Jamal Khashoggi Dibunuh Secara Keji, Curhat Sedih Dua Putrinya, 'Jiwanya Tetap Bersama Kami'
Dalam tulisan tersebut, keduanya menggambarkan sosok Khashoggi di mata mereka dan bersumpah untuk terus menjaga semangat sang ayah
Jamal Khashoggi Dibunuh Secara Keji, Curhat Sedih Dua Putrinya, "Jiwanya Tetap Bersama Kami'
TRIBUNJAMBI.COM - Dua putri jurnalis Jamal Khashoggi mengingat sang ayah lewat sebuah tulisan yang diterbitkan The Washington Post.
Dalam tulisan tersebut, keduanya menggambarkan sosok Khashoggi di mata mereka dan bersumpah untuk terus menjaga semangat sang ayah sepanjang hidup mereka.
"Ini bukanlah sebuah eulogi, karena itu akan menjadi penutupan," tulis dua putri Khashoggi, Noha Khashoggi dan Razan Jamal dalam tulisan yang dipublikasikan secara online oleh The Washington Post, Jumat (23/11/2018).
"Sebaliknya, ini adalah janji bahwa cahayanya tidak akan pernah pudar, bahwa warisannya akan tetap bertahan dalam diri kami," lanjut tulisan itu.
Kedua anak perempuan Khashoggi, mengingat sang ayah, yang mereka panggil dengan "Baba", sebagai sosok pria yang penuh kasih sayang dan berhati besar, yang akan selalu kembali dengan hadiah dan cerita yang menarik.
Baca: Kasus Pembunuhan Jamal Khashoggi, Darah Dikuras Habis dari Tubuhnya Usai Dipotong-potong
Baca: 5 Detik Langsung Roboh, Master Tai Chi Tumbang di Tangan Atlet Kick Boxing Hanya Sekali Pukul
"Seperti yang kami tahu sejak kami masih muda... bahwa dia adalah seorang pria penting yang kata-katanya dapat mempengaruhi orang-orang dari tempat yang sangat jauh."
"Adalah penting bagi dirinya, untuk berbicara, berbagi pemikirannya, dan berdiskusi dengan jujur."
"Baginya, menulis bukanlah sebuah pekerjaan, melainkan suatu keharusan. Hal itu telah tertanam dalam dirinya dan telah membuatnya tetap hidup."

"Kini, kata-katanya akan menjaga jiwanya tetap bersama kami, dan kami bersyukur atas hal itu," lanjut tulisan tersebut.
Dilansir dari AFP, melalui tulisan itu, para putri Khashoggi turut menegaskan bahwa sang ayah bukanlah seorang pembangkang.
Menurut mereka, meskipun Khashoggi telah memiliki kehidupan baru di Amerika Serikat, namun dirinya tetaplah seorang Arab Saudi dan tidak pernah membuang harapan untuk tanah airnya.
"Jika menjadi penulis telah tertanam dalam jati dirinya, menjadi orang Saudi adalah bagian dari butiran yang sama," tulis putri-putri Khashoggi.
Baca: Daftar 10 Bintang K-Pop Terkaya di Korea Selatan Saat Ini, Bae Suzy, Yoona, Tae Yang Sampai G-Dragon
Baca: Pakai Tipuan Ular Kobra, Tahanan Kabur dan Kunci Petugas Jaga di Dalam Sel, Sembunyi di Pohon Pisang
Baca: Lirik Lagu Tra Bisa Cinta Near Ft Neo Clan B, Lagu Baru Pencipta Karna Su Sayang
Jamal Khashoggi, jurnalis The Washington Post, dikabarkan telah dibunuh saat mengunjungi konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki pada 2 Oktober lalu.
Pemerintah Arab Saudi yang awalnya membantah kasus tersebut, belum lama ini mengeluarkan pernyataan yang mengakui terjadinya pembunuhan dan telah menahan sejumlah tersangka yang diduga membunuh Khashoggi.
Meski demikian, kasus ini masih diliputi banyak pertanyaan yang belum terungkap, termasuk dalang dibalik perintah pembunuhan Khashoggi.
Darah Khashoggi Dikuras Sebelum Tubuhnya Dipotong-potong
Kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada 2 Oktober lalu masih menyisakan misteri besar hingga saat ini.
Tuduhan keterlibatan Pangeran Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman atas pembunuhan tersebut membuat banyak pemimpin negara mengecamnya.
Bahkan, CIA telah membenarkan tuduhan keterlibatan tersebut.
Baca: 2 Minggu Sebelum Gugat Cerai, Terungkap Nama Panggilan Gading Marten di HP Gisel, bukan Sayang
Baca: Roy Marten Tahu Masalah Rumah Tangga Gading Marten dan Gisella Anastasia Sudah 1,5 Tahun
Namun, kemudian ada pihak yang mengatakan bahwa bin Salman tidak terlibat.
Pemerintah Turki pun telah memberikan rekaman yang diklaim sebagai bukti pembunuhan Khashoggi kepada beberapa pihak.

Hingga kini pun, kasusnya masih simpang siur.
Menurut laporan terbaru tentang pembunuhan Khashoggi, satu ahli otopsi yang menjadi bagian dari pembuhunan Khashoggi menggunakan pengetahuan forensiknya untuk mengeksekusi korban.
Dia menggunakan jarum suntik dan pisau bedah untuk mencabik-cabik tubuh Khashoggi.
Salah al-Tubaigy, kepala Dewan Ilmiah Saudi, menangani alat yang digunakan 15 anggota regu pembunuh untuk menghabisi Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober lalu.
Mengutip Daily Sabah, "Tubuh Khashoggi tidak berpakaian. Tubaigy mengambil darah dari pembuluh darahnya (Khashoggi) dan membiarkannya mengalir ke wastafel kamar mandi. Itu juga Tubaigy yang memotong-motong tubuh."
"Tubaigy telah dilatih di forensik Universitas Glasglow dan beberapa waktu yang lalu dia telah memperkenalkan proyeknya sendiri di sebuah seminar di Australia tentang perangkat otopsi seluler," tambah surat kabar tersebut.
Daily Sabah telah melaporkan bahwa para pelaku menutup lantai kantor Saudi Consul Mohammed al-Otaibi dengan lembaran plastik sebelum memotong tubuh Khashoggi.
Tim pembunuh juga menggunakan koagulan untuk menghentikan pendarahan selama pemotongan, menurut Hurriyet.
Koagulan sendiri merupakan bahan kimia yang dibutuhkan untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya.
Pada awalnya, pihak kerajaan Saudi mengatakan bahwa Khashoggi meninggalkan konsulat masih dalam keadaan hidup.
Namun, mereka kemudian mengakui bahwa Khashoggi terbunuh dalam insiden dicekik setelah baku hantam.
Pada akhir Oktober, jaksa agung Arab Saudi mengatakan bahwa dia yakin pembunuhan Khashoggi direncanakan terlebih dahulu.
Sumber anomin mengidentifikasi bahwa Tubaigy mengatakan kepada pelaku lainnya untuk memakai headphone saat mencincang tubuh Khashoggi.
"Ketika saya melakukan pekerjaan ini, saya mendengarkan musik," katanya.