Hari Toleransi Internasional, "Hargai Setiap Perbedaan"
Setiap 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional sejak tahun 1966.
Penulis: Nurlailis | Editor: Teguh Suprayitno
Laporan wartawan Tribun Jambi Nurlailis
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Setiap 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional sejak tahun 1966. Saat itu Majelis Umum PBB mengundang negara-negara anggota PBB untuk mematuhi Hari Toleransi Internasional pada 16 November, seperti dikutip dari laman UN.org.
Peringatan ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kasus ketidakadilan, kekerasan diskriminasi di banyak negara. Padahal keberagaman suku, budaya, bahasa, agama di dunia bukan jadi pemicu konflik, tapi sebagai pelengkap yang memperkaya kita.
Melalui sikap toleransi kita bisa hidup berdampingan dengan aman tanpa ada bersinggungan walaupun penuh perbedaan. Intinya adalah saling menghargai perbedaan tanpa mengganggu satu sama lainnya.
Mengenai toleransi ini, berikut beberapa komentar mengenai peringatan hari toleransi internasional.

Menurut Indah Cahya Nabilla, Bangsa Indonesia yang memiliki banyak suku dan agama, toleransi tentu menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan, karena toleransi adalah salah satu cara kita untuk mempertahankan kedamaian.
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita egois, merasa pendapat kita adalah yang terbaik, dan harus diterima oleh semua orang. Bahkan terkadang kita memaksakan kehendak terhadap orang lain agar mau melakukan hal yang sama dengan kita.
"Kita harus berusaha mengalahkan sifat egois, karena dalam pendapat orang lain itu bisa saja ada masukan yang penting untuk diri kita, kelompok kita, atau pun demi kemajuan kita bersama. Semua orang pasti memiliki alasan masing-masing, sama seperti kita," katanya.
"Kita harus berpandangan bahwa agama dan keyakinan merupakan urusan pribadi masing-masing. Kita juga harus menumbuhkan kesadaran untuk saling menghormati dan tidak mengganggu pilihan orang lain," kata Indah menambahkan.
Penanaman pendidikan toleransi sejak usia dini sangat diperlukan. Kata pelajar ini, peran orang tua sebagai orang terdekat, menjadi tempat pertama seorang anak mengenal lingkungan. Dan sudah semestinya memberikan contoh yang positif dalam keseharian.

Anggi Deswita berpendapat, jika sudah seharusnya, setiap orang harus menghargai setiap perbedaan, termasuk keyakinan. Menurutnya, inilah dilakukan untuk menjegah terjadinya perselisihan.
"Jangan menghina atau bicara sembarangan tentang agama, sebab itu bisa menjadi suatu masalah besar. Penghinaan dan lelucon dapat menimbulkan perpecahan di kalangan masyarakat," katanya.
Setiap orang boleh berpendapat menurut kata hatinya masing-masing selagi itu masih wajar-wajar saja dan tidak melanggar hak asasi .
"Yang sebaiknya dilakukan masyarakat adalah menjunjung tinggi toleransi, yaitu kesadaran dari individu masing-masing agar tidak melakukan suatu yang bertentangan dengan hak asasi manusia," kata mahasiswa ini.