Hari Pahlawan

Hari Pahlawan 10 November - Mengenal HR Rasuna Said, Jurnalis yang Lawan Penjajah dengan Tulisan

HR Rasuna Said adalah salah satu pahlawan perempuan yang bernama lengkap Hajah Rangkayo Rasuna Said.

Editor: Suci Rahayu PK
Istimewa
HR Rasuna Said 

TRIBUNJAMBI.COM - Pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, tidak hanya laki-laki. Ada juga pahlawan perempuan.

Pahlawan perempuan Indonesia salah satunya adalah HR Rasuna Said.

Baca: Digosipkan Pacaran dengan Fansen Susanto yang Sudah Beristri, Ini Kata Ayu Ting Ting

Teman-teman yang tinggal di Jakarta, pasti pernah melewati Jalan Rasuna Said, kan?

HR Rasuna Said adalah salah satu pahlawan perempuan yang bernama lengkap Hajah Rangkayo Rasuna Said.

Bobo mau mengajak kamu berkenal dengan beliau, nih.

Kita cari tahu cerita di balik perjuangan pahlawan yang satu ini, yuk.

HR Rasuna Said lahir di Maninjau, Sumatera Barat, pada tanggal 14 September 1910.

HR Rasuna Said
HR Rasuna Said (Istimewa)

HR Rasuna Said adalah seorang jurnalis andal, lo. Ia dikenal dengan tulisannya yang berani, teman-teman.

Selain memimpin redaksi majalah Raya, beliau juga dikenal sebagai pemimpin dari Partai Muslimin Indonesia.

Di tempat Rasuna Said berasal, yaitu Minangkabau, pemimpin perempuan muda Islam masih jarang, teman-teman.

Ini karena perempuan Minang masih terikat adat dan agama. Namun Rasuna Said berani merintis gerakan Kaum Muda tanpa melanggar adat dan agama.

Baca: Ramalan Zodiak Jumat 9 November -Taurus Bad Mood, Banyak Zodiak Sedang Kecewa

Keberanian ini didapatkannya dari guru-guru hebat, yaitu Buya H. Abdul Rasyid, Buya Abdul Karim Amarullah, H. Udin Rahmany, dan banyak lagi.

Ayahnya, H. Mohammad Said juga aktif dalam pergerakan melawan penjajah, lo.

Saat kecil Rasuna Said bersekolah di sekolah desa, lalu melanjutkan ke sekolah diniyah di Padang Panjang.

Di sekolah diniyah, beliau belajar untuk mengajar di kelas yang tingkatnya lebih rendah, sehingga ia bisa latihan mengajar.

Setelahnya, Rasuna Said melanjutkan ke Sekolah Mengatur Rumah Tangga dan Masak-memasak.

Ia kemudian pindah ke sekolah thawalib, lalu jadi murid yang paling pandai.

Selain pandai, Rasuna Said juga ahli berpidato, teman-teman. Beliau adalah sosok yang percaya diri dan bersemangat.

Di usia 22 tahun, Rasuna Said ditangkap dan di penjara oleh pihak Belanda, di masa sebelum kemerdekaan.

Saat itu ia diasingkan ke penjara perempuan Bulu, Semarang, Jawa Tengah. Saat itu, banyak surat kabar Indonesia dan Tiongkok-Melayu yang memprotes tindakan pihak Belanda ini.

Di sana, ia juga bertemu dengan pemimpin perempuan lainnya yang ditahan karena tulisannya dianggap menghasut rakyat untuk melawan penjajah.

Sebelumnya, Soekarno yang di tahun 1930 menjabat sebagai pemimpin Partai Nasional Indonesia, juga dijebloskan di penjara Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat.

Baca: Pria Asal Malaysia Ini Diadili di PN Jambi, Ada Sabu dalam Perutnya

Peristiwa-peristiwaini kemudian membuat masyarakat Indonesia geram dan semakin bersemangat melawan penjajah.

Saat keluar dari tahanan, beliau ingin melanjutkan perjuangan merebut kemerdekaan, tapi keadaan semakin sulit.

Akhirnya, Rasuna Said pergi ke Medan, Sumatera Utara untuk mendirikan Perguruan Puteri dan menerbitkan majalah Menara Puteri.

Saat masa kependudukan Jepang, beliau juga bekerja sama mendirikan Pemuda Nipon Raya dengan Chotib Sulaeman, untuk menyatukan pemuda di Sumatera Barat.

Namun kemudian, perkumpulan ini dibubarkan oleh pemerintah Jepang.

Para pemimpin di Sumatera Barat pun mengusulkan untuk membentuk Laskar Rakyat, saat tahu di Jawa dibentuk Heiho dan PETA.

Akhirnya pemerintah Jepang mengabulkan dan terbentuklah Gya Gun, dengan bagian puteri yang bernama Tubuh Ibu Pusat Laskar Rakyat, yang dipimpin Rasuna Said.

Sampai menuju kemerdekaan, Rasuna Said dan tokoh lainnya membentuk Komite Nasional Indonesia (KNI) di tanggal 13 Agustus 1945.

Baca: Perubahan Jadwal Pengumuman Hasil SKD CPNS Kemenkumham 2018

Setelah Indonesia merdeka, Rasuna Said menjadi salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat, kemudian Dewan Nasional di tahun 1957, dan Dewan Pertimbangan Agung di tahun 1959.

Beliau meninggal dunia pada tanggal 2 November 1965.

Hebat sekali, ya, HR Rasuna Said, beliau selalu berjuang dan mengabdi untuk Indonesia semasa hidupnya, bahkan sejak masih muda.

Selain diabadikan sebagai nama jalan, ada patung HR Rasuna Said di daerah Kuningan, Jakarta. (Bobo/Avisena Ashari)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved