS.

"Kegiatan sosialisasi perlu lebih diintensifkan, agar tak ada persepsi yang salah," kata Puta.

Ditegaskan, ia dan sesama ODHA lain di lingkarannya punya komitmen, tak menu‎larkan virus ini kepada siapapun. Karena itu, mereka sangat berhati-hati, terhadap hal-hal yang berpotensi menularkan virus ini.

"Perilaku benar-benar kita jaga. Kita juga ingatkan, agar berpola hidup sehat, jangan sampai virus ini tertular kepada yang lain," tandasnya. (Tribun Jateng/tim)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved