Kisah Sniper Legendaris Pasukan Khusus Ditugaskan Memburu Pimpinan Tinggi Fretilin Lobato

TRIBUNJAMBI.COM - Sniper, atau penembak runduk, merupakan seorang prajurit yang secara khusus terlatih

Editor: ridwan
AP Photo
Ilustrasi sniper. 

Sebanyak 49 peluru untuk musuh, sedangkan satu peluru yang tersisa untuk sniper-nya.
Melalui doktrin latihan sniper, Tatang ditekankan lebih baik seorang sniper mati bunuh diri daripada tertangkap musuh.

Prinsip menyediakan satu peluru untuk menembak dirinya sendiri itu sebenarnya tidak asing di kalangan pasukan khusus.

Pasukan Legiun Asing Perancis misalnya, juga memerintahkan untuk menyisakan satu peluru untuk dirinya sendiri daripada menyerah lalu ditangkap musuh dan disiksa habis-habisan.

Pasukan Jepang pada PD II juga punya prinsip sisakan satu peluru untuk dirinya sendiri atau lebih ngeri lagi : sisakan satu granat untuk dirinya sendiri dan mati berkeping-keping bersama pasukan musuh yang mengelilingi.

Dengan missi tempur one way ticket itu, Tatang sudah paham apa yang harus dihadapi.

Oleh karena itu ia sering membawa foto keluarga dengan alasan kalau harus gugur di medan tempur, ia merasa mati di tengah-tengah keluarganya.

Strategi Tempur Tatang Koswara

Perangkat tempur lain yang dibawa Tatang adalah teropong siang dan malam, radio komunikasi, senapan serbu AK-47 untuk kepentingan bela diri, obat-obatan sekedarnya, makanan tahan lama untuk dua hari berupa geplak (tepung padat), pakaian kamuflase.

Tapi dalam missi di daerah paling rawan ini, Kolonel Edi menyertakan seorang pengawal dari Kopassus, Letnan Ginting yang membekali diri dengan senapan serbu AK-47 dan teleskop.

Mendapat pengawalan dari seorang prajurit yang masih muda dan hanya mengenakan pakaian tempur warna hijau loreng itu, Tatang justru merasa terganggu karena bukan merasa sedang mengawal tapi justru harus melindungi pengawalnya.

Dalam missi tempur seorang sniper berdasar didikan dari Green Beret, sniper memang perlu ditemani seorang spotter. Peran spotter atau observer bertugas sebagai patner yang juga berkemampauan sniper dan dilengkapi senapan penembak jitu.

Antara sniper dan spotter juga harus sering latihan bersama sehingga kerja sama di medan tempur lebih mudah, termasuk ketika harus berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

Seorang spotter yang dibekali senapan serbu juga harus siap melaksanakan raid dalam kondisi terdesak sehingga dukungan tembakan yang dilancarkan spotter bisa memberikan kemungkinan partnernya selamat.

Dalam kondisi paling mendesak, spotter bahkan harus bersedia mengumpankan dirinya sebagai sasaran tembak sehingga rekannya bisa menjalankan tugasnya secara maksimal.

Secara psikologis Tatang juga terganggu karena pengawalnya berpangkat lebih tinggi (Perwira) sedangkan dirinya berpangkat Sertu (Bintara).

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved